Skip to main content

Cerita Bersambung Merelakan Suami Menikah Lagi Part 05

Cerita bersambung merelakan suami menikah lagi adalah bagian kelima cerita fiksi tentang berbagi suami atau cerbung ikhlas suami menikah lagi dengan wanita lain.

Bagaimana kisah cerita dan tips menghadapi suami poligami dalam cerita bersambung mengikhlaskan suami menikah lagi dan bagaimana perasaan wanita ketika suami menikah lagi dalam cerbung berbagi suami selengkapnya disimak saja fiksi sikap istri terhadap suami yang menikah lagi berikut ini.

Berbagi Suami Part 05 Author : Ersu Ruang Sunyi

Aku yang terkejut dengan pernyataan mas Ilham yang ingin membatalkan pernikahannya yang tinggal berapa jam lagi pun tak habis pikir apa yang ia pikirkan.

Kutarik napas panjang, sambil mengikuti langkah Mas Ilham yang keluar dari kamar, sebelum tiba di ruang keluarga kutarik tangan Mas Ilham, kupeluk ia dengan erat. Ada perasaan takut kehilangan, sungguh egois ketika aku merasa takut kehilangannya.

"Yank, biarkan untuk sesaat aku dalam pelukanmu," ucapku, sambil memeluk dengan erat.

"Kenapa harus sesaat?" tanya Mas Ilham.

"Jika terlalu lama maka kita akan telat datang ke rumah Sakila," bisikku, sambil melepaskan pelukan.

"Sayang, sudah ya, kita tidak usah pergi ke sana, kita batalkan pernikahannya. Biar Mas bicara sama orang tua Mas, untuk mengabari orang tua Sakila," ucap Mas Ilham.

"Yank, apa yang kamu katakan? Tidak! pernikahan ini tidak boleh di batalkan, bagaimana dengan nama baik keluarga Sakila, para tamu undangan pasti sudah pada hadir di sana!" celaku sambil menatap tajam mata suamiku.

Aku perlahan bicara pelan ke mas Ilham agar ia tak membatalkan pernikahannya. Jika di batalkan bagaimana dengan keluarga Sakila? aku meyakinkan Mas Ilham jika semua akan baik-baik saja, tetapi jika Mas Ilham membatalkan pernikahannya pasti akan ada masalah yang akan membelit.

Kami semua pun akhirnya pergi menuju kediaman Sakila, jangan tanya bagaimana perasaanku ketika di perjalanan, karena aku pun tidak tahu perasaanku saat ini seperti apa.

***

Berbagi suami 04

Dekorasi pelaminan begitu indah, ya sesuai dengan apa yang kurancang. Semua mata mulai tertuju padaku, entah apa yang mereka bisikkan, aku tak perduli dengan gunjingan yang sesekali terdengar samar di telingaku.

Mas Ilham langsung duduk di tempat yang di sediakan, Sakila pun duduk dengan kebaya putih nan indah. Sungguh cantik Sakila dengan riasan henna di tangannya, menyempurnakan riasan lainnya.

Ijab qobul di mulai, hatiku kini berdebar kencang, melebihi debaran di saat mas Ilham dulu mengucap ijab qobul saat menikahiku.

Ijab qobul berjalan lancar, masuk ke prosesi sungkeman, rasa haru menyeruak yang tiba-tiba hadir menjalar hingga ke ubun-ubun. Tak dapat kugambarkan bagaimana perasaan ini.

***

Berbagi suami 03

Setelah selesai ijab dan resepsi, aku, Sakila, dan mas Ilham pun langsung pulang ke rumah, ibu ku terlihat begitu mengkhawatirkan keadaanku yang baik-baik saja, kuanggap wajar kekhawatiran seorang ibu terhadap putrinya sulungnya.

Adik lelaki dan perempuanku pun turut pulang ke rumahku, Ibu dan Ayahku pun pulang, namun tidak dengan kedua adikku, yang memutuskan menginap di rumahku, mungkin itu strategi ibu agar aku tidak merasa sedih atau apalah itu.

Aku memasak menyiapkan untuk makan malam yang di temani adik perempuan, sedangkan adikku yang lelaki sibuk membaca koleksi novelku yang berjejer di ruang baca, ya, aku memang mengoleksi beberapa novel dari penulis ternama, salah satunya karya perempuan yang luar biasa. Karya Kak Asma Nadia.

Tak lama kemudian Sakila menghampiriku ke dapur.

"Yunda, bolehkah aku membantumu memasak," ucap Sakila sambil tersenyum simpul.

"Dinda, kenapa gak istirahat saja biar aku yang siapkan semuanya," ucapku.

Namun Sakila bersikukuh ingin membantu masak, dan akhirnya kamipun memasak bertiga di dapur yang cukup luas itu, kusajikan masakan kesukaan Mas Ilham. Opor ayam dan tumis buncis. Kusajikan juga masakan lainnya.

Kamipun makan setelah selesai shalat isya, dan di pimpin doa oleh Mas Ilham, seperti biasa ku isi piring Mas Ilham dengan nasi.

"Mas Ilham sayang, biar aku suapi ya," seru Sakila.

Berbagi suami 02

Mas Ilham seketika melirik ke arahku, aku pun membuang pandangan ke arah Rio.

"Tidak usah Mas bisa sendiri," ucap Mas Ilham, yang menolak untuk di suapi oleh Sakila.

Kulihat wajah Rio dan Risa sedikit jutek melihat Sakila.

"Ayolah Mas," rayu Sakila.

Mas Ilham pun akhirnya tak mampu menolak permintaan Sakila.

Selesai makan aku beranjak masuk ke kamar, dan Sakila menempati kamar utama di lantai 1. Ketika aku hendak masuk kamar mandi, Mas Ilham tiba-tiba masuk ke kamar. Kulihat wajahnya yang terlihat bimbang.

"Sayang, malam ini Mas tidur di kamar bawah ya, kamu tidak keberatan?" tanya Mas Ilham, dengan hati-hati.

"Ya tidak apa-apa Mas, kewajibanmu kan jika malam ini kamu tidur bersama Sakila," jawabku sambil tersenyum.

"Malam besok, Mas tidur di sini bersama kamu," ucap Mas Ilham, sambil membelai kepala dan mencium keningku.

Mas Ilham pun keluar dari kamar setelah mengambil baju yang akan ia kenakan buat tidur.

Aku bergegas masuk ke kamar mandi. Kuguyur kepalaku dengan masih mengenakan pakaian.

"Apa yang kulakukan?" gumamku.

Aku segera menyelesaikan mandi karena kudengar suara Risa memanggil dari luar kamar.

"Risa! kenapa?" tanyaku.

"Kakak, tidak kenapa-napa?" tanya Risa.

"Gak kenapa-napa, kenapa?"

"Habisnya kudengar lama banget di kamar mandinya," seru Risa.

Malam itupun aku menghabiskan malam dengan Risa, ya Risa sepertinya kini ia sudah beranjak dewasa, dengan caranya menempatkan diri begitu pas di sisiku.

Adzan subuh berkumandang, aku pun beranjak ke kamar mandi, kulihat Risa tidur begitu nyenyak. Kubiarkan ia menguntai mimpi indahnya, setelah selesai shalat subuh kubangunkan Risa untuk shalat subuh juga.

Lalu aku pun beranjak ke dapur yang berada di lantai satu. Kulirik pintu kamar Sakila, masih tertutup rapat dan lampunya pun belum menyala, mungkin mereka masih tertidur, pikirku.

Berbagi suami 01

Terpaku sekian menit di depan pintu kamar Sakila, ada sesuatu yang terasa mengiris-iris hatiku, padahal sama sekali tidak terluka. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan wedang jahe kesukaan Mas Ilham.

Tak terasa matahari sudah masuk ke sela-sela jendela.

"Sayang," Mas Ilham mengagetkanku yang lagi termenung di dapur.

Mas Ilham mengecup keningku seperti biasa.

"Yank, kamu ini bikin jantungan aja," seruku, yang tak bergeming dalam pelukan Mas Ilham.

"Bidadari Mas, sudah di dapur, tadi Mas masuk ke kamar, ternyata kata Risa kamu sudah turun ke dapur, ya sudah Mas cari kamu," ucap Mas Ilham.

"Iya yank, aku buat wedang jahe buat kamu. pasti badannya lelah kan setelah seharian kemarin sibuk menyambut para tamu undangan," ucapku, sambil melepaskan pelukan Mas Ilham, karena kulihat Risa yang hendak ke dapur mengunci kedua kakinya karena melihat Mas Ilham memelukku.

"Risa, kamu mau wedang jahe," tanyaku. Yang menghentikan langkah Risa yang memutar badannya untuk keluar dari pintu dapur.

"Em... Iya boleh kak," jawab Risa, simple.

Kusediakan wedang jahe di meja untuk Mas Ilham dan Risa, karena Sakila belum keluar kamar aku pun belum menyediakan untuknya karena belum tahu Sakila suka wedang atau tidak.

Mas Ilham duduk di meja bersama Risa. Aku pun duduk di depan Mas Ilham. Sakila keluar dari kamar dan menghampiri kami semua.

"Sayang, kok minuman apaan itu?" tanya Sakila sambil menyingkirkan wedang jahe buatanku.

"Wedang jahe," jawab Mas Ilham.

"Pagi-pagi begini kok minum begituan, harusnya juga susu atau kopi, bentar aku buatkan susu ya sayang, pokoknya jangan di minum itu minuman seperti itu, tidak bagus buat lambung," larang Sakila.

Aku pun tak berkata sepatah kata pun, hanya sesekali Risa melirik ke arahku, dan menatap ke arah Mas Ilham, Sakila pun dari dapur membawa segelas susu hangat yang ia berikan di depan Mas Ilham, dan wedang jahe buatanku di geser jauh dari depan Mas Ilham oleh Sakila.

Bersambung ke: Cerita mengharukan dua istri dalam satu keluarga