Skip to main content

Cerita mengharukan dua istri dalam satu keluarga (berbagi Suami Part 06)

Cerita mengharukan dua istri dalam satu keluarga adalah cerita bersambung tentang berbagi suami yang sebelumnya berjudul merelakan suami menikah lagi.

Nah bagaimana cerita fiksi kisah suami beristri dua dalam cerbung berbagi suami ini, apakah berkisah seperti cerita kisah nyata poligami yang mengharukan atau tentang seorang istri yang punya dua suami, selengkapnya tentang cerita sedih istri yang dimadu dalam cerbung berbagi suami bagian ke enam berikut ini.

Berbagi Suami Part 06 Author : Ersu Ruang Sunyi

Aku hanya terdiam melihat Sakila menggeser gelas yang berisi wedang jahe buatanku, ya, aku tak mampu berkata apapun. Namun kulihat Mas Ilham pun merasa tidak enak denganku, tapi Sakila yang pagi itu menguasai Mas Ilham 100% tak memberikan cela sedikit pun untukku berucap walau sepatah kata.

Rio yang tiba-tiba menghampiri ke meja makan ia duduk di samping Risa dengan wajah yang sumringah

"Wah, ada wedang jahe, ini pasti buatan kak Davira ya? aku minum ya? ....," ucap Rio, sambil menenggak wedang jahe yang tadinya buat mas Ilham itu,

"Wih emang mantap banget wedang buatan Kak Davira ini, gak salah apa kata Abi, kalau wedang buatan kak Davira ini paling enak nomor satu di dunia," seru Rio, sambil menenggak habis wedang nya.

Sakila senyum kecut mendengar celoteh Rio.

"Hmm ... Iya buatan kakak kamu emang enak banget," sahut Mas Ilham.

"Sayang, nanti siang kita makan di restaurant temanku yuk," ajak Sakila, ke Mas Ilham.

"Maaf, Mas gak bisa, soalnya nanti siang harus menghadiri meeting di kantor," jawab Mas Ilham.

Aku bisa melihat raut wajah Sakila yang kecewa karena ajakannya di tolak oleh mas Ilham, siang itu pun mas Ilham pergi untuk meeting, dan aku pun kembali membereskan rumah di bantu oleh Risa, selsai membereskan rumah, aku mengajak Sakila untuk membuka kado yang di kasih oleh semua teman mas Ilham,

Berbagi suami 05

Rio dan Risa pamit pulang karena ibu sudah menelepon nya, menyuruh mereka segera pulang.

Ketika membuka kado-kado itu Mas Ilham menelpon ke handphone ku. Ia berkata jika ia akan pulang malam, dan aku pun mengiyakan.

"Yunda, jadi Mas Ilham siang ini tidak pulang ke rumah," tanya Sakila.

"Iya, Mas Ilham pulang nanti malam Dinda," jawabku.

"Och iya, hari ini, aku mau belanja kebutuhan rumah, kamu mau ikut atau mau di rumah?" tanyaku.

"Ya udah, aku ikut Yunda aja," seru Sakila.

Kami pun berbagi berbelanja, untuk pertama kalinya aku pergi bersama Sakila, kucoba mengenali sikap dan sifat Sakila, aku pun berusaha untuk memahami dirinya.

Ada rasa bahagia ketika aku berjalan bersampingan bersama Sakila. Mereka tidak ada yang tahu bukan jika kami adalah dua madu yang rukun?.

Sakila memilih banyak cemilan, sedangkan aku lebih sibuk berbelanja untuk semua kebutuhan, untuk stok seminggu.

Kami pun pulang dari berbelanja dan Sakila meminta ijin untuk melihat kamarku yang di lantai dua, aku pun mengijinkan ia masuk ke kamarku, ia melihat setiap sudut kamar. Dan ia berkata jika ia juga ingin meja rias yang seperti di kamarku. Aku pun berkata padanya, nanti akan aku bilang ke Mas Ilham untuk membeli nya.

Makan malam tiba, dan Mas Ilham pun datang, kusambut suamiku dengan kecupan di tangannya di susul oleh Sakila.

Berbagi suami 04

Ketika makan malam selsai, Mas Ilham berkata pada Sakila jika malam ini ia akan tidur di kamar atas. Namun Sakila sedikit keberatan, nampaknya.

"Dinda, malam ini Mas tidur di kamar atas ya," ucap Mas Ilham.

"Tapi sayang, aku kan takut jika harus tidur sendiri, lagian kan di rumah ini aku baru sehari, belum berani kalau harus tidur sendiri," seru Sakila.

"Yank, enggak apa-apa kok, kamu temani Sakila z," ucapku.

Mas Ilham menggelengkan kepalanya.

"Tuh kan, Yunda Davira aja tidak keberatan," seru Sakila.

Mas Ilham pun masuk ke kamar Sakila, setelah tangannya di tarik oleh Sakila. Aku terpaku beberapa saat, setelahnya kubereskan meja, lalu mencuci piring bekas makan.

Aku membaca novel terbaru dari karya seorang sahabat penulis, yang belum lama kukenal. Tak terasa airmata ini mengalir ketika kubaca sebuah novel yang sangat mengoyak hati dan perasaan.

Kulihat jam dinding sudah menunjukkan 00:35. Air minum di kamar ternyata habis dan memaksaku harus turun ke bawah untuk mengambil air minum, rasa kantuk pun tak kunjung datang.

Berbagi suami 03

Kuputuskan untuk mengambil air minum dan beberapa cemilan dari kulkas. Ketika aku membuka kulkas, hampir menjerit karena kaget. Ternyata Mas Ilham menghampiri ku yang tengah di dapur.

"Yank! kamu ini, kebiasaan banget kalau sudah ngagetin orang," protesku.

"Siapa yang ngagetin, Mas cuma mau ambil minum, terus lihat kamu di sini," jawab Mas Ilham.

Mas Ilham mengikuti ke lantai 2, aku pun melarangnya untuk tidur di kamarku, karena takut kalau pas Sakila bangun ia ketakutan sendiri di kamar. Namun Mas Ilham selalu bersikukuh untuk tidur di kamarku.

Paginya Sakila protes terhadapku, karena ia kehilangan Mas Ilham ketika ia terjaga, aku yang merasa tidak enak pun sama Sakila, menjelaskan jika Mas Ilham memaksa jika ia ingin tidur di kamar atas.

***

Beberapa bulan pernikahan Mas Ilham dan Sakila, ia pun proses kehamilan, aku pun beberapa kali menemani Sakila ke Dokter di saat Mas Ilham sibuk kerja. Untuk cek agar segera mengandung.

Siang itu orang tua Sakila berkunjung ke rumah kami, kebetulan Mas Ilham belum pulang jadi kusiapkan untuk makan malam nanti. Dan Sakila lagi serius mengobrol dengan ibunya, aku yang menghidangkan buah di meja, di ajak gabung untuk mengobrol dengan mereka, aku pun duduk di dekat Sakila.

Berbagi suami 02

"Davira, saat ini kan Sakila lagi proses punya anak, jadi kalau bisa Ilham tidurnya sama Sakila, biar bisa cepat punya anaknya, lagian kan kamu tidak bisa memberikan keturunan, jadi kamu harus mengalah dulu untuk tidak di tiduri suami kamu," celetuk ibunya Sakila.

Aku terdiam sejenak mendengar perihal tersebut.

"Bunda, iya gak apa-apa, aku tidak keberatan," jawabku tersenyum simpul.

"Nah gitu dong, kamu harus tahu diri aja, kalau kamu itu mandul!" cecar ibunya Sakila.

Jleb. Rasanya ada yang menusuk tepat di hati hingga ke jantung. Mungkin bagi ibundanya Sakila berkata begitu biasa saja, tapi hatiku bagai di iris silet lalu di taburi garam, perih tak terperi.

Kenapa aku semakin tidak nyaman dengan kedatangan ibunya Sakila, bukan kali pertama ia datang dan berkata yang nyeletuk. Namun kali ini rasanya sudah keterlaluan. Tapi aku bisa apa? hanya diam dan lari ke kamar mandi untuk membasuh airmata yang tiba-tiba membasahi pipi.

Bersambung ke: Kisah menyentuh hati kehidupan dua istri satu rumah