Skip to main content

Legenda Burung Roak | Cerita Rakyat Kalimantan Timur

Cerita rakyat Kalimantan Timur - Lagenda Burung Roak. Setelah cerita rakyat Indonesia atau cerita rakyat Nusantara kalimantan timur tentang pesut mahakam dan asal mula danau lipan maka pada kesempatan ini cerita rakyat kalimantan dan legenda dari kalimantan lainnya adalah lagenda burung roak, burung khas kalimantan timur.

Sebagaimana Burung Roak adalah burung legenda yang dipercaya oleh masyarakat pedalaman Kalimantan sebagai penanda roh jahat. Jika mendengar bunyi "Oak.... oak..." yang merupakan suara khas dari burung roak, maka akan datang makhluk halus yang suka mengganggu manusia.

Burung roak pada umumnya hidup di semak-semak dengan sedikit air. Ada dua jenis burung Roak yaitu burung roak malam dan burung roak biasa. Yang diyakini sebagai penanda makhluk halus adalah suara burung roak malam.

Konon burung roak ini diyakini sebagai jelmaan manusia yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Nah bagaimana kisahnya dalam cerita dan dongeng legenda dari kalimantan, yang berkisah tentang burung khas kalimantan timur untuk lebih jelasnya, disimak saja legenda burung roak cerita rakyat dari Kalimantan Timur berikut ini.

Legenda Burung Roak - Cerita Rakyat Kalimantan Timur

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri. Sang suami adalah seorang lelaki yang sangat malas. Sedangkan istrinya sangat rajin bekerja. Sepanjang hari istrinya bekerja untuk mencari nafkah dan membersihkan pekerjaan rumah. Ketika sang suami pulang entah kemana, ia hanya tinggal makan saja.

Pada saat istrinya hamil pun tak menutup kemungkinan untuk suaminya bekerja, tak ada sama sekali perubahan. Bahkan istrinya harus lebih berusaha bekerja keras dengan keadaannya yang sedang mengandung. Tentu saja dengan perbuatan sang suami, istrinya pun marah.

Ketika sang istri melahirkan anak mereka, dukun memotong tali pusar sang anak dan meminta ari-arinya untuk dikubur di dalam tanah.

Karena sang istri berang, ia pun memotong-motong ari-ari sang anak dan memasaknya sehingga menjadi hidangan mereka. Sang suami pun pulang dan merasa sangat lapar, akhinya ia pun menyambar masakan itu dengan sangat lahap.

Sesudahnya makan, sang istri pun menceritakan bahwa makanan yang disantap oleh sang suami adalah ari-ari dari anaknya sendiri. Sang suami pun terkejut, ia pun merasa mual dan berusaha untuk memuntahkan kembali makanan tersebut. Tiba-tiba sang suami pun ditumbuhi oleh bulu-bulu, menyusut dan berubah menjadi burung.

Burung ini pun terus saja berusaha untuk mengeluarkan makanan dari dalam perutnya, sehingga burung ini mengeluarkan suara, “oak… oak… oak…” Akhirnya burung jelmaan ini pun dikenal dengan sebutan “Burung Roak”. Konon burung Roak dipercaya sebagai jelmaan manusia yang suka mengganggu masyarakat pedalaman Kalimantan Timur.

Nilai-nilai yang terkandung dalam certa dongeng legenda Burung Roak

Dari legenda yang telah dipaparkan di atas, kita dapat mengetahui berbagai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti nilai agama, nilai moral, dan nilai budaya. Banyak hal yang dapat kita petik dari legenda Burung Reok ini.

Nilai agama yang terdapat di legenda tersebut yaitu walau bagaimanapun kita merasa marah, kecewa, sedih, dan lain sebagainya, kita tidak boleh membalasnya dengan kekejaman, bahkan orang yang dibenci sekalipun.

Dalam setiap ajaran agama yang telah kita pelajari dan ketahui selama ini, kita harus saling mengasihi sesama, manalagi orang tersebut adalah orang yang kita cintai, seperti cerita diatas. Walaupun orang yang kita kasihi banyak berbuat salah kepada kita.

Nilai moral yang terkandung dari legenda di atas yaitu kita harus berbuat baik, saling tolong menolong, sabar, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan tidak bermalas-malasan.

Dapat kita ketahui bahwa legenda diatas menunjukkan bagaimana sang suami bermalas-malasan, dan bahkan tidak pernah membantu sang istri sekalipun ketika sang istri sedang mengandung.

Perbuatan tersebut sangat tidak mencerminkan perilaku baik, dan seharusnya sang suamilah yang bekerja membanting tulang untuk keluarganya. Sang istri pun sesungguhnya tidak diperkenankan untuk membalas perlakuan dari sang suami dengan memasak ari-ari anaknya sendiri.

Kita dapat membicarakan permasalah dengan hati yang dingin, maka permasalahan akan terselesaikan dengan baik pula.

Nilai kebudayaan yang terkandung dari legenda di atas yaitu bahwa masyarakat pedalaman Kalimantan Timur mempercayai bahwa legenda Burung Reok ini adalah jelmaan manusia yang suka menggangu masyarakat pedalaman Kalimantan Timur.

Masyarakat juga mempercayai bahwa ari-ari seorang anak bayi disarankan untuk dikubur di dalam tanah.

Demikianlah tentang legenda burung roak cerita rakyat kalimantan timur, semoga cerita rakyat indonesia yang berasal dari kalimantan ini dalam kisah burung legenda yang menceritakan tentang burung khas kalimantan timur bermanfaat dan menghibur.