Skip to main content

Cerpen anak yatim piatu yang menyedihkan tentang gadis kecil disuruh mengemis

Cerpen anak yatim piatu yang menyedihkan adalah kisah seorang anak kecil yang ditinggal kedua orangtuanya, namun dia tidak mengatahui kalau ibu dan bapaknya telah meninggal dunia.

Dalam cerita Kisah anak yatim piatu yang sangat menyentuh hati dipublikasikan blog fiksi menceritakan tentang anak yatim piatu yang disuruh mengemis dengan membawa bayi tapi bukan adiknya.

Jadi cerpen tentang anak yatim piatu ini bukanlah cerpen anak yatim piatu yang harus mengurus adiknya tetapi cerita sedih anak yatim piatu yang disuruh mengemis oleh seorang perempuan yang tak punya hati.

Bagaimana kisah cerita dalam cerpen anak yatim piatu singkat dalam cerpen tentang anak yang ditinggal orang tuanya

Untuk lebih jelasnya tentang cerita anak yatim piatu yang malang disimak saja cerpen tentang anak yatim piatu berikut ini dengan judul cerpen "Risa Gadis Yatim Piatu"

Cerpen singkat tentang anak yang malang: Risa Gadis Yatim PiatuAuthor: Robiatul Hadawiah, SS

Pemandangan memilukan ada di hadapanku. Seorang anak kecil usia lima tahunan seraya menggendong bayi mungil sedang meminta minta dari satu toko ke toko lainnya. Sesampainya di depanku, kutanyakan langsung dimana orang tuanya berada.

"Adik manis, ayah ibumu dimana ?"

Aku bertanya namun seperti tak butuh jawaban karena belum sempet anak itu menjawab, pertanyaan demi pertanyaan lainnya menyeruak didadaku untuk segera ditanyakan.

"ini bayi siapa yang kamu gendong ? adiknya ya ? rumahmu dimana ? mau kaka anter pulang de ?"

Sorot mata sayu anak itu memperlihatkan keraguan dan ketidaksukaannya dengan pertanyaanku.

Seakan tak menyerah, kutanyakan lagi perihal orang tuanya.

" Ayah ibu kamu dimana sayang ? Boleh kaka bertemu mereka ?" Sekali lagi ia membisu.

"Tidak apa-apa ya, kamu jangan takut. Jawab saja setahu kamu. Ayah Ibumu dimana ? bayi ini adikmu yah ?"

"Iya." Tiba-tiba keluar jawaban dari mulut mungilnya

"Bapak lagi kerja. "

Singkat ia menjawab, sehingga masih menimbulkan tanya dan rasa heran di benakku. Bagaimana mungkin ada orang tua yang tega membiarkan anaknya mengemis lebih-lebih sambil menggendong bayi.

"Oh ya? Bapak kerja dimana de ?"

Harapku ia sudah mengetahui tempat dimana ayahnya bekerja, mengingat usianya yang masih kecil. Namun ternyata jawaban anak itu sungguh diluar dugaan.

"Bapak kerjanya di atas langit ka. "Sambil tangannya menunjuk ke atas.

Aku tertegun. Terdiam sesaat, mencoba mencerna kata-katanya.

"Hmmm...oh Bapakmu seorang pilot ? bawa pesawat terbang tinggi ya?"tanyaku lagi.

"Bukan. Bapak lagi bobo sama Alloh. " Sahutnya tenang.

Owh...sekali lagi aku Cuma bisa terdiam mendengarnya. Anak ini seorang yatim.

"Bagaimana dengan ibumu ?" Tanyaku lagi mencoba untuk tidak larut dalam suasana.

"Emak juga lagi bobo sama Bapak di langit."

Ya Tuhan, anak ini yatim piatu.

Tanpa sadar kuraih bayi mungil dalam pelukan gadis kecil itu sambil menyuruhnya untuk duduk di sampingku. Rasa hangat dan iba campur sedikit panik itu mulai menyelimutiku.

Tak terbayangkan rasanya anak sekecil ini berkeliaran di jalanan sembari menggendong bayi dikarenakan kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Dengan kepolosan khas anak kecil, seketika itu juga gadis kecil yang belakangan kutahu namanya adalah Risa tersebut meraih tanganku dan menggenggamnya, terlihat seperti sudah mulai merasa nyaman berada didekatku.

Kemudian dengan sedikit menarik-narik tangan kananku, ia pun mau mulai bicara banyak.

"Ka, Risa kangen Bapak sama Emak. Tolong anter Risa sama dede bayi ketemu mereka ya. Risa bingung, Bapak Emak kok ga pulang-pulang. Janjinya ga akan tinggalin Risa sama dede lama-lama. Eh tiba-tiba ada orang dateng ke rumah bilang Bapak Emak sudah ga ada dan aku sama dede harus ikut mereka."

Mendengar penuturannya sungguh membuat hati ini semakin teriris. Mungkin yang dimaksud dengan orang yang membawa Risa pada saat itu adalah saudara dari pihak ayah atau ibu Risa.

"Risa sayang, sekarang tinggal sama siapa ? Bobonya di mana ?" Tanyaku sedikit bergetar.

"Sama tantenya om. "

Agak keheranan ku mendengar jawabannya.

"Siapa itu tantenya om ? Maksud kamu sekarang kamu tinggal bersama om dan tante ?"

"Sama tante aja. Tante Dayana. "

Oh berarti Risa dirawat tantenya seorang tanpa ada sosok paman di dalam rumahnya, pikirku saat itu.

"Tante Dayana bilang Bapak Emak Risa gak akan jemput Risa sama dede bayi lagi, karena Bapak sama Emak udah bobo panjang, selamanya gak akan pernah bangun lagi. "

Ceritanya semakin membuat kesedihanku tak terbendung. Bulir-bulir air mataku berjatuhan mengenai tubuh bayi mungil adik Risa yang sedang kugendong. Risa melanjutkan merajuk diriku untuk bertemu ayah ibunya.

"Biar Risa aja yang jemput Bapak Emak, kaka bantu Risa ke atas langit dong, mereka mau Risa bangunin , masa bobo terus sih. "

Ya Tuhan, celotehnya menggambarkan betapa Risa sangat merindukan sosok kedua orang tuanya.

Rupanya Risa masih belum paham tentang kepergian orang tuanya, selama ini Risa diberitahu kalau ayahnya sedang tidur panjang, padahal sebenarnya sudah meninggal dunia.

Tak tahu harus menjawab apa, kualihkan perhatian Risa dengan bertanya tentang sosok bayi yang dibawanya.

"Dede bayi ini namanya siapa?"

"Ammar." Jawab Risa singkat

"Subhanallah, nama yang indah. Ammar bayi yang ganteng ya, pasti Risa sayang banget sama dede Ammar. "

"Iya, Ammar lucu. "

Risa menanggapinya dengan cuek, seperti tidak ada hubungan darah yang mengalir diantara keduanya. Ternyata betul dugaanku.

"Ammar adiknya Risa bukan ?" tanyaku penasaran

"Bukan. " Jawabnya

"Loh, terus kenapa dede Ammar ikut mengemis sama Risa ?"

"Tante yang suruh bawa Ammar tiap kali ngemis. "

Tak henti hati ini tertegun setiap mendengar jawaban Risa. Sungguh malang nasib kedua anak ini, ku tak bisa membiarkan ketidakadilan di depan mata seperti ini. Tapi apa yang bisa kulakukan untuk membantu Risa ?

"Ya Rabb......benarkah Tante yang menyuruh kamu mengemis dengan membawa serta Ammar ?"

"Iya."

Kejujuran terlihat di kedua matanya.

Aku terkesiap lagi dengan kisah hidup gadis yatim piatu ini. Pikiranku langsung membayangkan sosok wanita bernama Dayana.

Entah dimana naruninya sebagai perempuan yang begitu tega menyuruh anak yatim piatu meminta-minta dengan menggendong bayi pula. Ingin sekali rasanya melaporkan sesegera mungkin ke pihak berwajib.

Namun kusadari, informasi yang kupunya belumlah cukup bukti. Sebisa mungkin ku menahan diri ini untuk bersabar. Tidak berapa lama kemudian Risa kembali bercerita.

"Risa ga mau pulang ke rumah tante lagi." Katanya

"Kenapa memangnya ?" Pertanyaan bodoh sepertinya.

"Tante jahat. Risa sakit. Sakit semua."

Sedikit bingung, kutanyakan tentang sakitnya.

"Sakit apanya sayang ? Risa dipukul ?" Ragu-ragu ku bertanya.

"Iya. Tante suka pukul Risa. Apalagi kalo pulang ga bawa uang, pasti Risa dipukul disini (ujarnya sambil memegang pipi), disini juga (sambil pegang tangan dan kakinya). "

Sekilas kulihat banyak bekas luka lebam di tangan dan kakinya.

"Ini kuping Risa juga tante suka tarik-tarik sampe Risa sakit banget."

Lagi-lagi ku tak mampu menahan perih hati ini mendengar keluhan Risa. Ya Allah, beri hamba kekuatan untuk membantu meringankan duka gadis ini, doaku dalam hati.

"Risa mau makan ?"

Untuk sekarang hanya inilah yang bisa kulakukan.

"Mau. Risa laper."

Mulutnya tampak tersenyum ketika menjawab ajakanku. Alhamdulillah, kulihat harapan dalam senyumannya.

"Ayo kita makan dulu. Setelah itu, Risa sama Dede Ammar ikut ke rumah kaka dulu yah. Untuk sementara, kalian tinggal sama kaka, mau sayang ?" Ajakku penuh harap.

Tiba-tiba Risa memelukku dengan erat sambil menangis.

"Mau ka. Risa mau ikut kaka. Kaka baik. Ga jahat. Risa takut pulang ke rumah tante. "

Ku coba tenangkan Risa, namun aku sendiri tak berdaya menahan sedih. Air mata semakin deras keluar dari mata ini.

Entah apa yang kupikirkan, tanpa pikir panjang langsung memutuskan untuk mengambil kedua anak itu, berharap keajaiban akan membantuku untuk mengurus dan merawat keduanya dengan baik.

Banyak hal yang harus kulakukan demi menolong mereka agar tidak lagi mengalami kekerasan fisik dan mental. Tekadku sudah bulat untuk menolong. Semoga Allah SWT meridhoi jalan yang kutempuh dan melancarkan segala sesuatunya.

Kamipun berjalan beriringan menuju rumah makan cepat saji terdekat, dimana setelah melahap menu makan siang lalu dilanjutkan dengan menyantap es krimnya yang terkenal lezat dan pastinya disukai anak-anak.

Risa terlihat bahagia sekali, seperti telah hilang beban berat yang selama ini menimpanya, sementara dede Ammar terlihat tenang dalam pelukanku.

Doaku untuk kebahagiaan mereka. Berharap kumampu menyelipkan sedikit bahagia di setiap helaan nafas dalam kehidupan mereka selamanya.

Selesai.