Skip to main content

Cerpen Ipar-iparku keluarga baruku | Tentang kebersamaan keluarga

Berikut ini adalah cerita pendek tentang indahnya kebersamaan dan kepedulian dalam keluarga dengan judul cerita pendek prihal Ipar-iparku keluarga baruku

Bagaimana kisah dalam cerpen tentang kebersamaan dalam keluarga yang diterbit blog fiksi, untuk lebih jelasnya kisah ceritanya disimak saja cerita pendek tentang keluarga dibawah ini.

IPAR-IPARKU KELUARGA BARUKU Autor: Sis FitRaya

"Bang, tolong nanti kalau mau ke kantor pusat mampir ke rumah mpok Dini mbak Asiyah sama bang Hilmi, nitip ini ya." Kebetulan aku lagi banyak lemburan.

"Iya insyaallah, semoga urusanku cepat selesai jadi aku bisa mampir, emang buat kita udah lebih, kok kamu ngasih mereka."

"Owalah, Bang, kalau kamu mau berbagi nunggu lebih, sampai mati pun kamu nggak bakal bisa berbagi, lagian ini kan keluargamu, emang kamu nggak pengin nyenengin mereka?"

Suamiku hanya menggaruk kepalanya yang nggak gatal.

Kantor pusat suamiku ada di Tangerang, sedangkan keluarganya ada di Jakarta Selatan dan aku tinggal di Cikarang.

Sejak menikah suamiku hanya memikirkan aku dan anak-anak. Aku bahkan belum pernah merasa direcokin sama sekali oleh keluarganya dan ipar-iparnya.

Sayangnya dia seperti kurang mengingat saudara-saudaranya mungkin karena sudah berumah tangga atau kurang peka.

Seperti kata orang punya anak lelaki gampang hilang setelah menikah.

Tetapi aku selalu berusaha mengingatkan dia tentang keluarganya. Walaupun aku tahu penghasilannya hanya cukup untuk makan sama bayar kontrakan, itu pun kadang nombok, makanya aku bantu kerja biar bisa bantu untuk bayar sekolah anak dan lain hal.

Saat banyak lemburan aku suruh suamiku mengunjungi saudara-saudaranya dan berbagi. Tetapi jika sedang pas-pasan, jangankan memberi, main aja rasanya nggak enak.

Aku pernah mendengar sebuah pesan, ketika engkau diberi lebih sesungguhnya engkau sedang diberi kesempatan berbagi lebih.

Sebenarnya bisa saja aku transfer jika ingin memberi mereka uang, tetapi kapan suamiku menengok mereka jika serba transfer.

"Gimana kabar mereka?" tanyaku saat suamiku pulang.

"Baik, tapi tadi mereka menolak uang yang aku kasih," ujar suamiku.

"Loh kenapa?"

"Mereka kan tahu penghasilan aku, jadi takut kamu marah kalau aku ngasih uang ke mereka. Lalu aku jelaskan kalau ini kamu yang suruh, baru mereka mau menerima."

Karena kebiasaan di masyarakat sekitar, jika adik laki-lakinya menikah pasti agak seret, karena kadang istrinya yang pegang keuangan.

Ipar-iparku memang bukan orang kaya, tetapi mereka tidak pernah meminta-minta apa pun kepada adik atau kakaknya, asal adiknya bahagia tidak kurang suatu apa pun mereka juga bahagia.

Suatu hari, saat kondisi keuanganku kosong anakku masuk rumah sakit. Awalnya aku bingung karena pembayaran dari tempat kerja suami sistem rembes, jadi harus ditalangi sendiri baru nanti ngajuin pengganti.

Sedangkan aku tak pegang uang seratus ribu pun. Aku meminjam teman untuk DP masuk rawat inap, sambil menunggu anakku dirawat suamiku berusaha menghubungi teman-temannya untuk meminjam uang, aku pun demikian dan berjanji mengembalikan saat biaya sudah diganti sama kantor.

Siang itu rombongan iparku datang bersama pasangan masing-masing, mereka ingin menengok anakku dan memberiku support agar bersabar.

Sambil ngobrol ternyata WA masuk dari mbak Asiyah, padahal orangnya duduk di antara kami.

[Sis, mbak naruh duit dua juta di dalam tas kamu ya, pakai dulu gampang nanti mulanginnya kalau udah ada]

Aku sedih sampai berkaca-kaca dan tak bisa berkata apa-apa karena aku memang sangat membutuhkannya.

Aku tahu kenapa mba Asiyah melakukan hal itu sembunyi-sembunyi karena banyak iparku yang lain di situ, mungkin dia tidak enak.

Saat mau pulang, mpok Dini menyalamiku dengan amplop ditangannya.

"Semoga cepat sembuh ya si Dede."

Bukan nilai uang yang aku pikirkan tetapi kepedulian mereka yang membuatku merasa punya keluarga baru.

Saat mereka sudah pulang aku cerita sama suamiku kalau mba Asiyah meminjamkan uangnya. Ternyata suamiku juga mendapat pinjaman dari bang Hilmi, katanya bang Hilmi memberikannya tanpa sepengetahuan istrinya.

Aku paham karena sifat istrinya rada unik. Akhirnya aku bisa membayar rumah sakit tanpa meminjam ke sana ke mari. Alhamdulillah aku punya ipar yang sangat-sangat luar biasa.

Pernah dengar jika mempunyai anak atau adik lelaki lalu menikah tetapi istrinya tidak baik maka hilanglah dia. Makanya aku tidak ingin menjadi istri yang membuat anak dan adik laki-laki mereka hilang.

Aku ingin tetap mendekatkan mereka, karena aku juga punya anak lelaki, aku tidak ingin anak lelakiku meninggalkanku karena hilang bersama istrinya.

-Selesai-