Skip to main content

Cerpen menyentuh hati | Sahur pertama dengan air putih saja

Sahur pertama hanya dengan minum air putih saja adalah cerpen islami menyentuh hati tentang keImanan keluarga yang sederhana menjalankan ibadah puasa dengan keterbatan pangan.

Untuk lebih jelasnya kisah cerita menyentuh hati keluarga sederhana disimak saja cerita pendek sedih tentang kehidupan keluarga sederhana berikut ini.

SAHUR PERTAMA DENGAN AIR PUTIH SAJA Author : Zaidan Akbar

Guyuran hujan yang tak kunjung reda hingga dini hari, membuat tidur Hairul dan anak perempuannya terlelap ,mereka terjebak dalam suanana dingin, lantunan tadarus bocah bocah di mushola seakan bersatu dengan derasnya suara hujan yang semakin berderu.
tiba tiba,

"ayah.. ayah bangun, bangun, sudah pukul empat", sahut Nana yang tak lain adalah istri Hairul,

Ia mencoba membagunkan suaminya yang sedang tertidur itu sambil memegang dan mengoyang goyangkan kaki suaminya,

Lelaki tiga puluh tahunan itupun terbangun dan menoleh istrinya, lalu ia duduk dan berkata " ada apa..?,apakah kita sahur..?, kedua pertanyaan itu di jawab oleh Nana dengan anggukan saja.

"apa ada sesuatu yang kau masak..?,

Hairul kembali bertanya, kemudian istrinya hanya menggelengkan kepala,

"lalu..? tanya Hairul lagi..

Dengan tersenyum sang istri menyodorkan segelas air putih biasa ,

" minumlah kata Nana ,sesungguhnya sahur itu hukumnya sunnah dan kita akan dapat pahala dengan itu", pungkas sang istri,

Kemudian Nana membangunkan juga anak perempuannya , anak yang belum genap sembilan tahun usianya, anak itu bernama puja

" bangun nak, bangun sebentar dan sahurlah",

Begitulah ucap Nana kepada puja anaknya,

Maka terbangunlah gadis kecil itu dari mimpi mimpinya, hal yang sama Nana lakukan yang juga memberikannya segelas air putih saja, lalu puja bertanya ketus"

Untuk apa kita sahur kalau yang ada hanya air putih saja, bu...? aku ini lapar sekali",

Sejenak Nana terdiam mendengar itu, namun seorang ibu harus terlihat tegar didepan anaknya, itulah prinsip yang Nana pegang selama ini, ia langsung mengusap kepala anaknya dan berkata

" nak, sahur itu bukan hanya tentang makanan , tapi sahur itu adalah bukti kalau kita patuh dan taat terhadap ajaran agama, kita harusnya bersyukur masih bisa minum air putih sahur ini, sedangkan banyak orang yang tidak punya apa apa untuk diminum, jadi minumlah dan suatu saat kau akan mengerti apa maksud ibu"

Itulah ucapan Nana untuk meyakinkan putrinya.

Sementara itu Hairul hanya membisu menyaksikan percakapan istri dan anaknya itu, tatapannya semakin mengental dengan linangan air mata yang menggenang sejak tadi sebagai tanda ketidak berdayaannya,

Bagaimana tidak, Hairul yang sudah tidak lagi bekerja sejak 31 Maret 2020 yang lalu, dampak pandemi yang meluas membuat ia terpaksa kehilangan pekerjaannya sebagai pekerja biasa,

Tempat bekerjanya ditutup dan ia diberhentikan, selama ini ia belum menemukan pekerjaan karna semua serba sulit dengan pembatasan pembatasan.dalam hati Hairul ia bergumam,

"ramadhan yang berbeda, begitu berbeda ditahun ini,ditengah wabah yang menghantui, didalam sejuta ketakutan, di selaksa kekhawatiran dan disekian banyak cerita duka dan kesedihan, semoga Allah menjaga puasa kami tahun ini, dan semoga juga diberikan kesabaran atas semua yang kami hadapi",

Begitulah benaknya bicara.

Tak lama waktu berselang, dari mushola di seberang dusun, suara beduk terdengar ditelinga, suara itu menyelip disela rintik hujan yang belum berhenti, lalu Nana berujar

"sudah masuk waktu sholat subuh, mari kita sholat",

Kemudian mereka bertiga bersiap siap untuk wudhu Sampai akhirnya mereka sholat subuh berjamaah. sedangkan kisah duka mereka tak terdengar oleh siapapun ,

Kesedihan keluarga kecil ini, di tempat kecil ini, disebuah lorong sempit ini telah larut bersama suara air hujan yang mulai deras lagi setelah tadi hanya tinggal rintiknya.

Merekalah sebuah keluarga yang ketabahannya sedang diuji, lara kepedihan mereka yang mengendap dalam relung batin itu niscaya akan pupus dengan sebuah ke ikhlasan.

=selesai=