Skip to main content

Tragedi di villa puncak bogor (Fatamorgana cinta part 03)

Tragedi di vila puncak bogor adalah lanjutan cerita bersambung tentang cinta romantis "Fatamorgana cinta" dibagian ini menceritakan kisah yang menyedihkan.

Sang wanita cantik mengalami nasib yang buruk karena terpedaya bujuk rayu teman keparat berhati Iblis, kisah selengkapnya disimak saja cerita cinta remaja yang mengharukan berikut ini.

Fatamorgana Cinta Part 03 Author : Ersu Ruang Sunyi

Aku pergi bersama Farel karena ia terus menghubungi untuk datang ke acara ulang tahunnya. Tapi anehnya aku di bawa pergi jauh banget oleh Farel, entah kemana. Sempat beberapa kali bertanya tapi farel hanya menjawab ke tempat paling istimewa.

Ah, sudahlah lagian kata Arimbi juga Farel akan mengajak Arimbi juga, teman karibku. Aku chat Arimbi beberapa kali tapi ia tak menjawab chatnya, bahkan ku tag ia di IG nya tapi tak ada respon sama sekali. Apa Arimbi di perjalanan? Mungkin saja kan iya.

Mobil Farel terparkir di sebuah villa yang begitu jauh dari pemukiman yang ada di puncak Bogor. Kenapa perasaanku gak enak banget, karena tidak melihat kerumunan banyak orang, villa itu nampak sepi. Seharusnya jika ada pesta kan rame oleh banyak orang.

Gerbang villa terbuka, hanya ada sekian belas orang teman Farel yang tidak begitu kukenal. Mereka menatapku sinis. Tidak ada perempuan selain aku, kenapa bisa begini?

Aneh banget.

"Kak Farel, kok gak ada yang lainnya? Arimbi pun tidak ada?" tanyaku.

Tadi aku sempat bertanya kepada Farel. Katanya Arimbi sudah ada di tempat pesta. Farel terlihat gugup ketika kutanya tentang Arimbi.

"Oh iya, Arimbi ada kok, cuma Gio mengajak Arimbi keliling sini," jawab Farel sambil menggaruk kepalanya yang nampak tidak gatal.

Aku pun di ajak masuk ke villa yang begitu besar itu. Di dalam tidak terlihat ada kue ulang tahun, hanya terdapat beberapa botol minuman yang baru kulihat saat ini, bau di ruangan itu pun menusuk hidungku, bau yang begitu tajam. Mungkin bau yang di sebabkan dari beberapa botol yang berjejer tersebut.

"Kak, aku mau pulang." Aku memundurkan kakiku beberapa langkah dari ruangan itu.

"Kenapa sayang? Ayo kita menghabiskan malam ini dengan bersenang-senang." Farel mencengkeram tanganku dengan kuat.

"Tidak kak! Aku mau pulang!"

Nada bicaraku mulai meninggi.

"Sayang, aku hanya ingin mengungkapkan sesuatu sama kamu, maukah kamu menjadi kekasihku." Farel menyentuh pipiku dengan tangan yang satunya masih mencengkeram tanganku.

"A-aku ..."

"Boss! di terima atau tidak! mending kita gilir saja malam ini kan lumayan!" teriak salah satu dari mereka.

Mataku terbelalak mendengar perkataan temannya Farel.

"Sebelum kalian juga gua dulu!" pekik Farel.

Flakkk.

Tanganku seketika mendarat di wajah Farel.

"Beraninya kamu menamparku di depan mereka!" pekik Farel.

Farel menyeretku ke sebuah ruangan, dan melempar tubuhku di atas kasur.

Aku berteriak sekencang mungkin, berharap ada seseorang yang menolongku. Tapi teriakkanku percuma saja, karena teman-teman Farel pun hanya tertawa seperti kesetanan.

"Kamu itu cantik, kulit eksotis kamu menandakan perempuan pribumi yang cantik alami. Malam ini mari kita bersenang-senang agar esok terangkai ribuan kata nan indah di pelataran hati," ucap Farel sambil membuka kancing kemejanya.

"Tolooooong!!" teriakkanku rasanya sudah paling kencang.

Senyum Farel menyeringai seperti harimau yang akan memakan mangsanya.

"Siapapun tolong aku, jika ada yang menyelamatkanku dari sini aku berjanji jika laki-laki akan kujadikan pendamping hidupku hingga akhir hayat. Jika perempuan akan kujadikan saudara."

Entah kenapa ucapan itu terlontar dari bibirku yang terasa begitu kelu dan kaku.

Farel mendekatiku lebih dekat lagi.

"Aku mohon jangan kak," pintaku agar ia tak menyentuh sedikitpun tubuh ini.

"Gak apa-apa sayang, aku hanya akan memberikanmu kebahagiaan." senyum Farel menyeringai.

"Tolooooong!!" teriakku.

Bak ... Buk.

Terdengar kegaduhan di luar, yang seketika menghentikan Farel dan menatap ke arah pintu. Tapi ia lagi-lagi tak peduli dengan kegaduhan di luar dan kembali mendekatiku.

"Jangaaaan ... Aku mohon jangan kak! Toooloong!!" teriakkanku tak ia hiraukan.

Bruuuuuk.

Pintu kamar terbuka, kulihat tubuh kekar berdiri di depan pintu.

"Brengsek! Baj*ngan!! Lo berani menyentuh dia gua patahkan tangan sama kaki Lo!!"

Farel di hajar habis-habisan. Tapi beberapa teman Farel masuk dan balik memukulnya.

"Rizkian!! Lo mau mengantarkan nyawa Lo ke gua?" hardik Farel.

"Gua bukan mau mengantarkan nyawa gua! tapi mau mencabut nyawa Lo, jika Lo berani menyentuh gadis itu!" pekiknya.

Perkelahian tidak terelakan. Beberapa kali Rizkian jatuh tersungkur karena melawan semua teman Farel.

"Awas!!" teriakku. Karena melihat salah satu teman Farel melayangkan pis^u ke arah Rizkian.

Tubuhku gemetar tak karuan.

Rizkian segera menangkap pergelangan tangan orang itu, secepat kilat pis^u pindah ke tangan Rizkian. Dan Rizkian menodongkan pis^u di leher orang itu.

"Lepaskan gadis itu! kalau tidak kalian tahu sendiri kan apa yang bisa kulakukan."

Ancaman Rizkian membuat semua orang mundur dan terperangah.

"Ok, tapi lepaskan Dirga," pinta mereka.

"Embun, kamu sini," panggil Rizkian.

Aku dengan tubuh yang gemetar segera bangun dan berjalan mendekati Rizkian.

"Ayo ikuti aku," ajaknya.

Aku pun mengangguk dan mengikuti Rizkian yang masih menjadikan Dirga sebagai sandranya.

"Kalian semua diam di tempat masing-masing!!" teriak Rizkian.

Aku keluar dari bangunan villa itu.

"Kamu masuk ke mobil," perintah Rizkian.

Aku pun masuk tanpa berpikir panjang. Dan Rizkian mendorong Dirga lalu ia masuk ke mobil dan memacu gas mobilnya.

Hening. Hanya airmataku yang mengalir membasahi pipi. Rizkian melirik dengan ujung matanya. Dan ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memberikan Aqua yang telah ia buka tutupnya.

"Nih minum dulu," ucapnya.

Aku pun tanpa bicara langsung mengambil dan meminumnya.

"Kamu tidak kenapa-napa kan?" tanya nya.

Tangisku pecah seketika.

Seandainya dia tidak datang. Entah bagaimana nasibku di tangan Farel?.

Aku menggelengkan kepala tapi air mataku tidak bisa berbohong jika aku saat ini tidak baik-baik saja.

Rizkian mengusap pipiku dengan jemarinya, ia mendekatkan dada bidangnya, dan tangisku kian pecah di sandaran dadanya.

"Terimakasih," bisikku lirih.

"Mulai sekarang kamu harus hati-hati dengan ajakan siapapun jangan gampang percaya," ucapnya.

Aku mengangguk, dan segera mengangkat kepala dari dadanya Rizkian, tanpa kusadari kenapa kepalaku bersandar di dadanya.

"Kamu cantik kalau sedang nangis," bisiknya, membuat wajahku mendongak ke arahnya.

Debaran halus ini terasa begitu damai, beda dengan debaran yang kurasakan saat ketakutan tadi ketika Farel memperlakukan ku begitu.

Mataku segera kuturunkan dari pandangannya.

"Darimana tahu jika aku bersama Farel?" tanyaku. Membuat Rizkian terbatuk.

Bersambung ke: Cowok ganteng takut kecoa