Penjelasan Falsafah [filosofi] Budaya Bugis Makassar Sirik Na pacce
Falsafah Budaya Bugis-Makassar Sirik Na pacce/ harga diri. Sirik na pacce merupakan prinsip hidup dan filosofi adat suku Bugis-Makassar yang memiliki arti kehotmatan dan sosial yang sangat mendalam, filosofi bugis masih dipegang teguh dalam budaya bugis dan makassar hingga saat ini.
Sirik artinya dipergunakan untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang mau memperk0sa harga dirinya, sedangkan arti pacce dipakai untuk membantu sesama anggota masyarakat yang berada dalam penderitaan (pakasingaraki).
Sering kita dengar ungkapan dalam budaya Bugis-Makassar berbunyi “Punna tena siriknu, paccenu seng paknia” (kalau tidak ada siri’mu paccelah yang kau pegang teguh).
Filosofi Budaya Bugis Makassar Sirik Na pacce
Apabila sirikna pacce sebagai pandangan hidup tidak dimiliki seseorang, akan dapat berakibat orang tersebut bertingkah laku melebihi tingkah laku binatang karena tidak memiliki unsur kepedulian sosial, dan hanya mau menang sendiri.
Jika kita kaji secara mendalam dapat ditemukan bahwa sirik dapat dikategorikan dalam tiga golongan yakni :
- pertama, sirik dalam hal pelanggaran kesusilaan
- kedua sirik yang berakibat kriminal
- ketiga sirik yang dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk bekerja
- dan keempat sirik yang berarti malu-malu (sirik-sirik).
- Semua jenis sirik tersebut dapat diartikan sebagai harkat, martabat, dan harga diri manusia.
Bentuk sirik yang pertama adalah sirik dalam hal pelanggaran kesusilaan.
Berbagai macam pelanggaran kesusilaan yang dapat dikategorikan sebagai sirik seperti:
- kawin lari (dilariang, nilariang, dan erang kale),
- perzinʌhan, perk0saan,
incᥱst (perbuatan sumbang/salimarak)/ yakni perbuatan sᥱks yang dilarang karena adanya hubʋngan keluarga yang terlalu dekat, misalnya:
- perkʌwinan antara ayah dan putrinya
- ibu dengan putranya dsb
Lain halnya perbuatan asusila lainnya seperti perzinʌhan, perk0saan, dan kawin lari (silariang)
Penyelesaiannya dapat dilakukan melalui perkawinan secara adat kapan saja, bilamana kedua belah pihak ada persetujuan atau mengadakan upacara abajik (damai). Sesudah itu tidak ada lagi masalah.
Sejak dulu hingga sekarang, perbuatan asusila ini sering kali dilakukan oleh orang-orang tertentu, perbuatan tersebut dianggapnya melanggar sirik.
Bila perbuatan asusila terjadi, pihak yang dipermalukan (biasanya dari pihak perempuan yang disebut Tumasirik,tang masiri) berhak untuk mengambil tindakan balasan pada orang-orang yang melanggar siriknya yang disebut “Tumannyala”.
Jenis sirik yang kedua adalah sirik yang dapat memberikan motivasi untuk meraih sukses:
Misalnya, kalau kita melihat orang lain sukses, kenapa kita tidak? biasanya banyak merantau ke daerah mana saja.
Sesampai di daerah tersebut mereka bekerja keras untuk meraih kesuksesan. Kenapa mereka bekerja keras ? Karena mereka nantinya malu bilamana pulang kampung tanpa membawa hasil.
Jenis sirik yang ketiga adalah sirik yang berarti malu-malu:
Sirik semacam ini sebenarnya dapat berakibat negatifnya bagi seseorang, tapi ada juga positifnya. Misalnya yang ada akibat negatifnya ialah bila seseorang disuruh tampil di depan umum untuk jadi protokol, tetapi tidak mau dengan alasan sirik-sirik.
Ini dapat berakibat menghalangi bakat seseorang untuk berani tampil di depan umum. Sebaliknya akibat positif dari sirik-sirik ini, misalnya ada seseorang disuruh untuk mencuri ayam, lalu dia tidak mau dengan alasan sirik-sirik bilamana ketahuan oleh tetangganya.
Jadi kesimpulannya orang-orang bugis- makassar memiliki rasa tenggang rasa yang sangat tinggi dan sangat peduli terhadap satu sama lainnya seperti,
Istilah atau arti pacce bermakna perasaan sedih yang dirasakan meresap dalam kalbu seseorang karena melihat penderitaan orang lain.
Pacce ini berfungsi sebagai alat penggalang persatuan, solidaritas, kebersamaan, rasa kemanusiaan, dan memberi motivasi pula untuk berusaha, sekalipun dalam keadaan yang sangat pelik dan berbahaya.
Demikianlah tentang penjelasan falsafah atau filosofi budaya Bugis Makassar sirik na pacce semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan tentang sejarah dan kebudayaan di Indonesia.