Skip to main content

Cerpen jatuh cinta pada pandangan pertama | Cinta dari tengah hujan

Cerpen jatuh cinta pada pandangan pertama adalah cerita cinta berawal dari tatapan mata yang ditulis dalam bentuk cerita bersambung dengan judul cinta dari tengah hujan.

Cerpen perjalanan cinta dalam cerita cinta pandangan pertama yang dipublikasikan blog fiksi ini menceritakan tentang seorang cowok menemukan Mahasiswi yang pingsan ditengah derasnya hujan, lalu ditolong, lama kelaman dia jatuh cinta.

Kenapa bisa jatuh cinta pada pandangan pertama, jawabannya tentu dalam cerita cinta pandangan pertama romantis dengan judul cinta dari tengah hujan.

Nah bagaimana kisah cerita anak remaja dalam cerpen bertema jatuh cinta, apakah berisi kata kata pertama kenal sehingga bisa dijadikan contoh cerpen pandangan pertama atau cerpen cinta diam-diam karena pertemuan singkat

Untuk lebih jelasnya cerpen tentang jatuh cinta pada pandangan pertama, disimak saja cerpen cinta sederhana tapi bermakna sosial berikut ini

CINTA DARI TENGAH HUJAN Author: Fista Nanta

Sore itu mentari telah meminta izin untuk tak menghadiri rutinitas , karena mendung gelap telah menghalanginya untuk memberikan terang dan kehangatannya pada alam. Hujan pun turun dengan derasnya seakan mencurahkan beban berat yang di pikulnya.

Sebuah sepeda motor matik dengan pengendaranya seorang gadis kuliahan melaju kencang dibawah guyuran hujan.

Laju sepeda motor matik itu melaju kecepatan tinggi di jalanan sepi tanpa barisan rumah yang berjajar di tepi jalan. Dari balik helm gadis berhijab itu wajahnya terlihat pucat menahan hawa dingin.

Entah mengapa wanita itu berhenti dengan tiba - tiba.

" Subhanallah , bagaimana ini..," gumam gadis itu yang tak lain bernama Asma merasa gelisah dan takut.

Bagaimana tidak seorang wanita sendirian di tempat sepi dengan keadaan kendaraannya macet di tambah dalam guyuran hujan yang sangat deras.

Pikiran Asma kalut dan larut dalam bayangan penuh dilema. Dingin merasuki tubuh dalam keadaan sendirian di ujung dunia. Tak satupun orang lewat.

Dalam keadaan pasrah Asma menepikan kendaraannya di pinggir jalanan beraspal, di lepasnya helm di kepalanya dan kemudian duduk pasrah di samping sepeda motor matiknya dalam guyuran hujan yang seakan tak mau berhenti memberi toleransi padanya.

Dia pun menangis larut dalam rasa yang berkecamuk dalam ketakutan. Lama menunggu tak ada bantuan dia pun pingsan karena tubuhnya tak kuat lagi menahan hawa dingin .

" Bagaimana keadaannya dok.." tanya seorang pria sensual bernama Hasby sedikit khawatir di depan kamar perawatan.

" Keadaannya tidak apa - apa tidak ada yang serius, pacar anda cuma kedinginan. Tunggu saja nanti juga akan siuman. Kalau mau melihat silahkan. Saya permisi " Dokter perempuan itu pergi berlalu dari hadapan Hasby.

Agak ragu Hasby membuka pintu ruang perawatan, dirinya merasa tidak kenal. Tapi sebagai manusia yang baik harus bertanggung jawab atas pertolongannya.

Dia ingin mamastikan gadis yang di temukannya pingsan di pinggir jalan itu tidak apa - apa dan bisa pulang dengan selamat.

Dia melangkah masuk keruang rawat matanya sejenak memandang gadis cantik di depannya ada sesuatu merasuki hatinya. Diapun segera menepis rasa yang mungkin hanya kekaguman sesaat karena sudah terlalu banyak wanita yang lebih cantik yang membuat kekaguman dalam pandangan pertama.

" Ibu.., bapak.."

Asma mengigau membuat tanggap Hasby memandang sekali lagi wajah Asma. Rasa itu semakin bergejolak tapi hanya kekaguman kecil yang tak berefek pada tindakan.

Hasby pun tertidur di kursi panjang yang terletak di sudut ruangan. Entah berapa lama dia tertidur diapun bangun melihat gadis itu merasa bingung dan sepertinya baru saja siuman. Tanggap Hasby menghampiri gadis itu.

" Maaf mbak saya temukan anda pingsan di pinggir jalan. Dan saya yang membawa ketempat ini. "

Hasby memecah kebingungan gadis itu.

" Terima kasih mas.."

Asma ragu meneruskan ucapannya karena memang tak tahu nama pemuda itu.

" Kenalkan saya Hasby, Saya bekerja di bank daerah palembang di bagian akuntan "

Tanggap Hasby mengerti keraguan itu.

" Saya Asma. Terima kasih mas Hasby.."

Asma mengulang ucapan terima kasihnya yang tertunda karena ketidak tahuannya.

" Sudahlah.. jangan sungkan.. oh iya motor anda sudah saya suruh tukang bengkel mengambilnya dan sudah selesai di perbaiki katanya cuma ada kerusakan kecil di bagian pengapian." Jelas Hasby.

Senyum manis mengembang di bibir seksi pemuda itu.

" Sekali lagi terima kasih.., tapi saya minta tolong tidak usah menghubungi keluarga saya. Saya takut mereka khawatir dan nanti mereka nekat datang jauh - jauh dari desa."

" jadi anda di sini anak kos.."

" iya mas Hasby.."

" Ada apa mbak Asma. "

Hasby merasa aneh melihat yang memegang bagian kepala .

" Hijab mas Hasby.."

Asma berusaha bangkit dengan kondisi lemah. Hasby segera memapah untuk bangun.

Hasby mengangguk mengerti. Merasa keadaan Asma sepertinya tak begitu menghawatirkan dia memacu langkah cepat keluar ruangan

" saya belikan dulu di toko . " ujar Hasby di tengah langkah.

" Terima kasih mas. ."

Hanya itu yang mampu terucap, tak ada yang mampu di lakukan dalam keadaannya saat ini. Hatinya merasa senang dan tenang mendapat perhatian yang begitu ekstra dari seorang pemuda tampan yang entah mungkin datang dari langit jelmaan sosok malaikat.

Walaupun begitu dia harus tetap berhati hati dengan orang yang baru di kenal karena sekarang marak sekali kejahatan berkedok sebuah kebaikan.

Di hatinya juga merasa pilu bila melihat sosok pria yang penuh perhatian ia seperti di bawa kembali dengan sebuah kisah.

****

Pertemuan yang begitu singkat menyisakan sebuah kenangan angan pilu. Semenjak pertemuan itu Asma merasa terbawa kembali dengan kisah indah yang berujung sebuah tragedi.

Kesedihannya sering kali muncul di setiap keadaan bila teringat kisah masa lalunya terutama dikala sedang sendiri.

Sering dia menangis dengan tiba - tiba, membuat teman - teman dan orang yang sedang bersamanya bertanya padanya. Tapi mulutnya tak mampu mengungkapkannya .

Kisah yang sudah dia kubur dalam - dalam dan tak ingin ia mengingatnya kini kembali menyembul bak pohon berduri yang sudah di potong kembali menunas dan menusuk ulu hatinya.

Ditambah dengan kehadiran Hasby di rumah kosnya pagi itu. Membuat kaget dan seribu kecamuk perasaannya menggeliat hebat di hatinya.

" Assalamu alaikum , mbak Asma .."

Sapa Hasby masuk dari gerbang rumah kontrakan sederhana mungkin sekitar empat kamar dan berjalan menghampiri Asma.

" Wa'alaikum salam mas..."

jawab Asma pelan menghentikan kegiatannya menjemur pakaian di samping rumah.

" Kok berhenti ..teruskan saja.."

Hasby sigap mengambil cucian basah dari ember.

" Nggak usah mas biar saya saja ,"

Asma mencegah dan menggeser ember wadah cucian ke dekatnya.

" Sudahlah.. Saya juga sudah biasa jemur baju sendiri.."

Hasby menarik kembali ember cucian dan semakin bersemangat menjemur hingga selesai.

Asma hanya terpaku dalam canggung dan terasa ingatan kisahnya begitu semakin jelas tergambar dalam benaknya.

" Ini jemuran terakhir.."

Hasby menoleh kearah Asma yang terpaku dalam lamunan.

" Mbak Asma .., Ada apa.."

Hasby melambaikan tangan di depan wajah sedih yang terhanyut dalam lamunannya.

Asma terkaget dan sadar dari terwangan sedih angannya.

" Maaf mas Hasby.."

Asma meneteskan air mata wajahnya terlihat murung dan kemudian berlari meninggalkan dimana pamuda itu berdiri.

Penuh tanya Hasby penasaran tapi dia tahu diri dan tak mau menguak sebuah kesedihan besar itu.

Langkah Hasby gontai berjalan meninggalkan tempatnya berdiri dengan penuh pertanyaan dalam hatinya.

Bermaksud keluar dari gerbang tapi langkah kakinya di hentikan oleh sebuah panggilan seorang wanita tapi bukan suara gadis yang menghiasi hati dan pikirannya semenjak pertemuan itu.

" Mas tunggu.." seorang gadis yang tak kalah imut dan cantik dari Asma berlari menghampiri Hasby. Tapi rambutnya terurai tanpa tutup hijab.

Hasby menoleh kearah panggilan itu, senyuman manis tapi masih terlihat kaku mengembang membalas senyum lebar pemilik suara panggilan tadi.

" Kenalkan saya Linda teman kos Asma. Maaf mas kalau terlalu berani.."

" Saya Hasby, tidak apa - apa."

" Mas Hasby pacarnya Asma ya.."

" Bukan, hanya kebetulan seminggu lalu saya menemukan dia pingsan di pinggir jalan karena kedinginan saat motornya mogok di bawah guyuran hujan.." jelas Hasby.

" O.. baru kenal.."

Linda mengerti dalam pikirannya menerka sesuatu tentang sikap aneh sahabatnya akhir - akhir ini tapi entah apa.

Mungkin ada hubungannya dengan kesedihan temannya itu dengan lelaki disampingnya. Soalnya setelah hilang dua hari dan sejak pulang dari itu temannya sering kali murung dan menangis tanpa sebab.

" Mas Hasby masuk dulu , kita ngobrol dulu dan minum teh.."

" Tidak usah , maaf lain kali saja, saya tadi sudah minum dan saya juga harus cepat ke kantor ,saya juga sudah terlambat. sekali lagi saya minta maaf. "

" Mungkin mas Hasby ingin tahu mengapa dia seperti tadi. "

Hasby mengangguk kecil dalam keraguan."

Apa mungkin gara - gara kedatangan saya kemari yang membuatnya seperti itu tapi waktu di rumah sakit dia tidak seperti itu " Hasby ada rasa bersalah dan bingung.

" Saya rasa bukan mas, walaupun dia sering murung setelah hilang dua hari dan ternyata kata mas seminggu lalu menolongnya dari pingsan itu. Tapi saya yakin bukan kedatangan mas Hasby yang membuatnya seperti itu. Karena saat baru awal - awal dia pindah kuliah dari kota Martapura setahun lalu memang begitu keadaannya. Karena kami sering menghiburnya dan mengajaknya main dan jalan - jalan dia bisa tersenyum dan tertawa. Kalau menurut saya mas Hasby hanya mengingatkan pada sesuatu atau kisah masalalunya.."

" Kamu tahu sesuatu atau kisah tentangnya yang membuat Asma sedih."

Hasby mencoba mengulik lebih jauh.

"Linda menggeleng. Maaf mas saya tidak tahu dan Asma tidak pernah cerita apapun kepada kami teman satu kos, dan saya tidak berani menanyakannya karena kami pernah mencoba sekali menanyakan hal itu malah membuatnya kembali larut dalam kesedihan.."

Bersambung ke: Cerita cinta bertepuk sebelah tangan (Cinta dari tengah hujan II )