Cerpen: Di ujung penantian mimpi dan harapan
Di ujung penantian mimpi dan harapan adalah judul cerita pendek tentang cinta sejati yang dalam kisah ceritanya selalu menanti cinta sang kekasih setelah perpisahan.
Dan untuk lebih jelasnya tentang cerpen tentang cinta di ujung penantian mimpi dan harapan disimak cerpen kisah cinta mengharukan dibawah ini.
Cerpen: DI UJUNG PENANTIAN Autor: Boedi R Budiman
Temaram perlahan mulai menghapus keindahan wajah senja. Satu persatu kepingan dari bayangbayangnya diatur dan disimpan begitu rapih dalam pelukan gelap. Berjanji sore ini adalah yang terakhir kali mengingatnya.
Esok, ketika fajar mulai bersinar, ia harus mencari cinta yang baru. Memilih mekar bunga yang baru, dan keindahan senja yang baru.
"Apakah kamu sudah mendengar berita pernikahan Mita?" tanya Abas mengagetkan lamunan Andri.
Andri tidak langsung menjawab pertanyaan sahabatnya. Memberi waktu pada lidahnya yang kelu untuk bisa berkata-kata. Akhirnya kekuatan untuk berbicara pun datang meski harus menahan rasa sakit sangat.
"Sudah ..." jawab Andri singkat.
"Kapan, dari siapa?"
"Tadi pagi, Dini yang memberitahu aku"
Sebagai sahabat Abas tahu apa yang dirasakan Andri malam ini. Hatinya pasti hancur. Meskipun Andri dan Mita sudah berpisah selama dua tahun.
Selama itu Andri masih saja menanti balasan cinta Mita yang bisa memeluk kesepian hari-harinya. Melepaskan mimpi jauh terbang ke angkasa. Tetap bertumpu pada harapannya, bahwa suatu hari Mita akan kembali menjadi obat kerinduaannya. Menjadi seseorang yang selalu berada di sisinya.
Sekejap apa yang menjadi keinginannya luluh lantak. Bagai tersapu angin puting beliung seluruh mimpi dan harapannya berterbangan tanpa arah. Jatuh terhempas kembali ke tanah sangat keras. Begitu kerasnya membuat Andri hancur berkeping-keping, membisu dalam hujan airmata.
Lama sekali Abas Menimbang rasa, apakah harus dia utarakan keinginan Mita agar Andri bisa menghadiri, menyaksikan proses akad nikahnya yang akan dilaksanakan minggu depan.
"Hmmm, Ndri ... kamu akan datang di pesta pernikahannya?" tanya Abas hati-hati.
Andri menatap lekat sahabatnya. Menghela nafas panjang. Menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaannya.
"Kenapa?" desak Abas mencari tahu alasan Andri.
"Apa harus aku tambah luka hatiku. Membohongi semua orang bahwa aku tidak merasakan apa-apa. Bahwa aku baik-baik saja."
"Tapi Ndri, tadi Mita meminta pada saat akad nanti kamu bisa hadir."
"Untuk apa? Untuk satu pembuktian bahwa aku sudah kalah. Untuk melihat senyum kebahagiaannya. Seorang laki-laki yang telah berhasil mencuri dan berhasil menikahi tunanganku. Untuk membuktikan bahwa ini adalah takdir yang harus aku jalani."
"Entahlah, aku hanya menyampaikan amanatnya. Semuanya terserah kamu."
"Tolong sampaikan padanya, aku akan berhenti mengingat tentangnya. Berita pernikahannya adalah akhir dari penantianku. Akhir dari mimpi dan harapanku. Cintaku telah menemui muara kesunyiannya. Seandainya cinta tidak membekas begitu dalam rasa dan ingatanku, aku pasti datang, aku pasti menyaksikan akad nikahnya. Bagiku ini tidak mudah, tidak seperti dia yang dengan mudahnya melupakan dan menggantikan diriku dalam.sekejap."
"Ini sudah menjadi takdir kita. Kita tidak bisa menghindari apa yang sudah menjadi suratan-Nya." tiba-tiba suara Mita sudah berada di belakang Andri.
Andri membalikan badan. Ditatapnya seseorang yang pernah hadir dalam dunianya begitu lekat.
"Takdir yang mana? Tentang jodoh, rezeki, maut? Yang aku tahu hanya maut yang tidak bisa diubah dan dihindari."
"Maksud kamu?" tanya Mita
"Rezeki sudah ada yang mengatur, nggak akan kemana-mana, apakah kamu yakin dapet rezeki bila nggak kemana-mana. Sama halnya jodoh, pertemuan kita awalnya adalah bagian dari rencanya-Nya."
"Dan perpisahan kita juga adalah bagian dari rencana-Nya bukan?"
"Mungkin, pertemuan kita ibarat menu makanan yang dipilihkan oleh-Nya. Sayang, kamu menyerah, menolaknya karena kurang berselera. Dan ketika kau sama-sama berjuang bersamanya akhirnya kalian bisa menikah. Sedangkan denganku, kau memilih pergi dengan beribu alasan."
"Bukankah Tuhan berkuasa atas membolak-balikan hati?"
"Benar, namun Tuhan memberi apa yang kau yakini dan apa yang kamu sangkakan. Karena aku bukan yang terbaik dalam pikiranmu, karena kamu tidak bisa menerimaku dengan baik, maka kau membuangku, dan memilih pergi dengan pencuri itu."
Mita memilih diam. Menghindari perdebatan yang panjang. Besok dia akan menikah dengan Yanto. Seharusnya dia tidak menemui Andri. Tapi dia ingin semuanya selesai. Tidak ada lagi yang mengganjal dalam hatinya. Tidak ada kebencian.
"Aku tidak akan memaksamu untuk datang. Aku hanya ingin kamu bisa mengikhlaskan kepergianku. Tidak membenciku. Aku minta maaf telah memutuskan pertunangan kita dulu."
"Kenapa kau takut aku membencimu? Tidak usah khawatir, bagiku membencimu jauh lebih sulit daripada mencintaimu. Ikhlas tidak ikhlas aku harus ikhlas. Hanya satu pertanyaanku sebelum dirimu benar-benar pergi; apakah kau masih menyayangiku?"
-Selesai-