Menggugat cerai suami karena wanita idaman lain (Part 03)
Bisakah seorang istri menggugat cerai suami yang selingkuh, tentu biasa, seperti dalam cerita bersambung tentang kehidupan suami istri yang berjudul "CERAIKAN AKU".
Bagaimana kisah cerita suami digugat cerai karena wanita idaman lain (wil) dalam cerbung tentang istri minta cerai, apakah konsekuensi istri menggugat cerai dan hak istri kepada suami dipenuhi dipenuhi dalam cerita ini selengkapnya disimak saja cerbung ceraikan aku bagian ketiga, dibawah ini.
CERAIKAN AKU Part 03
"Ini buat kamu. Dalam amplop itu ada uang tiga puluh juta. Aku harap kamu bisa melupakan semua yang telah terjadi." suara Dimas terdengar parau menahan sesak.
"Apa? Kamu jahat bang. Enak banget ya setelah aku memberikan semuanya, Kamu menyuruh aku melupakan." bentak Mega tak percaya dengan keputusan Dimas.
Dimas harus mengakui ada rasa sakit yang tiba-tiba menggores hatinya. Entah sejak kapan cinta telah menguasai logikanya, membuat sebuah keputusan menerima seseorang singgah dihatinya. Di sisi lain Dimas pun sangat ingin mempertahankan pernikahannya.
"Kita impas. Biarkan aku pergi."
"Dasar b^jingan. Kamu anggap aku wanita jalang. Wanita murahan yang setelah kau puas menikmatinya, lalu segampang itu pergi melemparkan setumpuk uang."
"Bukan itu maksudku. Kita hanya pisah sementara, setelah aku membereskan masalah dengan Shinta, kita pasti balikan lagi." sergah Dimas seraya meyakinkan Mega untuk bisa lebih tenang. Bisa mengontrol emosinya.
"Bagaimana janji kamu menikahiku?" Tanya Mega penuh harap.
"Aku pasti menikahi kamu. Percaya sama aku."
***
"Bu, apakah aku tidak akan melihat ayah lagi?" tanya Asri polos.
Shinta kaget mendengar pertanyaan buah hatinya. Ada rasa bersalah karena telah memisahkan Asri dengan ayahnya. Mungkin benar anggapan sebuah mitos, bahwa seorang anak perempuan slalu dekat dengan ayahnya. Entahlah ... Semoga apa yang dia lakukan adalah hal yang benar.
"Asri, Ibu tidak akan pernah melarang kamu untuk bertemu dengan ayah. Asri bisa kapan saja menelpon dan meminta ayah datang menemui kamu."
"Mengapa ibu sama ayah berpisah?" sekali lagi pertanyaan Asri membuat Shinta terdiam. Bagaimana dia bisa menjelaskan pada seorang anak yang belum paham dan mengerti tentang sebuah pernikahan.
"Asri, ini sudah malam, besok lagi ibu ceritanya ya, Asri tidur yah sayang."
Asri mengangguk, Shinta lalu membacakan dongeng untuk mengantarkan buah hatinya menuju peraduan mimpi indahnya.
"Mimpi yang indah ya nak, Ibu berharap malaikat-malaikat malam menjaga tidurmu, memberi jawaban yang paling hebat dan adil atas pertanyaanmu."
***
"Asri sudah tidur?" tanya Pak Broto pada Shinta.
"Sudah pak." jawab Shinta.
"Sini duduk, Bapak ingin bicara." pinta Pak Broto.
Shinta menghampiri ayahnya lalu duduk di sampingnya.
"Kapan sidang pertama pengadilan?"
"Dua hari lagi pak."
"Kamu sudah yakin? Maaf Bapak tidak berniat ikut campur. Bapak hanya mengingatkan saja. Ini memang berat, ketika seseorang disudutkan pada sebuah pilihan, apakah dia harus memilih atau mengabaikan pilihan itu."
"Aku sudah yakin Pak, benar-benar yakin. Apalagi tadi siang Shinta bertemu dengan Mega. Saat ini Mega sedang mengandung anaknya Mas Dimas." Shinta memberi penjelasan atas keyakinannya.
"Hamil? Sudah cek ke dokter?" tanya Pak Broto.
"Shinta rasa tidak perlu pak, aku sudah tidak peduli lagi dengan benar atau salah."
"Ya sudah bila kamu sudah bulat dengan tekadmu. Jangan sampai Tuhan membenci keputusanmu."
"Aamiin, semoga saja. Shinta hanya manusia biasa. Aku hanya bisa pasrah dan ikhlas. Seandainya Tuhan membenci Shinta dengan perceraian ini, Shinta hanya minta semoga Tuhan memaafkan dan memberinya kekuatan."
Bersambung
rbm-Garut, 01/06/2021