Skip to main content

Cerita cinta bertepuk sebelah tangan (Cinta dari tengah hujan II )

Cerita cinta bertepuk sebelah tangan adalah lanjutan cerita bersambung cinta dari tengah hujan I yang menceritakan tentang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Dibagian kedua cerita cinta dari tengah hujan ini berkisah tentang kekecewaan seorang lelaki saat cinta bertepuk sebelah tangan. Hal ini karena pria tersebut mengingatkan Asma akan masa lalu yang membuatnya patah hati.

Nah Untuk lebih jelasnya cerita cerpen cinta bertepuk sebelah tangan, disimak saja berikut ini cerita cinta dari tengah hujan bagian kedua, tentang kisah cinta bertepuk sebelah tangan

CINTA DARI TENGAH HUJAN (Part 2) Author: Fista Nanta

Sebuah mobil sedan mewah melaju pelan di atas jalanan beraspal. Laju mobil itu berhenti di pelataran sebuah masjid. Pengemudi mobil yang tak lain adalah Hasby turun dari pintu depan mobil.

Dia ingin menemui seseorang yang membuatnya tak pernah tenang belakangan ini, ya dia memang Asma.

Lihat juga: Cinta dari tengah hujan (Part I)

Kata Linda pada Hari minggu siang pada waktu zuhur Asma selalu mengikuti pengkajian Hadist di masjid ini dan pulang selesai sholat Ashar.

Langkah Hasby tenang tanpa ragu menyusuri luasnya pelataran masjid. Matanya melihat pemandangan yang mendinginkan hati yaitu melihat banyaknya jama'ah laki - laki dan perempuan yang memasuki masjid untuk sholat zuhur berjama'ah dan tentunya untuk mendengarkan ceramah guru Ahli Hadist.

Setelah mengambil air wudhu dia langsung masuk kedalam masjid dan melaksanakan sholat takhiyatal masjid.

Sembari menunggu masuknya waktu zuhur yang kurang lebih setengah jam lagi dia membaca ayat suci Al qur'an sembari mengulang hafalannya. Ya memang Hasby adalah seorang Hafiz al qur'an.

Terasa sangat lama berlalunya waktu bagi orang yang sedang menunggu rasa itu tak luput terasa pada diri Hasby.

Waktu zuhur sudah masuk azan pun di kumandangkan, selesai azan, sholat zuhur ditunaikan dan disambung dengan acara pengkajian Hadis sampai waktu mejelang Asar.

Semua berjalan lancar Hasby terasa lega akhirnya azan waktu Asar sudah di kumandangkan dan dia mengangkat tangan berdo'a di antara azan dan iqomah

" Ya Allah ampuni dosaku yang hanya menanti - nanti sesuatu di luar niat ibadah kepadamu . Tapi sungguhpun seperti itu aku ingin menjalani sunah Rasul kekasih Mu. Ridhoilah dan beri kelancaran niatku yang mungkin tidak sepenuhnya baik di hadapan Mu. Amin.."

Sholat asar berjama'ah telah usai. Hasby berdiri di serambi masjid matanya mengawasi pintu keluar masjid bagian jama'ah perempuan. Satu persatu jama'ah perempuan yang keluar di awasinya dengan teliti dan sabar.

Akhirnya wajah sosok yang di nantinya turut berduyun keluar diantara jama'ah perempuan lain.

Tapi entah mengapa dia malah bergegas menuruni tangga serambi masjid menuju di mana mobilnya terparkir. Mungkin dia tidak ingin bertemu dengan gadis idamannya itu di rumah Allah.

Memang benar dia tidak ingin menodai tempat ibadah suci itu dengan sesuatu di luar ibadah.

Dari dalam mobil dia masih mengamati dengan cermat targetnya. Sepertinya dia ingin mencari tempat yang tepat untuk menemuinya.

Asma kali ini tak mengendarai sepeda motor. Dia melangkah keluar pelataran masjid. Perlahan Hasby menjalankan mobilnya membuntuti Asma.

Sendiri Asma melangkah di atas trotoar membuat penasaran Hasby.

" Baik ini tempat dan suasananya bagus .."

Hasby melihat Asma berbelok di gang yang sepi. Melihat ada momen yang tepat Hasby segera keluar mobil dan memacu langkah cepat menghampiri Asma .

" Asma.." akrab Hasby memanggil.

Asma menoleh ke arah suara itu

"Mas Hasby .." desah Asma kaget seketika langkahnya terhenti.

Air matanya tak urung untuk menetes di pipi lembut itu. Wajahnya berubah murung. Jantungnya berdetak tak terkontrol seakan ingin meledak dan hancur.

Dia berusaha sekuat tenaga mengontrol diri sebisa mungkin. Di luruskan pandangannya dan melangkah lebih cepat dari sebelumnya.

Langkah cepat Asma terkalahkan oleh langkah Hasby yang juga di percepat. Tak ada pilihan lain bagi Hasby untuk menghentikan Asma kecuali hanya memegang erat pergelangan tangan gadis itu. Asma berusaha meronta sekuat tenaga melepaskan genggaman kuat itu.

"Lepas mas.." rengek Asma.

" Maaf Asma hanya dengan cara ini aku bisa menghentikan tingkah anehmu yang selalu pergi menjauhi ku. Apa aku pernah berbuat salah denganmu atau membuatmu takut . Kalau memang itu yang membuatmu menghindariku aku minta maaf tapi dengarkan pengakuanku ini. Aku hanya ingin kita kenal lebih dekat denganmu dan aku ingin berta'aruf denganmu."

Genggaman Hasby tetap kuat melingkar di tangan lembut itu.

" Lepas mas.."

Asma yang mulai kehabisan tenaga dan cara untuk melepas genggaman emosi kesedihannya dan genggaman kekar itu kini mulai pasrah walau sesekali masih meronta kecil.

Tangan lembut itu tetap ingin lepas, ingin lari dan terbang secepat kilat kemanapun asal tak melihat semua yang ada pada pemuda itu.

" Baik aku tak akan memaksamu lagi dan akan kulepas genggamanku ini dan aku akan pergi dari hidupmu dan juga aku takkan hadir menemuimu lagi. Dan juga aku akan merubah niat ku yang mungkin terlalu tergesa - gesa ku ucapkan.

Aku hanya ingin tahu apa yang membuatmu selalu larut dalam kesedihan setiap melihatku. Itupun kalau engkau berkenan tapi kalau tidak baiklah. Maaf aku sudah mengganggu..

" Hasby melepas genggamannya. Wajahnya terlihat ada kekecewaan tersirat.

" Assalamu'alaikum."

Hasby mengangguk kecil menandakan begitu kuat keinginan cinta di hatinya. Hasby segera berlalu.

Asma hanya diam terpaku matanya sayu menerawang langit neraka tanpa pemikiran , mungkin itu yang di inginkannya untuk menindih tubuhnya agar hatinya menerima hal yang lebih sakit sesakitnya. Karena perasaannya tak kunjung membaik semakin hari apapun yang dia lakukan.

****

Sebuah kisah kenangan indah sungguh membuat hati manusia menikmati betapa indahnya hidup.

" Mas Fatir tunggu..." teriakan lembut mengalun menghentikan langkah pemuda berambut gondrong. Matanya yang tajam menoleh penuh cinta pada wanita yang segera menghampirinya.

" e.. Asma.." suaranya riang penuh keramahan.

" Baru pulang dari pesantren ya mas Fatir ."

Asma basa basi sedikit menggoda.

" Emang dari mana kalau nggak dari pesantren . Kayak nggak biasa aja.." sewot Fatir

" Kamu sendiri dari mana ?."

" Dari warung." Jawab Asma ngawur.

" Dari warung kok tiap malam dan pasti pas aku pulang. Atau mungkin kamu kangen sama aku."

" Kalau iya kenapa.." goda lagi Asma lebih berani.

" Emang nggak boleh . Kamukan pacar aku terserah aku dong.." Asma memeluk manja tangan Fatir.

" Eh Malu di lihat orang banyak.." Fatir menarik tangannya berusaha melepas tingkah manja kekasihnya .

" Kalau begitu cium .." Asma memejamkan mata dan mengerucutkan bibirnya dengan tingkah yang semakin manja.

" Belum muhrim.." Fatir melangkah lebih cepat meninggalkan Asma.

Melihat tingkahnya tak di gubris Asma berlari mendekati dari belakang menjinjitkan kaki dan " cup " satu ciuaman tercuri dari pipi Fatir.

Ada perasaan malu dan senang tersembunyi di hati pemuda itu.

" Makanya aku cepat di lamar dan kita nikah.. Abah sudah setuju tadi pagi dia bilang sama Asma.."

Asma berteriak dalam lari mundurnya dan segera berlalu menghilang di tikungan jalan.

Fatir tersenyum penuh bahagia. Pikirannya menimbang - nimbang

" Sebaiknya aku omongin masalah ini sama Abahku.."

****

Siang hari begitu terik, matahari tak mau berdebat lagi dengan kemarahannya siang itu. Sinarnya tak lagi mampu di tahankan oleh awan untuk meredupkannya walau hanya sekedar memberi beberapa menit saja.

Panasnya hari itu memanglah panas tapi tak begitu dengan dua insan yang sedang kasmaran. Keduanya sedang duduk bersandar di bawah pohon beringin di depan sekolah PAUD dengan sepi penghuninya.

" Yang.. ,mas Fatir boleh ngomong sesuatu.." terlihat wajah serius di wajahnya menyela perbincangan.

Asma memandang wajah yang sangat serius itu. "

Boleh.." Asma terbawa suasana.

" Boleh nggak kalau mas pergi merantau ke Jakarta.."

Masih terlihat sangat serius wajah tampan dan ramah itu.

" Mau apa lagi mas. " suara Asma parau dalam hatinya merasa tidak setuju dengan keputusan mendadak kekasihnya.

"Di sana nanti mau kerja apa ,terus tinggal di mana dan.."

" Kapan ya aku di lamar..." nada suara itu menggoda dan ekspresi wajah itu berubah ceria penuh tawa di mulut Fatir.

" Ih.. kebiasaan deh mas ini.." manja Asma membenturkan kepalanya di pundak kekasihnya dan diam - diam "cup.." dan bangkit berlari di pelataran sekolah. Kontan di turuti dari belakang oleh fatir.

" Ih kamu juga kebiasaan diam - diam nyolong aja."

Keduanya berlarian dan saling mengejar penuh tawa dan canda di hari yang entah kapan berakhir kebahagiaan dua insan itu. Hanya Allah yang tahu hal itu.

*****