Skip to main content

Pelajaran Berharga (cinta tak selalu harus memiliki)

Cinta tak selalu harus memiliki adalah makna cerita dalam cerita pendek berjudul pelajaran berharga dalam hidup, menceritakan tentang seorang wanita dijodohkan orang tuanya dengan laki-laki lain, tetapi setelah miliki anak kembali bertemu dengan mantan kekasih.

Untuk cerita lengkapnya tentang cinta tak selamanya harus memiliki, silahkan disimak saja cerpen berjudul "pelajaran berharga" dibawah ini.

Cerpen: PELAJARAN BERHARGA Autor: Rosana

Dulu aku kira sebuah pernikahan itu sangat indah, dimana ada dua orang yang saling mencintai membangun sebuah keluarga yang harmonis.

Dulu aku berfikir jika cinta itu bisa dipelajari dan bisa tumbuh seiring berjalannya waktu.

Namun, setelah menikah selama hampir sebelas tahun aku tak pernah merasakan apa itu bahagia yang sesungguhnya dan apa itu artinya cinta. Hidupku terasa hampa. Selama ini aku hanya menjalankan rutinitasku sebagai seorang istri dan seorang ibu dari kedua anak-anakku. Namun, aku tak pernah bisa merasakan indahnya sebuah pernikahan.

Namaku Sinta, aku menikah dengan laki-laki pilihan ibu ku. Aku di jodohkan dengan anak temannya. Mas Doni namanya.

Mas Doni adalah orang yang sangat kaku. Dia sangat pendiam. Hampir tak pernah ada canda tawa selama aku bersamanya. Dia juga bukan orang yang romantis. Tak pernah memberikan aku sanjungan atau pun sekedar memberikan kejutan kecil buatku.

Tak seperti teman-temanku yang selalu menceritakan tentang keharmonisan mereka bersama suami dan anak-anaknya, mereka juga menceritakan tentang keromantisan suaminya. Sungguh, semua itu membuatku semakin sedih.

Jujur, sebagai seorang perempuan, aku juga sangat menginginkan itu. Namun, hanya bisa aku simpan dalam hati dan diam saat mendengar cerita teman-temanku.

Hingga suatu hari, aku bertemu dengan mas Rio saat aku berbelanja di swalayan.

"Sinta, kamu Sinta kan? Masih ingat aku nggak?"

"Mas Rio.. kapan pulang dari Batam mas? Sudah lama sekali kita nggak ketemu. Gimana kabar kamu sekarang?" tanyaku ke mas Rio.

Mas Rio kakak kelas ku dulu waktu SMA. Dulu aku pacaran dengan mas Rio hampir tiga tahun. Kami berpisah karena mas Rio harus kerja di Batam. Dan setelah itu kami tak lagi ada komunikasi sampai aku kini sudah menikah.

Sore itu aku diajak ngobrol di kafe. Banyak hal yang mas Rio ceritakan. Dan ternyata sampai sekarang, mas Rio belum juga menikah.

Hari-hari ku terasa lebih bersemangat sejak aku bertemu dengan mas Rio. Seakan memori waktu SMA dulu terulang kembali. Hampir setiap hari mas Rio mengirimkan pesan padaku. Meski kadang hanya sekedar menyapa, sudah membuat hatiku berbunga-bunga.

Mas Rio ternyata nggak berubah, dia masih seperti dulu. Perhatian dan sangat romantis. Namun sayang, kita dipertemukan lagi disaat aku sudah menikah.

Yaahh.. mungkin memang bukan takdir ku dan mas Rio untuk hidup bersama.

Namun, meskipun aku sudah menikah, sikap mas Rio tak berubah. Dia selalu memberikan perhatian dan semangat seperti dulu. Meski sekarang harus ada batasan yang tak boleh dilakukan karena status ku sekarang.

Semakin lama, aku semakin nyaman bersama mas Rio. Seseorang yang dulu pernah menjadi orang spesial dalam hidupku. Dia yang dulu pernah bersamaku. Seorang yang membuatku ingin selalu bersamanya. Dialah yang bisa membuat hari-hari ku lebih indah dan bersemangat.

Waktu itu, mas Doni ada tugas ke luar kota. Dan aku hanya di rumah bersama anak-anak.

Rasa kesepian ini sungguh membuatku hatiku terasa hampa. Saat itu aku ingin menelpon mas Rio, meski hanya sekedar bercanda. Namun tiba-tiba ada telpon berdering di HP ku.

"Selamat malam, apa ini benar atas nama ibu Sinta istri bapak Doni?"

"Iya benar, maaf dari mana ya?" tanyaku sedikit bingung.

"Ini dari rumah sakit bu. Bapak Doni mengalami kecelakaan. Mohon keluarganya untuk segera datang ke rumah sakit. Nanti kami kirimkan alamatnya."

Saat itu aku benar-benar kaget. Aku bingung harus bagaimana. Akhirnya, karena sudah malam dan harus ke luar kota, aku minta tolong adik iparku Dito untuk mengantarku ke rumah sakit. Dan aku titipkan anak-anak ke ibu mertuaku yang rumah nya tak begitu jauh dari rumahku.

Sesampainya di rumah sakit, dokter hanya memberitahu jika mas Doni tak dapat tertolong. Dan aku harus menyelesaikan administrasi sambil menunggu jenazah suamiku di bersihkan.

Hampir aku tak percaya dengan apa yang aku alami hari ini. Begitu cepat mas Doni meninggalkan aku dan anak-anak.

Sepanjang jalan, aku menemani jenazah suamiku yang sudah membujur kaku di dalam ambulans.

Dari sini, aku baru menyadari jika aku sudah kehilangan orang yang sangat mencintaiku selama ini. Aku benar-benar bodoh. Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin aku miliki. Dan aku melupakan orang yang sudah menemaniku selama ini.

Ternyata, aku baru tau saat aku menyadari kebodohanku, semuanya sudah terlambat. Mas Doni sudah benar-benar pergi dari hidupku. Selama ini, dia bukannya tidak mencintaiku, namun dia tak bisa menyampaikan bagaimana cara nya untuk mengungkapkan cinta.

Kini hanya tinggal aku dan anak-anak. Aku sudah melupakan anugerah terindah yang diberikan Allah padaku, yaitu anak-anak ku. Satu pelajaran yang tak pernah akan aku lupakan.

Anak-anak lah yang kini menjadikan alasan aku untuk harus tetap bertahan. Anak-anaklah harta ku yang paling berharga. Dan anak-anak lah yang di tinggalkan mas Doni untukku.

Setelah mas Doni meninggal, aku dan anak-anak harus pindah ke luar kota dan bertempat tinggal disana. Yang memisahkan aku dengan mas Rio lagi. Mungkin aku dan mas Rio memang tak pernah berjodoh. Kita dipertemukan hanya untuk saling belajar dan mengajarkan tentang arti sebuah kebersamaan dan cinta tak slalu harus bisa memiliki.

Aku harus melanjutkan tugasku untuk menyelesaikan tanggung jawabku kepada anak-anak. Dan tak lagi memikirkan tentang bagaimana perasaanku. Aku hanya berfikir tentang masa depan anak-anak saja. Karena hanya anak-anaklah harapanku satu-satunya di dunia dan di akhirat nanti.

Selamat jalan mas Doni, dan selamat tinggal mas Rio. Aku akan slalu berusaha untuk baik-baik saja.

-tamat-