Cerpen Islami sedih menyentuh dan mengharukan tentang pencarian Ibu kandung (02)
Cerita islami sedih tentang pencarian ibu kandung adalah bagian kedua cerpen noktah surga dalam kubangan lumpur menceritakan kisah cerita menyentuh hati tentang ibu kandung dan ibu angkat.
Bagian kedua cerita yang sedih ini juga berisi cerita cinta islami yang mengharukan dan menyentuh hati tentang kehidupan seorang anak yang mencari ibu kandungnya.
Untuk lebih jelasnya cerita islami penuh hikmah tentang anak angkat mencari ibu kandungannya disimak saja kisah ceritanya berikut ini.
NOKTAH SURGA DALAM KUBANGAN LUMPUR (02) Author : Zaidan Akbar
Aila ingin wanita yang melahirkannya itu hadir di hari pernikahannya nanti. Bagaimana kisah Aila untuk menemukan ibu kandungnya itu?Akhirnya kereta api tumpangan Aila telah sampai di tempat tujuan. Aila dan teman barunya Zaitun keluar dari kereta itu bersama-sama.
Aila mengambil ponsel dari sakunya. Aila hendak mengabari ibunya yaitu Arpah bahwa dirinya sudah sampai di Medan.
Tiba-tiba Handphone-nya di rampas oleh seorang pencopet dan begitu juga tas kecil yang disandangnya. Aila gugup dan seketika ia berteriak maling, orang yang mendengar teriakan itu berusaha menolong Aila tapi sayang pencopet tersebut tak berhasil di tangkap.
Aila bingung sekali. Sekarang ia tak punya apapun termasuk juga uang. Aila tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Di sela rasa kalut Aila, Zaitun mengajak Aila untuk beberapa hari menginap di pondok pesantren 'Sabilil Mukminin' tempat ia mengajar, akhirnya tanpa sungkan lagi Aila mengikuti ajakan Zaitun itu.
Sekarang Aila tinggal bersama Zaitun di asrama pondok pesantren
'Sabilil Mukminin'. Aila menceritakan maksud dan tujuan Aila ke kota Medan kepada Haji Buya Sahran yakni pemilik pondok pesantren itu.
Haji Buya Sahran sangat prihatin mendengar cerita Aila itu. Kemudian Haji Buya Sahran memerintahkan Zaitun dan putra sulungnya yaitu Azlan untuk turut membantu Aila dalam mencari ibu kandungnya.
Besok harinya pencarian itu di mulai. Pertama kali mereka mencari tempat tinggal Ratna yang tak lain adalah teman dari ibunya.
Pencarian ini semakin sulit karena Ratna yang Aila maksud ternyata sudah pindah dan tak tahu kemana rimbanya, tapi Aila tak pernah putus asa semangatnya selalu membara untuk menemukan teman ibunya itu.
Aila, Zaitun dan juga Azlan tetap berusaha mencari keberadaan Ratna. Mereka bertiga menelusuri kota Medan hingga ke sudut-sudutnya.
Kini, sudah dua bulan Aila di Medan, namun Aila belum menemukan titik terang keberadaan Ratna. Sedangkan Azlan tampaknya mulai simpati pada Aila. Kecantikan dan Akhlak Aila membuat Azlan kagum.
Terkadang Aila menyadari bahwa Azlan sering memperhatikannya diam-diam. Tapi Aila tidak peduli akan hal itu ia harus fokus untuk misinya yaitu mencari ibu kandungnya lagi pula tak akan ada yang bisa menggantikan posisi Hamdan dalam hatinya. Itulah alasannya mengapa Aila sering berusaha menjauhi Azlan.
Pencarian terus berlanjut dari hari ke hari hingga pada suatu saat Azlan bertemu teman kuliahnya di sela-sela pencarian. Teman Azlan itu bernama Zaki.
Zaki melihat Azlan memegang fhoto Ratna yang ia bawa dalam pencarian itu. Lalu Zaki mengatakan bahwa ia mengenal wanita setengah baya dalam fhoto itu dan ternyata Ratna adalah tetangganya Zaki serta Zaki lah yang mengantar Aila, Zaitun dan Azlan ke rumah Ratna.
Akhirnya mereka bertemu Ratna yakni seorang wanita yang dulu teman ibunya. Tapi sekali lagi harapan Aila berbuah kecewa sebab sudah lama Ratna putus kontak dengan Ariska yang tak lain adalah ibu kandung Aila.
Ratna menerangkan bahwa kabar terakhir yang ia dengar Bahwa Ariska merantau ke Pekanbaru.
Ratna juga menjelaskan bahwa benar Aila adalah anak hasil dari pemerkosaan yang dilakukan oleh teman kerja Ariska. Pemerkosa itu bernama Wahyu, makamnya tak jauh dari rumah Ratna.
Lalu Aila meminta Ratna mengantarkannya ke makam itu dan sampai di makam, Aila membacakan doa untuk ayahnya dan diatas nisan tua itu hati Aila berkata.
"Ayah! ku panggil engkau dengan sebutan itu sebab apapun dirimu kau tetaplah ayahku, meski aku ada bukan karena cintamu melainkan rasa kebencianmu pada ibu.
"Ayah! Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa mu dan aku berharap doaku kepada ALLAh terkabul aku agar aku bertemu ibu.
"Selamat tinggal ayah! senang bisa mengenalmu walau hanya melalui sepasang nisan ini.
Kemudian Aila pun berlalu meninggalkan makam ayahnya.
Sedangkan dalam keputusasaan itu Aila terlihat murung dan Haji Buya Sahran tak tega melihat Aila seperti itu lalu Haji Buya Sahran meminta Azlan anaknya itu menemani Aila untuk mencari Ibu kandungnya sampai ke Pekanbaru, Kalau masalah biaya Haji Buya Sahran siap menanggungnya.
Sebenarnya Aila keberatan bila harus pergi berdua bersama Azlan tapi apa boleh buat semua itu demi ambisi Aila untuk bertemu ibu kandungnya.
Aila dan Azlan terbang ke Pekanbaru. Berbekal informasi dari Ratna, maka mereka berdua terus berupaya mencari Ariska, ibu kandungnya Aila.
Di sela-sela perjalanan Azlan bertanya.
"Aila! aku ingin tahu, apakah kau tak pernah membenci orang tua kandung yang telah membuangmu?" tanya Azlan
Aila menggelengkan kepalanya
"Aku salut padamu Aila!" puji Azlan
Kemudian Aila berkata.
"Tak ada dasarnya untuk aku membenci mereka, jika ibu membuangku pasti ia punya alasan dan aku bisa menerima apapun alasan itu."
Azlan terpaku mendengar jawaban Aila itu. Azlan berpikir ternyata masih ada wanita yang sebegitu hormatnya pada orangtua.
Semua ini membuat Azlan membiarkan benih-benih cinta itu tumbuh dalam kalbunya meskipun ia tahu cintanya tak mungkin berbalas karena Aila sudah punya Hamdan dalam hatinya.
Aila dan Azlan meneruskan perjalanannya sampai akhirnya mereka bertemu orang yang dimaksud Ratna untuk membawa mereka bertemu Ariska.
Sungguh Aila terkejut, rupanya ibu kandung yang selama ini ia cari berada di rumah bordil dan ibunya itu adalah seorang pelacur. Usia ibunya itu memang tidak seberapa tua meskipun memang tak lagi muda.
Sementara orang-orang di tempat itu terheran-heran melihat sosok perempuan berhijab dan berbusana muslim masuk ke tempat seperti ini.
Aila juga merasa canggung di tempat itu tapi itulah jalannya Aila dapat bertemu ibu kandungnya.
Sekian lama sudah pencarian, kini ia berhadapan dengan ibu kandungnya. Akhirnya tanpa basa-basi Aila langsung sujud dan mencium kaki ibunya itu, tangisnya menderu.
Orang-orang disitu mulai riuh. Musik yang tadinya hingar tiba-tiba berhenti. orang-orang juga bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.
Cukup lama Aila terbungkuk sujud menciumi kaki Ariska, sang ibu kandung gadis yang malang itu.
"Ada apa ini? kau ini siapa?" Ariska bertanya-tanya.
Lalu Azlan yang juga di situ berkata.
"Bu Ariska! dia adalah anakmu yang selama ini mencarimu."
"Aila, Zania Suhaila."
Ariska memanggil nama yang ia sematkan untuk bayi perempuan yang ia buang dua puluh dua tahun yang lalu.
Aila bangun dari menciumi kaki ibunya itu dan langsung memeluk erat ibu kandungnya seraya menangis pilu.
Pun begitu Ariska tenggelam dengan kesedihan yang dalam. Ia tak menyangka bahwa anak nya ia buang puluhan tahun lalu kini hadir mencarinya. Lalu keduanya berbincang-bincang.
"Mengapa kau kemari Aila! Apa kau tak bahagia hidup bersama mereka?" tanya Ariska dengan ketus.
"Aila bahagia sekali hidup bersama mereka, ayah dan ibu menyayangi Aila bahkan lebih dari nyawa mereka sendiri" kata Aila
"Lalu..?" tanya Ariska penasaran
"Aila rindu ingin bertemu Bunda" jawab Aila.
"Ikutlah bersama Aila Bunda, kita hidup bersama-sama," lanjut Aila lagi.
"Tidak Aila, di sini tempatku, sekarang kita sudah bertemu, pulanglah dan ini bukan tempat orang-orang sepertimu"
ujar Ariska sambil menghisap rokok yang sejak tadi ada di tangannya.
"Apakah Aila salah dari semua yang sudah terjadi Bunda! Aila hanya ingin berbakti kepada Bunda, ibu kandung Aila layaknya seorang anak yang rindu mengabdi pada ibunya sendiri, apa Aila salah Bunda?" tanya Aila pada Ariska.
Mendengar itu Ariska terpaku diam seribu bahasa. Ariska hanya menatap Aila dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Bunda! ijinkan Aila untuk menginap malam ini di sini!" Aila memohon pada Ariska.
"Untuk apa, Aila?" tanya Ariska dengan kaget.
"Agar Aila merasakan tidur bersama Ibu kandung sendiri, bukankah tempat yang paling nyaman adalah dalam pelukan ibu? ya kan Bunda?" tanya Aila.
Sekali lagi Ariska tertegun mendengar kata-kata Aila ini, dalam hati Ariska terselip rasa bangga pada anaknya itu.
Akhirnya Ariska tak bisa menolak permintaan Aila dan akhirnya mereka begitu akrab. Sedangkan Azlan mencari tempat penginapan di luar.
Di kamar ibunya, Aila melaksanakan sholat Isya. Aila memandangi mukena yang ibu angkatnya berikan, hatinya juga semakin rindu pada ibu angkatnya yang jauh di sana.
Ariska hanya memandangi anaknya yang sedang sholat itu. Selesai sholat, Aila berdoa dan menoleh kearah ibunya.
Sebelum tidur ibu dan anak ini bercakap-cakap. Ariska bertanya pada Anaknya.
"Aila apa yang kau doakan tadi selesai sholat?"
"Aila berdoa agar Allah mengampuni segala dosa-dosa orang tua Aila termasuk dosa-dosa Bunda," jawab Aila menjelaskan.
Ariska hanya tersenyum kecil mendengar ucapan gadis berusia dua puluh dua tahun itu.
Tak lama, Aila pun tertidur pulas sambil memeluk ibunya.
Ariska mengusap-usap rambut anaknya yang tertidur itu lalu Ariska mencium kening Aila sebagai tanda kasih sayangnya.
Hati Ariska berucap.
"Aku tak tahu, bagaimana Arpah mendidikmu hingga Akhlak mu sesolehah ini, nak! dan aku juga tak tahu Bagaimana Tuhan menitipkan perangai mulia itu ada pada dirimu, padahal kau bukanlah anak yang lahir dari sebuah pernikahan."
Hati Ariska kini menangis. Ia bangun dari tidurnya lalu menghampiri mukena dan sajadah Aila. Ariska menjamah mukena itu perlahan-lahan dan kembali melipatnya seperti sedia kala.
Ariska mulai menyingkirkan bekas botol minuman keras dan bungkus rokok yang ada dalam kamarnya itu. lalu Ariska kembali tidur bersama Aila.
Subuh telah menjelma, kumandang Adzan membuat Aila bangun dari tidurnya. Aila mencoba membangunkan ibunya yang tampak sedang menggeliat. Namun tak lama Ariska pun bangun dan Aila berkata.
"Ayo Bunda, kita sholat subuh berjamaah!" ajak Aila pada Ariska.
"Apa Bunda pantas untuk sholat nak?" tanya Ariska.
"Tak ada yang tak pantas Bunda!" jawab Aila.
"Aila! Bunda sudah lama tak mengerjakan sholat, mungkin Bunda sudah lupa caranya," ujar Ariska.
"Aila akan ajari Bunda," tegas Aila
Kemudian mereka berdua melaksanakan sholat subuh berjamaah dan begitulah hari demi hari yang mereka lalui bersama.
Sudah beberapa minggu Aila membimbing ibunya ke jalan yang benar. Aila mengajari ibunya sholat dan membaca Alquran. semenjak itu Ariska tak pernah lagi menerima tamu laki-laki hidung belang.
Pada suatu malam, lokalisasi itu ramai pengunjung. Terdapat dua orang pemuda mabuk mencoba menggoda Aila di tempat itu bahkan pemuda yang mabuk ini dengan lancang memegang tangan Aila. Aila memberontak, Aila melawan lalu Ariska datang membela anaknya. Namun apa yang terjadi?
Ariska malah di dorong oleh kedua pemabuk itu dan meludahi Ariska serta memakinya dengan ucapan.
"Dasar pelacur tua, tak berguna!"
Beruntung ternyata Azlan ada di situ. Azlan langsung sigap melindungi Aila dan Ariska hingga terjadi perkelahian sengit antara Azlan dan kedua pemabuk itu.
Suasana Lokalisasi itu menjadi rusuh. Ariska memeluk Aila yang berdiri. Kemudian salah satu pemabuk itu hendak memukul Ariska dengan botol minuman keras, tapi Azlan langsung melindunginya hingga kepala Azlan terpukul oleh botol minuman keras itu sampai tak sadarkan diri, Azlan tergeletak dengan kepala yang bersimbah darah.
Azlan dibawa ke rumah sakit terdekat, kepalanya dijahit karena luka serta Azlan juga pingsan disebabkan benturan keras di kepala Azlan.
Selama pemulihan Azlan di rawat oleh Aila. Aila merasa bersalah sekali telah melibatkan Azlan ke dalam masalah pribadinya apalagi Azlan terluka karena melindungi Ariska, ibu kandung Aila.
***
Sementara di kampung halaman Aila, kabar bahwa ibu kandung Aila adalah seorang pelacur sudah santer terdengar.
Pada awalnya kabar ini dibawa oleh seseorang yang pernah bertemu Aila secara tak sengaja. Ia melihat Aila di tempat lokalisasi itu. Hal ini juga sampai ke telinga keluarga Hamdan, tunangannya Aila.
Kabar ini menjadi perihal yang buruk buat hubungan pertunangan Aila dan Hamdan. Keluarga Hamdan secara sepihak memutuskan pertunangan, Ibunya Hamdan menjodohkan Hamdan pada wanita lain yang juga sepupu Hamdan. Namun Hamdan tetap bertahan pada pilihannya yaitu Aila.
Sementara Arpah juga kini sering sakit-sakitan, Ia selalu memendam rasa rindu yang berat pada Aila anak yang ia cintai. Arpah selalu berharap Aila akan kembali padanya.
***
Di sisi lain, setelah kejadian yang menimpa Azlan, Akhirnya Azlan membawa Aila dan Ariska pulang ke kota Medan. Keduanya untuk sementara waktu tinggal di pondok pesantren milik Keluarga Azlan.
Di pondok pesantren itu, Ariska mengenal jalan Tuhan lebih dekat lagi. Ariska memang benar-benar taubat bahkan kini Ariska tak pernah meninggalkan sholatnya.
Sementara itu, Aila mengutarakan keinginannya pada Ariska, yaitu tanggal pernikahannya bersama Hamdan semakin dekat dan Aila mau Ariska turut menyaksikan pernikahannya itu.
Oleh sebab itu, Aila ingin membawa Ariska pulang ke kampung halaman. Selain Aila juga rindu pada Hamdan, terlebih-lebih rindunya juga jauh lebih besar pada Ayah dan ibunya di sana.
Aila dan Ariska pulang ke kampung halaman di Labuhanbatu dan Azlan yang mengantar mereka ke sana.
Setibanya di kampung, Arpah merasa senang melihat anak kesayangannya itu mengucapkan salam di depan pintu.
Tanpa jeda lagi langsung Arpah dan Aila saling berpelukan. Mereka terendam dalam derai air mata rindu yang telah tertahan begitu lama.
Ariska yang sudah berhijab itu pun juga berpelukan dengan Arpah. Ariska mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya buat Arpah dan keluarga yang telah mendidik Aila sehingga menjadi gadis yang baik Budi pekertinya.
Saat mereka berbincang-bincang, Arpah menyodorkan kepada Aila sepucuk surat dari Hamdan buat Aila yang sebenarnya hendak Arpah kirim waktu itu , namun Arpah tak tahu dimana Alamat Aila kala itu.
Aila membuka surat itu yang bertulis.
["Aila! kekasihku, sebelumnya aku minta maaf, mungkin kata-kata yang tertulis dalam surat ini akan membuatmu terluka.
["Aila! kurasa Tuhan tidak memilih kita untuk berjodoh dan bersatu dalam ikatan pernikahan atau mungkin aku yang tak punya jalan lain selain ini, selain perpisahan ini.
["Keluargaku tak menginginkanmu menjadi menantu mereka setelah mereka tahu siapa kau dan ibumu sebenarnya dan mereka telah memilihkan seorang untuk kupersunting sebagai istri.
["Seperti dirimu, akupun tak ingin jadi anak yang durhaka, oleh karenanya aku memutuskan hubungan kita, meski cinta dalam batinku tak sedikitpun berubah padamu.
["Aila tercinta! sekali lagi maafkan ketidakberdayaanku ini, kuharap padamu, jadikanlah semua hal tentang kita hanyalah kenangan di masa lalu, jika kenangan itu pahit maka buanglah agar tidak menyisakan luka dan apabila kenangan itu manis maka simpanlah ia rapi-rapi dalam benakmu sebagai tanda bahwa aku pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupmu.
["Selamat tinggal Aila, selamat berpisah.
["Dari pemuda yang selalu mencintaimu.
["Hamdan Zuhari.
Surat yang Aila baca itu, sungguh meremukkan batinnya. Harapannya hidup serumah bersama Hamdan telah punah. Sirna sudah impian-impian indah itu.
"Besok Hamdan akan menikah, kau yang sabar ya Aila," ucap Arpah
Sedangkan Ariska hanya menatap penderitaan batin yang anaknya rasakan itu. Sungguh dalam memang hingga air mata Aila tak terbendung lagi.
Tiba-tiba orang-orang ramai di depan rumah mereka, Warga berteriak-teriak. Suara yang terdengar seperti ucapan
"Usir pelacur-pelacur itu dari kampung ini"
Itulah teriakan orang-orang yang di sulut marah, massa mulai melempari rumah Keluarga Arpah.
Entah siapa yang berbuat dari sekerumunan massa itu, tiba-tiba sebuah lemparan batu yang besar menghantam kepala Ariska, kepalanya berdarah.
Darah itu begitu deras mengucur dari kepala bagian belakang Ariska hingga Ariska tumbang dan tergeletak di lantai rumah.
Ariska lalu dibawa ke Puskesmas Kecamatan namun tak lama jantungnya berdetak kencang tak beraturan, Ariska menggenggam tangan Aila dan berkata.
"Aila! terimakasih atas semua yang telah kau lakukan pada Bunda, kau memperkenalkan Bunda pada indahnya surga padahal neraka yang seharusnya lebih pantas buat Bunda.
"Aku bangga padamu nak! kau juga telah membuat aku Merasakan bahagianya menjadi seorang Ibu.
"Arpah! Wahab! untuk kedua kalinya aku titipkan anakku pada kalian.
"Maafkan Bunda Aila yang dulu pernah menyia-nyiakan mu, sekarang bunda akan pergi jauh Aila! maafkan Bunda.
Lalu Ariska mencoba mengucap dua kalimat syahadat sampai pada hentakan napas panjang yang terakhir sebagai tanda bahwa Ariska sudah tak ada lagi.
Aila berteriak histeris memanggil ibu kandungnya itu bersama tangisannya. Sekali lagi Aila merasakan kehilangan ibu kandungnya dan ini untuk selamanya.
Sedangkan Polisi terus menyelidiki kasus ini dan akhirnya berhasil menangkap pelaku.
Sementara setelah pemakaman Ariska, wajah Aila murung dan matanya terus basah karena tangisnya. Lalu Aila dan keluarga pulang ke rumah mereka.
Kemudian Azlan pamit hendak kembali ke Kota Medan karena Azlan merasa sudah saatnya ia pergi.
Melihat Azlan hendak pergi, Aila mengejar Azlan dan berkata.
"Azlan! Kau mau kemana?"
"Aku mau pulang, untuk apa aku di sini Aila," jawab Azlan
"Untuk aku, ya ...! untuk aku, Azlan!" sahut Aila spontan.
Azlan merasa bingung, sontak Azlan menoleh ke arah Aila
"Azlan! aku sudah banyak kehilangan orang yang kucintai, Hamdan meninggalkanku, ibu juga meninggalkanku, tapi kali ini aku tak akan membiarkan orang yang ku cintai meninggalkanku lagi," ujar Aila
"Azlan! sudikah kau menjadikan aku istrimu?" tanya Aila
Namun Azlan tak menjawab pertanyaan Aila itu, malah ia hanya senyum dan tertawa sendiri.
Berselang beberapa minggu kemudian Azlan dan keluarganya meminang Aila dan tak lama mereka menikah. Hidup mereka pun bahagia.
Semenjak itu Aila membawa orangtua angkatnya untuk pindah ke kota Medan. Aila menjadi staf pengajar di pondok pesantren milik Keluarga Azlan.
Aila banyak mendapat pelajaran yang berharga dari setiap peristiwa yang ia jalani dan kebahagiaan Aila bersama Azlan kini telah lengkap setelah lahirnya sepasang putra dan putri buah cinta mereka.
T A M A T
Note:
cerita ini hanya fiktif belaka
jika terdapat kesamaan nama tokoh dan tempat penulis mohon maaf
"surga itu selalu ada pada diri seorang ibu"