Cerita Rakyat Toraja - Lakipadada Tana Toraja
Cerita Rakyat Toraja Lakipadada. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.
Dan cerita rakyat yang diceritakan untuk kali ini adalah cerita rakyat Toraja atau cerita rakyat sulawesi selatan dari Tanah Toraja yang menceritakan sejarah lakipadada dalam bentuk cerita singkat lakipadada dalam bahasa indonesia.
Sebagiaman pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat yang biasanya umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.
Cerita singkat lakipadada dalam bahasa toraja adalah versi yang asli namun kali ini cerita rakyat toraja lakipadada adalah versi bahasa indoneisia.
Nah bagaimana isi cerita rakyat lakipadada atau cerita rakyat sulsel ini untuk lebih jelasnya disimak saja sejarah lakipadada berikut ini.
Cerita Rakyat Toraja - Lakipadada Tana Torja
Lakipadada adalah bangsawan toraja yang jadi paranoid terhadap maut, sehingga berusaha mencari mustika tang mate supaya dia bisa hidup kekal, tanpa dihantui kematian (mirip cerita Nabi Sulaiman).
Lakipadada didalam legenda itu diceritakan kehilangan orang-orang tersayangnya, ibu, saudara perempuan, saudara laki-laki, bahkan pengawal dan hamba-hambanya satu demi satu meninggal dunia.
Kemudian Lakipadada menjadi paranoid, berusaha menegasikan kemungkinan kematian juga datang padanya.
Pergilah dia mengembara dengan tedong bonga nya mencari mustika tang mate (tidak akan mati) yang bisa mengekalkan kehidupannya, diantaranya mengarungi ke teluk bone dengan buaya sakti (yang barter service dengan imbalan tedong bonga).
Dan mencari Pulau Maniang, tempat yang dianggapnya dihuni oleh seorang kakek tua sakti berambut dan jenggot putih yang diceritakan memiliki mustika itu.
Karena kekurang sabarannya, Lakipadada gagal memenuhi persyaratan yang diajak si tua sakti; puasa makan minum dan tidur selama tujuh hari tujuh malam. Akhirnya gagal usahanya mendapatkan tang mate.
Tapi dari sini Lakipadada mendapat hikmah yang menyadarkannya bahwa menghindari kematian sama halnya dengan menantang kuasa Tuhan. Tidak ada yang bisa melawan takdir Tuhan.
Lakipadada, kemudian mengembara lagi dengan menumpang bergelantungan di cakar burung Garuda yang membawanya ke negeri Gowa.
Disana Lakipadada, yang sudah tercerahkan, menyebarkan hikmah kebajikan dan berhasil mendapat simpari Raja, mengobati dan membantu permaisuri raja melahirkan.
Lakipadada diangkat menjadi anak angkat dan Putra Mahkota.
Diakhir cerita diceritakan Lakipadada yang memperistri bangsawan Gowa, kemudian diangkat menjadi raja Gowa, penguasa baru yang bijak. Dia memiliki tiga orang anak, yang kemudian menjadi penerusnya dan mengembangkan kerajaan-kerajaan lain di jazirah sulawesi.
Putra sulung, Patta La Merang menggantinya di tahta Gowa. Putra kedua, Patta La Baritan ditugaskan ke Sangalla, Toraja dan menjadi raja disana. Putra bungsu, Patta La Bunga, menjadi raja di Luwu.
Akulturasi damai. Lakipadada yang berasal dari Toraja berdamai dengan tiga suku lain; belajar hikmah dari Bugis/Bajo (kakek sakti di pulau Maniang), menjadi raja di pusat budaya Makassar, dan mengirim anaknya menjadi Datu di Luwu.
Akulturasi ini lah yang mengabadikan darah dan silsilahnya, juga cerita legenda yang mengantarkannya pada kita saat ini, mungkin inilah mustika tang mate yang dimaksudkan, keabadian melalui cerita/legenda.
Demikianlah cerita rakyat toraja lakipadada, semoga dapat menghibur, cerita rakyat terkadang hanya fiksi untuk hiburan, jadi bisa kenyataan, bisa juga hanya cerita fiksi belaka, semoga cerita rakyat sulsel diatas bermanfaat dan menghibur.