Begini Cerita dan Sejarah Kota Balikpapan Kalimantan Timur
Cerita dan sejarah kota Balikpapan, kalimantan timur. Apakah warga balikpapan sudah tahu tentang sejarah balikpapan, jika belum ikuti saja artikel ini membahas tentang sejarah kota balikpapan secara singkat atau ringkasan cerita sejarah asal usul kota balikpapan di kalimantan timur yang sering juga di juluki kota minyak Balikpapan.
mwnurut cerita rakyat balikpapan, Awalnya Balikpapan adalah tempat persinggahan pedagang-pedagang dari Banjar (Banjarmasin) yang akan menuju ke Kalimantan bagian timur. Pedaaang asal Banjar tersebut membawa dagangan seperti beras, kain, garam, dan lainnya.
Saat singgah, mereka menemukan sesuatu di sepanjang pesisir pantai Balikpapan. Ada banyak cairan hitam kecoklatan yang mengalir dari tanah di pesisir pantai Balikpapan.
Cairan hitam yang mudah terbakar itu diambil oleh para pedagang untuk dijual/sebagai bahan bakar. Lama kelaman mereka tidak hanya singgah di Balikpapan, tetapi akhirnya menetap dan membuat sebuah kampung.
Kampung tersebut dinamakan ‘Kampung Baru’. Letaknya di dekat Pulau Tukung. Dinamakan Kampung Baru karena di kampung ini mereka menetap dan memulai hidup baru.
Penduduk pertama Kampung Baru ini kebanyakan adalah pedagang-pedagang dari Banjar dan Sulawesi.
Penduduk pertama Kampung Baru ini kebanyakan adalah pedagang dari Banjar dan Sulawesi. Keberadaan lantung/cairan minyak di pesisir pantai Balikpapan kemudian diketahui oleh Belanda.
Di tahun 1890 Belanda membeli daerah sekitar pesisir pantai Balikpapan dari Kesultanan Kutai. Konon kandungan minyak bumi di Balikpapan saat itu adalah yang terbesar di Asia Tenggara.
Maka dilakukanlah pengeboran pertama kali oleh Belanda pada tanggal 10 Februari 1897. Awal tahun 1900 dibangunlah instalasi pengolahan kilang minyak Balikpapan oleh Belanda.
Pembangunan kilang tersebut membuat Kampung Baru harus tergusur ke sebelah utara kilang. Selain membangun kilang, Belanda juga membangun fasilitas pendukung lainnya.
Dibangunlah perumahan dengan gaya khas Eropa di Gn.Dubbs. Dibangun pula fasilitas seperti lapangan bola (sekarang lapangan merdeka), tempat hiburan (sekarang banua patra).
Dibangun pula fasilitas seperti rumah sakit, sekolah. Belanda juga mendatangkan tenaga kerja untuk kilang dari berbagai daerah seperti dari jawa dan sulawesi. Inilah sebabnya kenapa penduduk Balikpapan saat ini terdiri dari berbagai macam suku. Indonesia mini.
Di tahun 1930an ada sebuah perkampungan untuk pedagang-pedagang cina. Letaknya di depan Monpera sekarang. Diseberang perkampungan cina tersebut ada sebuah pasar.
Pasar tersebut melengkapi dua pasar yang sudah ada sebelumnya. Pasar Klandasan dan pasar di kampung baru.
Perkampungan ada di kampung baru dan klandasan. Sedangkan daerah gunung sari dulunya masih hutan. Daerah gunung sari dulu hanya jalan setapak. Hanya ada satu kampung kecil disana. Penduduk yang tinggal di kampung gunung sari adalah penduduk yang enggan membayar pajak kepada Belanda.
Perkampungan cina yg ada di depan Monpera tapi kemudian pindah ke daerah Pandan Sari. Orang-orang Belanda hidup sangat ekslusif. Tidak mau membaur dengan pribumi. Termasuk dalam hal pendidikan.
Dulu ada beberapa sekolah khusus untuk orang-orang Belanda di Balikpapan. Namun hanya ada satu sekolah untuk pribumi. Sekolah tersebut hanya tingkat dasar. Sedangkan untuk melanjutkan ke tingkat lebih tinggi harus ke Banjarmasin.
Jalanan di Balikpapan dulu masih sempit. Hanya selebar 2 hingga 3 meter. Dulu di kilang minyak Balikpapan ada transportasi kereta. Khusus untuk pekerja-pekerja kilang. Perkembangan kilang minyak Balikpapan sangat pesat.
Puluhan kapal mengangkut minyak bumi ke negara-negara Eropa. Tak heran, beberapa negara mengincar kota Balikpapan dengan kekayaan minyaknya. Salah satunya : Jepang. Jepang sangat mengincar kota Balikpapan.
Dikirimlah mata-mata ke Balikpapan yang menyamar sebagai pedagang. Mata-mata Jepang tersebut mendata pos-pos pertahanan Belanda. Dan juga kekuatan pasukan Belanda.
Pada tanggal 18 Januari 1942 Belanda menerima ultimatum dari Jepang untuk menyerahkan kota Balikpapan. Ultimatum tersebut tidak digubris oleh pihak Belanda di Balikpapan. Mereka lebih memilih melawan daripada menyerah.
Pada tgl 22 Januari 1942, dibawah pimpinan Jendral Shizuo Sakaguchi, Jepang menyerang Balikpapan. Sesampainya di Balikpapan, Jepang terkejut. Karena kilang minyak sudah dihancurkan terlebih dahulu oleh Belanda. Jepang yang dongkol karena hanya mendapat abu dan arang, kemudian menyerang Belanda ke berbagai penjuru Balikpapan.
Terjadi pertempuran sengit di Balikpapan. Dentuman peluru, aroma mesiu, dan asap hitam membumbung. Jepang yang terkenal kejam tanpa ampun membunuh setiap orang Belanda yang ditemuinya.
Ada sebuah kisah memilukan saat tentara Jepang menyisir daerah Gunung Pancur. Untuk mencari jenderal Belanda.
Ada 3 petinggi Belanda dan keluarganya yang terjebak di perumahan di gunung pancur. Mereka mencoba melawan saat tentara Jepang memergoki mereka.
Namun naas, akhirnya 3 keluarga tersebut dibantai oleh Jepang. Itulah mengapa 3 rumah di gunung pancur yang jadi tempat pembantaian tersebut sampai sekarang terkenal angker.
Penyisiran mencari orang-orang Belanda oleh tentara Jepang berlanjut hingga ke sebuah markas tentara Belanda. Markas tersebut terletak di daerah gunung sari. Bangunan markas tersebut sempat difungsikan sebagai rumah sakit. Markas itu juga dikenal sebagai Puskib. Bangunannya sekarang sudah dibongkar.
Saat tentara Jepang datang untuk mencari orang-orang Belanda, ada satu dokter pribumi disana. Dokter tersebut sedang mengobati beberap tentara Belanda yang terluka. Melihat hal tersebut tentara Jepang murka.
Kemudian diculiklah dokter bedah pribumi satu-satunya tersebut. Kemudian dibunuh. Dokter bedah bernama dr.Kanudjoso Djatiwibowo. Namanya sekarang diabadikan dijadikan nama Rumah Sakit Umum Balikpapan.
Ada satu orang Belanda yang lolos dalam penyisiran oleh tentara Jepang kala. Namanya Jan Theo Van Amstel.
Jan Theo Van Amstel adalah seorang Belanda yang berbeda dari orang Belanda kebanyakan. Jan Theo Van Amstel berkulit agak hitam. Persis sekali seperti pribumi. Ketika lolos dari penyergapan tentara Jepang, ia kemudian membaur dengen pribumi lainnya.
Jan Theo Van Amstel ini adalah saksi mata peristiwa pembantaian jendral-jendral Belanda di pantai banua patra. Suatu pagi di tanggal 23 Februari 1942, ia bersama orang-orang kampung dibawa ke pantai banua patra.
Di pantai banua patra tersebut mereka dipaksa melihat pembantaian 78 orang Belanda. Jan Theo Van Amstel dalam kesaksian menuliskan, ia melihat jendral-jendral Belanda, pastur. Dalam keadaan terikat. Kemudian satu persatu jendral-jendral tersebut ditembak oleh tentara Jepang. Beberapa dipenggal kepalanya.
Setelah itu Jan Theo Van Amstel dikabarkan melarikan diri ke Makassar. Menumpang kapal nelayan. Masa penjajahan Jepang di Balikpapan tidak berlangsung lama. Perang Dunia ke II kemudian meletus. Pada tanggal 7 Juli 1945.
Sekutu datang ke Balikpapan untuk berperang melawan Jepang. Perang ini ada dalam sejarah. Sekutu yang terdiri dari tentara Australia mendarat di perairan Klandasan. Tepat di pantai Monpera sekarang. Perang tersebut tidak berlangsung lama. Tgl 21 Juli 1945 Jepang menyerah kalah di Balikpapan.
Pasukan tentara Australia kemudian ditugaskan untuk memelihara tatanan masyarakat Balikpapan pasca perang. Ratusan tentara Australia gugur dalam pertempuran melawan Jepang di Balikpapan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, tahun 1945 tentara Australia membuat tugu peringatan di dekat lapangan merdeka.
Tugu tersebut kita kenal dengan Tugu Australia. Proklamasi kemerdekaan akhirnya berkumandang di Jakarta tgl 17 Agustus 1945. Namun karena minimnya sarana komunikasi, kabar proklamasi ini telat diketahui oleh masyarakat Balikpapan.
Baru pada sekitar bulan november 1945, kabar proklamasi kemerdekaan ini sampai di Balikpapan.
Namun, tidak serta merta hal tersebut membuat Balikpapan bebas dari penjajah. Belanda yang membonceng sekutu Australia waktu itu ingin menjajah Balikpapan kembali. Kalimantan,khususnya Balikpapan waktu itu memang dalam status quo.
Artinya belum masuk ke wilayah NKRI. Berbagai pertempuran pecah di Balikpapan antara kaum pejuang pribumi dan tentara Belanda.
Selain mengangkat senjata, beberapa pemuda Balikpapan mendirikan perkumpulan. Perkumpulan yang kemudian menjadi partai politik pertama di Balikpapan adalah Fonds Nasional Indonesia (FONI).
Di masa awal terbentuknya organisasi ini, mereka mengadakan pasar malam untuk menghimpun dana perjuangan. Pasar malam itu diselenggarakan di lapangan sepakbola pandan sari (skr lapangan FONI).
Gerakan perjuangan gerilya pejuang Balikpapan melawan Belanda terus dilakukan. Hingga pada suatu ketika. Tgl 10 Desember 1946, Belanda mengumpulkan semua pribumi di lapangan FONI.
Belanda berniat menghabisi seluruh pribumi. Tetapi peristiwa pembantaian itu urung terjadi. Seorang komandan yang ditugasi menjaga keamanan Balikpapan bernegosiasi dgn Belanda.
Komandan itu membujuk Belanda supaya tidak membantai kaum pribumi. Karena akan berdampak pada banyak hal. Terutama kilang.
Berkat negosiasi dr komandan tersebut, tidak terjadi pembantaian di Balikpapan. Komandan tersebut bernama Wiluyo Puspoyudo. Namanya sekarang juga diabadikan jadi nama sebuah taman di dekat rumahnya dulu.
Perlawanan terhadap Belanda terus dilakukan. Dengan pertempuran dan perundingan-perundingan. Pada tanggal 27 Desember 1949, Balikpapan resmi masuk ke dalam Republik Indonesia Serikat. Setahun kemudian, Presiden Soekarno datang ke Balikpapan.
Dengan pidato khasnya, beliau menyemangati masyarakat Balikpapan. Sejak itulah kemudian masyarakat Balikpapan mulai membangun kotanya. Pada tanggal 20 Januari 1960, Aji Raden Sayid Muhammad dilantik menjadi Walikota Balikpapan yang pertama.
Dan salah satu yang menjadi ciri khas kota Balikpapan yaitu kilang minyak, terus berproduksi hingga sekarang.
Demikianlah cerita dan sejarah kota Balikpapan kalimantan timur, semoga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah dan budaya indonesia khususnya sejarah kota balikpapan dan asal usul kota balikpapan.
Sumber. tweet @kotabalikpapan