Skip to main content

Keikhlasan hati seorang istri melepas suami dengan orang lain (ceriakan aku part 04)

Ketika cinta dan kesetiaan dalam pernikahan dikhianati suami yang selingkuh tentu sakit hati dan kecewa mendalam yang dirasakan istri, melepaskan dan mengikhlaskan adalah salah satu jalan untuk mengobati kekecewaan bila rumah tangga tak lagi biasa dipertahankan.

Nah kisah istri yang sabar menghadapi suami untuk becerai ada dalam cerita bersambung "Ceraikan aku" bagian keempat. Bagaimana kata kata yang menyentuh hati untuk suami yang selingkuh, disimak saja kisah ceritanya berikut ini.

CERAIKAN AKU Part 04

Dimas tidak berani menatap wajah Pak Broto mertuanya. Sedangkan pikirannya melayang-layang, tanpa arah. Rasa malu dan bersalah telah mengubah suasana yang dulu hangat menjadi kaku.

Sedangkan Pak Broto masih bertahan dengan sikapnya yang dingin dan acuh. Sejujurnya perasaan Pak Broto kecewa, sangat kecewa setelah mengetahui apa yang sudah dilakukan Dimas pada putrinya.

Hatinya sangat sakit mendengar bahwa putrinya yang dulu dia lepaskan dari pelukannya harus menanggung penderitaan.

Akhirnya setelah lama dalam kebisuan, Pak Broto mulai membuka obrolan. Bukan karena sikapnya sudah melunak, melainkan Pak Broto ingin kalau Dimas segera pergi dari rumahnya.

"Dulu ketika kamu datang meminta restu, ada rasa takut bila Bapak salah pilih. Salah membuat keputusan. Tetapi, ketika kamu dan Shinta bisa memberikan keyakinan, akhirnya Bapak restui kalian untuk menikah."

Sadar kesalahannya begitu besar,
Dimas merasa bingung harus berkata apa pada mertuanya. Dengan sedikit keberanian, dia mencoba meminta maaf dan berbicara pada Pak Broto.

"Saya minta maaf Pak. Saya akui, saya sudah melakukan kesalahan besar, dan sekarang saya ingin memperbaikinya. Maaf bila saya sudah sangat mengecewakan dan merusak kepercayaan Bapak."

"Sekarang perkaranya bukan permohonan maaf, tapi bagaimana membuat Shinta bisa mempercayai kamu lagi, termasuk saya."

"Jujur saya bingung. Tolong bantu saya Pak untuk meyakinkan Shinta kembali." pinta Dimas memelas.

"Maafkan Bapak, sebagai orang tua tugas Bapak hanyalah meluruskan, bukan memberi keputusan. Mungkin apa yang dirasakan Shinta sama dengan apa yang sedang saya rasakan sekarang. Hancur! Sangat hancur. Dulu Shinta maupun Bapak memilih kamu adalah seseorang yang akan memberikan kebahagiaan. Tapi, sudahlah ...."

"Sekali lagi saya minta maaf. Saya sungguh bingung, tidak tahu apa yang mesti saya perbuat lagi."

"Dimas satu yang kamu harus tahu, pernikahan adalah bagaimana membangun pondasi kepercayaan. Ikatan cinta dua orang yang saling melengkapi. Saling memberi kekuatan. Lalu bagaimana bila satu orang di antara kalian memilih berhenti?"

***

Dimas menyerah, sudah tidak ada jalan lagi untuk menyelamatkan pernikahannya. Di kursi taman sendiri termenung dan menyesali apa yang sudah terjadi. Akhhh ... Seandainya waktu seperti tape recorder, dia bisa kapan saja menekan tombol rewind. Sayang waktu terus berlalu, tak bisa diputar kembali.

"Kapan Ayah memeluk Asri lagi? Kenapa harus ada jarak untuk bermain dan bercanda bersama Ayah? Kenapa Ayah membuat ibu marah?" Asri membrondong Ayahnya dengan pertanyaan.

Mendengar pertanyaan Asri, Dimas membisu, tak mampu membendung airmatanya. Menarik Asri jatuh ke pelukannya.

"Maafkan Ayah, entahlah ... Semoga Besok Ayah mesih bisa memelukmu. Bermain dan jalan-jalan seperti dulu."

"Ayah janji ya, setiap hari tengokin Asri."

"Iya, Ayah janji. Ayah pasti datang setiap hari." jawab Dimas berusaha menyenangkan putrinya.

"Makasih Ayah, Asri sayang sama Ayah."

"Ayah juga sayang sama Asri. Sayang banget. Maafin Ayah ya nak."

"Asri main sama kakek dulu ya. Ibu mau bicara dengan ayah." tiba-tiba suara Shinta terdengar meminta Asri untuk meninggalkan mereka berdua.

Asri mengangguk dan tersenyum. Satu pelukan perpisahan, semakin membuat hati Dimas semakin teriris.

"Lihat Asri Ta, Dia begitu sedih kita berpisah." Dimas mencoba membuat dalih.

Shinta tidak terpancing. Tidak bergeming sama sekali. Hanya tersenyum menyodorkan surat yang harus ditanda tanganinya.

"Besok di Pengadilan Agama aku harap kamu bisa jujur. Jangan berbohong dan membuat situasi semakin sulit."

Dimas menghela nafas panjang. Shinta benar-benar tega membuatnya gagal memperbaiki pernikahannya.

"Apakah kamu sudah berpikir ulang untuk masalah perceraian kita?"

"Aku sudah mantap mas, sudah tidak ada jalan lagi. Aku berharap kamu bisa memulai pernikahan yang baru. Membuka lembaran baru yang lebih baik dengan Mega."

"Baiklah, setidaknya aku sudah berusaha memperjuangkan agar pernikahan kita masih bisa kita perbaiki." jawab Dimas kecewa.

"Sudah terlambat, mengapa tidak dari dulu?"

"Aku akui aku salah. Aku minya maaf."

"Sudahlah Mas, jangan berdebat lagi. Aku sadar, kita berdua membenci perceraian. Banyak yang membenci perceraian, bahkan Tuhan pun amat membencinya. Tetapi mungkin apa yang kita benci adalah jalan untuk menumbuhkan cinta dan kebahagiaan baru."

"Baiklah, apa yang membuat kamu bisa menerimaku kembali?" Dimas terus mendesak Shinta dengan pertanyaan.

"Pergi dan menikahlah dengan Mega. Biarlah aku dan Asri yang patah. Menikmati duka kehilangan."

"Mega yang mana?"

"Sudahlah Mas, aku mohon jangan kecewakan dia. Kasihan Mega, sudah menunggi kamu dari tadi."

Selesai perjuangan Dimas. Tanpa diketahuinya, Mega sudah berada di hadapannya. Shinta tersenyum, menyambut Mega dengan ramah. Shinta lah yang meminta Mega untuk datang.

"Mega? Kamu ... Ngapain disini? Tanya Dimas Gugup.

"Aku yang minta dia datang, agar masalah kita cepat selesai." Jawab Shinta.

"Aku sudah menceritakan yang sebenarnya pada Mbak Shinta." timpal Mega memberi keterangan pada Dimas.

Dimas terpojok. Game over!

"Maafkan aku mbak, aku telah membuat rumah tangga mbak hancur berantakan. Seandainya tidak ada isi dalam perutku, aku tidak akan memperjuangkannya, dan aku hanya menagih janjinya untuk menikahiku." ucap Mega lirih Meminta maaf.

"Aku sedang berusaha memahaminya. Kamu tidak sepenuhnya bersalah. Seandainya dulu suamiku bisa menjaga pernikahannya, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku pun salah, mungkin masih banyak kekurangan yang tidak bisa di terima oleh Dimas, makanya dia berpaling dari rumah tangganya.

Seandainya aku bisa membahagiakannya, dia tidak akan pernah berpaling dari cinta dan kesetiaan pernikahannya. Ini yang aku minta. Pergilah Mas, menikahlah dengannya, dan jagalah pernikahan kalian.

"Aku, kamu, dia dan anak-anak berhak bahagia. Pergilah, aku sudah ikhlas melepasmu."

-SELESAI-

rbm-Garut, 02/07/2021