Cerita Rakyat Enrekang Duri [Cado’dong]
Cerita Rakyat Enrekang Duri Cado’dong. Setelah beberapa waktu laau asal usul kerajaan enrekang duri dan asal mula tanah duri, maka untu kali ini artikel tentang masenrenpulu adalah cerita rakyat duri Enrekang.
Cerita atau dongeng rakyat yang dipublikasikan ini sama halnya dengan cerita rakyat suku bugis atau dongeng bugis lainnya yang sudah turun temurun di masyarakat suku duri enrekang.
Nah bagaimana kisah cerita dalam cerita rakyat nusantara ini yang dikisahkan di tanah duri enrekang, untuk lebih jelasnya disimak saja berikut ini cerita rakyat dari sulawesi selatan atau cerita rakyat sulsel berjudul Cado’dong
Cerita Rakyat Duri Enrekang | Cado’dong
Konon dahulu kala ada seorang pria tampan dan perkasa yang bernama Cado’dong, ia hidup dengan Ibu dan enam orang kakaknya. Mereka tinggal di tanah Duri di kampong Ulu Wai (Parombean, Daerah Curio).
Ia seorang pemuda yang giat dan ulet dalam bekerja sehingga ia mempunyai kebun, sawah, dan ternak yang sangat banyak. Dengan usahanya yang berhasil itu, membuat saudaranya iri hati. Suatu hari kampungnya didatangi oleh seorang pria yang berasal dari kampung seberang.
Iya juga bekerja seperti Cado’dong. Kian hari usaha Cado’dong semakin sukses. Keadaan tersebut membuat pria pendatang ini takut usahanya akan disaingi. Oleh sebab itu, ia mempengaruhi keenam saudara Cado’dong agar membunuh Cado’dong.
Akhirnya, pria pendatang dan saudara Cado’dong menyusun strategi. Mereka membuat duni (peti orang mati yang mirip perahu londe). Setelah peti itu usai,
Cado’dong diminta merebahkan badannya pada peti tersebut. Saudara-saudara Cado’dong ternyata berniat jahat dan bermaksud untuk membunuh saudara kandungnya sendiri.
Saat seluruh badan Cado’dong rapat pada duni dengan cepat mereka menutup duni itu lalu melemparkannya ke sungai (konon, dilempar ke sungai Mata Allo).
Akan tetapi, hewan peliharaannya, seperti anjing dan ayam, ikut menemani dan selalu berusaha membantu Cado’dong agar dapat keluar dari peti itu. Si anjing menggaruk-garuk peti dengan kuku tajamnya.
Demikian halnya dengan Si ayam, ia mencakar-cakar peti dengan kukunya sampai Cado’dong keluar dari duni. Saat itu Cado’dong terdampar di Tina’bang, Sampe siruk (Daerah Anggeraja).
Setelah berhasil lolos dari maut, ia berjalan kaki menyusuri gunung ke gunung, lembah ke lembah. Pada saat memasuki daerah Tontonan ia membuat tongkat yang berasal dari pohon jaramele (belimbing ceremai).
Lalu, ia melanjutkan perjalanannya dan tiba di wilayah Malua tepatnya Gunung Pangden (gunung di daerah Bassaran, Kecamatan Malua).
Di tempat itulah ia menetap dan bermaksud untuk bercocok tanam demi melangsungkan hidupnya. Namun, Cado’dong bingung dengan kondisi tanah yang kering sarta sumber air yang sulit.
Tanpa sengaja, ia menghentakkan tongkatnya yang berasal dari batang belimbing itu ke tanah dan muncullah sumber air.
Tidak lama, tanah itu ditumbuhi jambu air (penduduk Bassaran sebut Pela’ Dewata) dan mangga macan (Pao Dadeko).
Dengan semangat dan kerja kerasnya dalam bercocok tanam, ia menjadi kaya raya. Namun, kekayaannya itu tidak membuat Cado’dong sombong. Ia sering kali membagi-bagikan hasil kebun, sawah dan ternaknya pada masyarakat.
Tidak hanya itu saja, peralatan dapur seperti baku’ (Bakul), ko’ko (Tampi), lau bolong (piring yang terbuat dari kayu hitam) juga diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Berita kedermawanan Cado’dong mulai tersiar. Pada suatu hari banyak orang berbondong-bondong untuk meminta bantuan kepada Cado’dong, termasuk keenam saudaranya.
Pada saat itu pulalah, mereka mengetahui bahwa orang kaya raya itu adalah Cado’dong, saudaranya yang telah ia buang. Selanjutnya, mereka meminta maaf dan menyesali perbuatannya. Cado’dong pun ikhlas menerima dan memaafkan mereka.
Akhirnya, Cado’dong hidup bahagia dengan ibunya beserta para saudaranya. Usaha Cado’dong pun kian sukses dengan bantuan para saudaranya.
Demikianlah cerita rakyat dari enrekang dengan Nama pemeran cado'dong., semoga bermanfaat dan menambah wawasan tentang cerita rakyat indoneia atau cerita dari sulawesi selatan