Legenda asal mula Padi versi cerita rakyat bugis Sulawesi Selatan
Legenda asal mula padi versi cerita rakyat Bugis Sulawesi selatan. Kisah asal mula padi di Indonesia dalam cerita dongeng zaman dulu atau cerita rakyat Indonesia sangat menarik untuk disimak.
Karena cerita legenda asal mula padi ada berbagai macam versi, yang tentunya dikisahkan menurut adat dan kebudayaan serta kepercayaan masyarakat setempat yang selalu berkaitan dengan sosok Dewi Sri atau Dewi Padi
Tentang cerita legenda asal-usul tanaman Padi
Di sulawesi selatan kisah legenda asal mula tanaman padi, juga dikisahkan dalam cerita rakyat Bugis Sangiang Serri dan Meong Mpalo Karellae.
Dongeng asal mula padi cerita rakyat dari Sulawesi Selatan ini, sama halnya dengan cerita rakyat asal mula padi di daerah lain menceritakan tentang asal usul tanaman padi.
Dalam mitologi masyarakat suku Bugis cerita rakyat asal usul padi berasal dari penjelmaan Sangiang Serri (Dewi Padi), anak Batara Guru. Cerita dewi sri dalam legenda asal mula padi versi cerita rakyat Bugis ini, sampai sekarang masih dianggap sakral.
Kisah legenda Dewi Sri atau Dewi Padi dalam cerita rakyat sulawesi selatan yang dipublikasikan blog fiksi ini bukan cerita rakyat bugis yang pendek, karena cerita dongeng asal mula munculnya pohon padi ditulis dalam bentuk cerita rakyat panjang 2 halaman, tentunya merupakan cerita rakyat panjang yang menarik
Lalu bagaimana cerita legenda asal-usul tanaman padi dalam versi cerita rakyat Bugis Sulawesi Selatan, yang dianggap sakral sampai saat ini.
Berikut adalah kisah legenda asal usul tanaman padi dalam dongeng legenda atau cerita rakyat sulawesi selatan Sangiang Serri dan Meong Mpalo Karellae, dikutip dari Kompasiana.
Cerita rakyat Bugis: Sangiang Serri dan Meong Mpalo KarellaeKreator: Alfian Nawawi
Dikisahkan zaman dahulu. Sang Maha Pencipta dengan Kuasa dan Kehendak-Nya telah menciptakan Dunia Atas, Dunia Tengah dan Dunia Bawah.
Ketiga dunia tersebut Diciptakan-Nya dengan dimensi yang berbeda-beda dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan alam semesta.
Pada Dunia Atas,terdapat sebuah negeri bernama Kahyanganyang dipimpin oleh Batara Guru atau Datu Patoto dengan permaisurinya bernama Datu Palinge.
Pasangan ini telah ditakdirkan mempunyai seorang putri yang diberi nama We Oddang Nriwu yang kecantikannya tidak ada bandingannya di seluruh Kahyangan.
Dari hari ke hari We Oddang Nriwu tumbuh menjadi seorang gadis yang semakin cantik.
Rambutnya hitam berkilau, panjang terurai dan hampir -hampir menyentuh tanah setiap kali berjalan dengan gemulai. Wajahnya yang cantik jelita ibarat bulan purnama. Kedua bola matanya yang indah laksana bintang kejora di langit. Pandangan matanya meneduhkan hati siapa saja yang melihatnya. Alisnya bagaikan semut beriring. Tubuhnya tinggi semampai dan kulitnya putih bersih berseri. Mahkota mungil dari emas yang bersusun tiga di kepalanya laksana kilau cahaya matahari yang muncul tersenyum dari ufuk Timur. Kehalusan tutur bahasanya mempesonakan. Sikapnya senantiasar ramah dan santun terhadap siapa saja.
Kecantikan We Oddang Nriwu telah tersohor bukan hanya di seantero Kahyangan namun telah disebut-sebut telah menjadi legenda pula bagi para penghuni Dunia Tengah maupun Dunia Bawah.
Para jejaka tampan penghuni Kahyangan silih berganti mencoba merebut perhatian dari We Oddang Nriwu. Mereka rupanya telah mabuk kepayang terhadap putri kesayangan Batara Guru.
Pemuda-pemuda itu bahkan telah sampai pada tingkat persaingan untuk berusaha memiliki We Oddang Nriwu dengan berbagai cara.
Pada suatu hari di taman istana Datu Patoto dan permaisurinya, Datu Palinge memperbincangkan perihal putri kesayangan mereka.
"Putri kita dari hari ke hari telah tumbuh semakin matang dan dewasa, adinda," kata Datu Patoto.
"Ya, Batara Guru. Putri kita rupanya akhir-akhir ini telah banyak menawan hati para jejaka di Kahyangan. Tapi semoga ini merupakan pertanda baik dari Yang Maha Kuasa," sahut Datu Palinge dengan suara lembut.
"Semoga saja demikian adanya, dinda. Tapi justru hal itulah yang mengusik pikiranku akhir-akhir ini," ujar Datu Patoto.
"Apakah gerangan yang mengusik pikiran Batara Guru?" Tanya Sang Permaisuri menatap mata penguasa Kahyangan itu dengan perasaan penuh kasih sayang.
Batara Guru terdiam sejenak lalu menghela napas berat. Kemudian berkata.
"Putri kita telah ditakdirkan menjadi pewaris keabadian, kebijaksanaan dan keseimbangan alam di Kahyangan maupun bagi segenap penghuni Dunia Tengah dan Dunia Bawah. Sesungguhnya sebelum kelahiran We Oddang Nriwu, aku telah mendapat Petunjuk dari Yang Maha Kuasa mengenai apa yang harus aku lakukan untuk menjaga keseimbangan itu melalui putri kita."
"Jika memang seperti itu, lalu apakah gerangan Petunjuk dari Yang Maha Kuasa, Batara Guru?" Tanya Permaisuri dengan perasaan yang mulai gelisah tidak menentu.
"Petunjuk itu menyiratkan bahwa putri kita sesungguhnya adalah milik untuk semua dan bukanla hmilik dari seseorang saja. Dengan demikian adalah berarti We Oddang Nriwu tidak dapat menjadi milik bagi seorang pun perjaka di Kahyangan ini. Ia harus dipersunting oleh alam semesta, dinda."
"Dengan cara bagaimana putri kita harus dipersunting oleh alam semesta, wahai penguasa Kahyangan?"
"Aku masih memikirkan cara yang terbaik dan akan menimbangnya secara bijaksana dan seadil mungkin, permaisuriku," kata Batara Guru dengan suara yang semakin berat.
***
Sementara itu di seantero Kahyangan, para penduduk negeri dengan tenang tetap menjalankan keseharian mereka seperti biasa. Segala sesuatunya berjalan secara teratur sebagaimana yang sudah-sudah.
Hingga pada suatu hari keadaan teratur itu perlahan mulai berubah dan menunjukkan ketidakseimbangan. Perubahan itu perlahan mulai dirasakan oleh para penghuni Kahyangan.
Salah satu perubahan itu adalah para penghuni Kahyangan mulai merasakan bosan memakan sagu, makanan pokok di Kahyangan selama ini.
Mereka mulai berkeinginan untuk merasakan makanan pokok yang berbeda dan jauh lebih lezat dibanding sagu.
Batara Guru mengetahui akan hal ini. Batara Guru kemudian mencoba meminta Petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Dari hasil semedinya yang dilakukan selama tujuh hari tujuh malam, akhirnya Batara Guru berhasil mendapatkan ilham.
Berdasarkan ilham tersebut, kemudian Batara Guru mengeluarkan pengumuman kepada seluruh penghuni Kahyangan.
Pengumuman itu antara lain memberitahu penghuni Kahyangan bahwa Batara Guru akan menciptakan sebuah jenis makanan lezat yang tiada taranya sebagai pengganti sagu.
Para penghuni Kahyangan menyambut gembira pengumuman itu.
Di hadapan para penghuni Kahyangan, Batara Guru bersabda penuh wibawa,
"Wahai rakyatku. Aku telah memutuskan untuk mengganti sagu dengan jenis makanan yang rasanya jauh lebih lezat tiada tara. Semoga kebijakan ini dapat diterima dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun manakala kebijakan ini telah berlaku!"
Seluruh penghuni Kahyangan bersorak gembira gegap gempita sebagai tanda setuju dengan kebijakan Batara Guru.
"Hidup Batara Guru! Hidup Batara Guru! Hidup Batara Guru!!" teriak mereka saling bersahutan.
"Perlu kalian ketahui bahwa makanan yang jenisnya sama sekali baru ini bukan hanya dapat dinikmati oleh penduduk Kahyangan namun juga dapat dinikmati oleh seluruh manusia penghuni Dunia Tengah maupun Dunia Bawah!"
Seluruh penghuni Kahyangan penuh takzim menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulut Batara Guru.
Kemudian Batara Guru melanjutkan sabdanya,
"Kebijakan pertama adalah menurunkan putriku, We Oddang Nriwu ke Dunia Tengah di atas permukaan bumi. Keputusan ini berdasarkan ilham yang telah aku terima dalam semedi. Aku akan menurunkan raga putriku ke bumi namun jiwanya tetap abadi bersemayam dalam istananya di Kahyangan. Adapun kebijakan kedua berlaku setelah kebijakan pertama telah dilaksanakan yaitu memunculkan jenis makanan lezat yang kalian dambakan. Demikian titah ini telah aku sampaikan dan semoga dapat menjaga keseimbangan alam semesta sesuai aturan yang telah Digariskan oleh Sang Maha Pencipta."
Bersambung ke: Dongeng asal mula padi part 02