Skip to main content

Cerita sedih: Dua sahabat tentang (covid-19) corona virus

Kisah sedih mengesankan tentang dua sahabat sejati yang salah satunya positif covid adalah cerita mini yang menceritakan tentang kisah persahabatan yang berakhir menyedihkan karena kecelakaan

Bagaimana kisah cerita tentang dua sahabat yang dipisahkan maut dalam cermin sedih tentang sahabat sejati yang meninggal dipublikasikan blog fiksi selengkapnya disimak saja cerita mini berjudul teduhnya wajahmu dibawah ini.

Cermin: TEDUHNYA WAJAHMU

"Jangan takut, jangan mikir macam-macam." suara Bianka terus memberi semangat pada Asti yang terbaring lemas.

"Aku takut Bi, hasil pemeriksaan reaktif. Aku positif Covid." jawab Asti lirih.

Rasa takut mulai menjalar mendobrak ruang hatinya. Berita tentang Corona yang selama ini dia dengar dan lihat di layar televisi sekarang telah menghinggapi tubuhnya. Entah darimana bisikan-bisikan tak bertanggung jawab merasuki pikirannya yang hanya mengatakan; "mati dan mati."

"Percaya saja pada Tuhan kalau umurmu masih panjang."

"Aku takut sekali Bi, bila nanti aku mati gimana?" keluh Asti.

"Sudah, buang jauh-jauh pemikiranmu tentang kematian. Tidak ada yang tahu soal takdir Tuhan yang satu ini. Lebih baik kamu memikirkan bagaimana bisa sembuh dan keluar dari tempat asing ini." senyum Bianka menghiasi kata-katanya memeluk ketakutan Asti.

Asti menghela nafas panjang. Ada sesak saat dia mencoba menariknya. Ada rasa tidak percaya menguasai ruang batinnya. Akhirnya Asti menangis.

Asti menatap lekat sahabatnya. Hatinya bahagia. Sangat bersyukur memiliki seorang teman yang tidak pernah meninggalkannya dalam keadaan susah. Ketika orang-orang menjauh mengasingkannya.

Asti tak boleh berprasangka, mereka punya alasan berbuat seperti itu. Meskipun jarak ketidakpedulian terlalu tipis antara kasih sayang dan ketakutan.

Sesekali Asti tersenyum melihat wajah Bianka yang meneduhkan. Salut pada keberanian yang dia miliki, tidak memperdulikan bahaya pada kesehatannya. Bianka bisa kapan saja tertular, namun ia tetap bersikukuh ingin melihat dari dekat keadaan dan memberikan semangat hidup kepadanya.

Asti merasakan semakin deras airmata mengalir di sudut matanya. Hatinya meracau;

"Bi, seandainya bisa aku berbaring di sampingmu, ingin aku memelukmu yang dingin dalam pelukan bumi. Aku masih ingin melihat senyummu yang telah memberiku semangat untuk tetap hidup saat aku terbaring lemas, seperti kemarin di ruang terasing yang pernah kita lewati.

Masih ingin mendengar suaramu bukan membisu seperti ini. Masih ingin melihat wajahmu yang teduh setiap hari, bukan sebentuk bayangan yang tak bisa aku sentuh. Akhhh, seandainya aku tidak memaksamu pulang, truk itu tidak akan menabrakmu ..."

rbm-Garut, 24/06/2021