Cerpen: Kisah cinta yang tak berujung tapi takdir tak mempersatukan
Dipisahkan untuk dipertemukan kembali merupakan bukti takdir mencari jalannya sendiri dan tentunya pertemuan jodoh karena Allah namun dalam cerpen kisah cinta yang tak berujung takdir tak mempersatukan.
Begitulan tentang kisah nyata jodoh tak akan kemana terkadang juga dalam kehidupan nyata pertemuan jodoh yang tak terduga datang dengan tiba tiba, semua itu karena takdir cinta adalah kuasa dari yang maha kuasa.
Dan mengenai tentang takdir yang tidak dipersatukan berikut ini adalah cerita cinta yang tak berakhir dalam cerpen cinta kisah tak berujung, dismak saja berikut ini.
Cerpen: KISAH TAK BERUJUNG Autor: Rosana
Fendy.. biasa aku memanggil namanya.
Teman sekelasku waktu SMA. Kemana pun pergi, dia selalu mengajakku. Setiap ada tugas sekolah, selalu ku kerjakan bersamanya.
Fendy sangat mengandalkan aku. Dia tak pernah punya buku catatan. Bahkan setiap kali ada ulangan sekolah, Dia selalu meminjam catatanku untuk dia belajar.
Namun meski begitu, Fendy selalu baik padaku. tak pernah dekat dengan anak gadis lain di kelasku selain aku. Bahkan dia selalu ingin duduk disampingku. Terkadang, dia sedikit nakal, suka berbaring di pangkuanku saat jam istirahat.
Kedekatanku dengan Fendy sudah terjalin sejak pertengahan kelas satu SMA. Namun di kelas tiga, kami beda kelas. Aku masuk kelas IPA, dan Fendy masuk kelas IPS.
Meski kami berbeda kelas, tak membuat hubungan kami jauh.
Setiap jam istirahat, Fendy selalu menyempatkan datang di kelasku. Dan saat pulang, selalu bareng dan mengantarku pulang.
Namaku Sintia, aku termasuk anak yang sedikit pendiam dan tak punya banyak teman. Namun, Fendy tak mempermasalahkan hal itu.
Meski dia punya banyak teman, namun Fendy selalu mengutamakan aku. Dia tak pernah meninggalkan aku sendiri. Dia selalu menemaniku, dan selalu mengajakku setiap teman-temanku ada acara.
Kedekatan yang hampir tiga tahun ini membuatku merasa ada rasa yang tumbuh di hatiku untuknya. Namun, aku hanya bisa menyimpannya dalam hati. Aku tak berani mengungkapkannya pada Fendy.
Entahlah.. mungkin Fendy tau dan bisa membaca dari sikapku. Namun, Dia juga tak pernah membahas tentang masalah perasaan. Dia selalu bercanda.
Aku kadang bingung dengan kedekatanku dan dia. Statusku bukan pacarnya, namun kita selalu bersama-sama.
Terkadang, aku ingin ungkapkan perasaanku padanya. Namun aku takut, aku juga bingung bagaimana cara aku mengungkapkannya.
Aaahh.. ya sudahlah. Sampai saat ini aku hanya bisa menyimpan perasaan ini dalam hati.
Terakhir aku ketemu dia, di acara perpisahan sekolah. Waktu itu, aku masih sempat berfoto dengannya.
Namun sejak saat itu, aku tak lagi bertemu atau pun mendengar kabarnya. Hanya ada informasi dari teman sebangku Fendy waktu kelas tiga, jika Fendy melanjutkan kuliah di Jogya.
Terkadang aku rindu dengan celotehannya, godaannya, senyumnya, dan caranya memperlakukan aku.
Hhhh, namun semua itu tinggal kenangan. Hampir dua puluh tahun aku tak bertemu dengannya.
Mungkin, dia sudah berbahagia dengan keluarga kecilnya. Sedangkan aku, harus mengalami perceraian dengan suamiku.
Aku memiliki dua anak perempuan. Yang pertama sudah masuk SMP. Dan yang kedua baru kelas tiga SD. Semua anak-anakku ikut denganku.
Waktu itu, aku memang terburu-buru untuk menikah. Tanpa mengenal lebih jauh suamiku. Dan akhirnya, rumah tanggaku harus berada di ujung perceraian.
Tapi... ya sudahlah. Mungkin ini memang sudah jalan hidupku. Dan aku tak pernah menyesalinya. Meski aku sudah bercerai dengan suamiku, namun kita masih menjaga hubungan baik demi anak-anak.
Awalnya aku tak percaya, waktu aku buka media sosial. Kulihat nama Fendy menambahkan aku untuk menjadi temannya.
Masih ada ragu dalam hatiku dan bertanya, apakah ini Fendy teman SMA ku dulu. Sebelum aku menambahkan dia menjadi temanku, aku lihat dulu profilnya. Aku lihat postingan-postingan dan foto-fotonya.
Ternyata memang benar. Dia Fendy teman SMA ku dulu. Dia tinggal di Jogya dengan kedua anaknya juga. Namun, ternyata istrinya sudah meninggal.
Sejak saat itu, aku dan Fendy kembali terhubung lewat dunia maya. Kami jadi lebih akrab dan saling berbagi cerita. Dia juga tau jika saat ini posisiku juga sendiri.
Fendy pun akhirnya mengajakku untuk ketemu. Dia yang datang dulu ke Solo. Setelah itu, gantian kadang aku yang datang ke Jogya.
Setelah kami kembali akrab seperti dulu, Fendy pun mulai mengenalkan anak-anaknya padaku. Begitupun sebaliknya. Namun, ternyata semua tak seperti yang aku bayangkan.
Anak-anak Fendy tak menerimaku dengan baik. Dari sikapnya, aku mengerti jika mereka tidak menginginkan ada pengganti ibu nya dalam kehidupan mereka.
Berbeda dengan anak-anakku yang bisa menerima Fendy dengan baik. Dan aku harus mengerti itu.
Sekian lama berpisah, Fendy tak banyak berubah. Dia masih seperti dulu. Dia pun akhirnya mengungkapkan perasaannya padaku.
"Sebenarnya, dulu waktu SMA aku sudah jatuh hati padamu. Itulah kenapa, aku nggak pernah dekat dengan perempuan lain selain kamu waktu itu. Tapi aku masih ragu, apakah kamu memiliki rasa yang sama juga padaku atau hanya perasaanku saja. Waktu aku selesai kuliah, aku kembali mencarimu. Tapi ternyata kamu sudah menikah. Setelah aku mendengar kamu sudah berpisah, baru aku berani untuk mendekatimu lagi."
"Jika.kamu tau, sebenarnya dulu aku juga memiliki perasaan yang sama. Kamu saja yang nggak peka. Padahal dari dulu aku selalu menunggumu. Sejak kamu kuliah di Jogya dan tak ada kabar, kukira kamu sudah bahagia." jawabku.
Namun semua sudah berlalu. Kita sama-sama sudah memiliki kehidupan masing-masing.
Aku juga sudah mencoba untuk mendekatkan diriku dengan anak-anak Fendy. Tapi intinya, aku tetap tak bisa masuk dalam kehidupan mereka.
Meski aku dan Fendy sudah saling tau tentang perasaan kita masing-masing dari dulu, namun kita bisa apa jika takdir tak mempersatukan kita.
"Aku tau, tak akan baik jika nanti dipaksakan. Aku bisa mengerti apa yang dirasakan anak-anakmu. Dan kita sebagai orang tua, tak bisa egois. Kita jalani saja kehidupan kita masing-masing seperti dulu sebelum kita dipertemukan kembali. Jika Tuhan mengijinkan kita untuk bersama, pasti kita akan dipertemukan lagi di waktu yang tepat. Biarlah semua yang pernah kita lewati bersama menjadi pengingat, jika kita pernah saling mencinta. Dan sampai saat ini pun, rasa ini masih sama."
-The End-