Cerita Rakyat Kalimantan Timur | Asal Mula Danau Lipan
Cerita rakyat Kalimantan Timur, asal mula Danau Lipan. Kembali dengan cerita rakyat Nusantara atau cerita rakyat Indonesia yang sudah turun temurun di masyrakat kalimantan timur dengan dongeng atau cerita rakyat legenda asal mula Danau lipan.
Danau Lipan terletak di kecamatan Muara Kaman, tepatnya kurang lebih 120 km dari Tenggarong, Kalimantan Timur arah hulu.
Berbeda pada danau pada umumnya, Danau Lipan bukanlah tempat kumpulan air seperti danau seperti Danau Jempang dan Semayang, Danau lipan adalah sebuah padang yang luas dan ditumbuhi semak dan perdu.
Saat kemarau, Danau ini benar-benar terlihat seperti sebuah padang, namun pada saat musim penghujan dan hujan lebat terkadang air sungai meluap sehingga Danau Lipan terlihat seperti danau pada umumnya.
Nah bagaimana cerita asal mula danau lipan? untuk lebih jelasnya berikut adalah ringkasan cerita rakyat kalimantan timur tentang Danu Lipan.
Cerita Rakyat Kalimantan Timur - Lagenda Asal Mula Danau Lipan
Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena terletak di tepi laut.
Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.
Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar Putri jelita.
Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana.
Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing.
Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri.
Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, "Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing."
Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima.
Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih.
Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram.
Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaannya.
Putri pun segera makan sirih seraya berucap, "Kalau benar aku ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh bala tentaranya."
Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang mengamuk.
Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja.
Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman hidup-hidup.
Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.
Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu.
Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat- lagenda asal mula Danau Lipan, diantaranya:
- Nilai agama: nilai agama dalam cerita ini kurang diketahui, namun sudah mulai percaya akan animisme, terlihat ketika Putri Aji Berdarah Putih percaya akan kekuatan raja sakti sebelumnya.
- Nilai moral: menghargai perbedaan serta belajar beradaptasi dengan budaya orang lain apabila kita berada di lingkungan orang tersebut untuk menghormatinya.
- Nilai budaya: kerajaan Aji Berdarah Putih memiliki tata krama yang amat tinggi, contohnya saja adab makan yang mereka anut.
Demikianlah kisah cerita rakyat kalimantan timur tentang Danau lipan muara kaman yang terletak di kabupaten tenggarong kalimantan timur. semoga dapat menambah wawasan tentang sejarah dan budaya Indonesia.