Skip to main content

Berani berbuat berani bertanggung jawab (ceraikan aku part 02)

Berani berbuat berani bertanggung jawab adalah lanjutan cerita bersambung ceraikan aku, tentang kehidupan dalam rumah tangga.

Berani bertanggung jawab atas perbuatannya berarti memiliki sikap yang baik karena menyelesaikan permasalah yang dibuatnya sendiri. Sebagaimana bertanggung jawab artinya sikap dan prilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, jika berani membuat masalah.

Bagaimana cerita berani berbuat harus berani bertanggung jawab dalam cerbung kisah tentang suami istri, selngkapnya disimak saja dibawah ini.

CERAIKAN AKU Part 02

"Aku nggak bisa. Aku nggak mau bohongin istrimu." seru Damar menolak keingan Dimas. Diapun menegaskan bahwa dengan cara apapun dia tidak bersedia membantunya.

"Aku mohon Mar, Aku ingin menyelamatkan pernikahanku dengan Shinta." pinta Dimas memelas.

"Harusnya kamu bisa jujur. Jangan jadi pengecut. Kamu harus belajar bertanggung jawab."

"Justru itu, aku minta pertolonganmu."

Damar bersikukuh dengan keputusannya. Dia tidak mau lebih jauh melibatkan diri.

"Kasihan istrimu. Setiap hari dibohongi dengan cerita perselingkuhanmu bersama Mega. Kamu harusnya sadar, jujur bukan membohonginya lagi untuk menyelamatkan harga dirimu."

"Ini yang terakhir Mar, Aku sangat berharap kamu bisa membantuku." Dimas terus memaksa Damar.

"Aku tidak akan menolongmu. Apa pernah kamu berpikir, bagaimana jika Shinta bertanya pada Resti. Hubunganku yang akan hancur. Apa kamu bisa menolongku?"

Dimas terdiam. Dia terlihat sangat bingung. Bagaimana lagi meyakinkan Damar agar bisa membantunya menjelaskan rentetan kejadian perselingkuhannya pada Shinta.

"Apa kamu tega membiarkan pernikahanku hancur?" tanya Dimas berharap Damar luluh.

Damar tersenyum sinis. Berdiri, beranjak dari duduknya berniat meninggalkan Dimas. Bad mood sudah melingkari perasaannya. Percuma saja bicara dengan seorang yang egois.

"Pikirkan sendiri jawabannya. Aku harus pergi, banyak urusan yang harus aku selesaikan. Berani berbuat harus berani mengambil resikonya. Kecuali kamu adalah seorang pecundang."

***

Shinta sudah selesai mengemas seluruh barang-barang miliknya, begitu pula Andri dan Asti. Mereka bertiga sudah bersiap-siap pergi meninggalkan suami dan ayahnya.

Keputusan Shinta sudah tidak bisa diganggu gugat. Apapun yang akan terjadi, Shinta berharap yang terbaik untuk kehidupan bersama kedua buah hatinya.

"Aku pergi mas. Kamu bisa kapan saja bertemu dengan anak-anak untuk melepas kerinduanmu."

"Itu bukan aku, itu Damar." rengek Dimas.

"Sudahlah. Aku tidak perlu penjelasan apapun lagi." jawab sinta singkat.

"Bagaimana caranya aku menjelaskan padamu." tanya damar memelas.

"Aku sudah tahu semuanya. Mas Damar tadi telpon aku. Jadi jangan coba untuk menghalangi langkahku meninggalkanmu.

Dimas terdiam. Skak Mat! Damar benar-benar tidak membantunya. Permainan sudah selesai. Tidak ada langkah lagi untuk mengelak.

"Maafkan aku. Beri aku kesempatan untuk mengubahnya. Menyelamatkan pernikahan kita." pinta Dimas lirih.

"Berubahlah untuk diri kamu sendiri mas bukan untuk pernikahan kita." jawab Shinta tegas.

"Kasihan anak-anak bila kita berpisah."

"Aku justru menyelamatkan mereka dari beban yang akan menghimpitnya. Biarlah mereka bersedih karena jauh dari ayahnya, daripada harus mendengar dari orang lain tentang perbuatanmu."

Dimas terus memohon. Terus merengek agar Shinta mengubah pendiriannya. Nasi sudah basi. Tak ada bubur yang bisa di nikmati lagi. Shinta melenggang meninggalkan Dimas dengan satu harapan; "Esok, tak ada lagi luka dalam hatinya."

rbm-Garut, 30/06/2021

Bersambung ke: Menggugat cerai suami karena wanita idaman lain