Cerpen Hujan Bulan Juni yang Terdiam
Cerpen hujan bulan juni yang terdiam adalah cerita pendek tentang suami yang berubah posesif setelah di phk dari pekerjaan.
Jadi cerita cerpen singkat ini bukan cerpen hujan bulan juni Sapardi Djoko Damono, tetapi hujan bulan Juni menceritakan tentang suami cemburuan, kejam dan selalu berpikir negatif pada istri setelah jadi pengangguran.
Dan hujan bulan yang terdiam menjadi saksi penyesalan suami saat nyawa istri melayang dari kejamnya suami yang di PHK.
Untuk lebih jelasnya cerpen tentang hujan bulan Juni yang terdiam disimak saja berikut ini menceritakan tentang suami kejam dan ringan tangan setelah menganggur.
Hujan Bulan Juni yang TerdiamAuthor: Nurul Astuti
Bulan Juni ini terasa beda. Juni yang masih dikunjungi oleh hujan deras. Bertandang saat malam.
Ketika Mario bersama istrinya yang bernama Dita menikmati candle light dinner di rumah. Terasa romantis. Mario telah menyiapkan semuanya, sebuah meja makan kecil dengan dua batang lilin menyala serta setangkai mawar merah.
Hidangan malam tersaji berupa orange squash, ayam panggang bumbu berbeque serta cake es krim vanila.
Setelah menyantap itu semua, Dita mengalami kejang-kejang, sesak napas dan akhirnya terkulai di bawah meja.
***
Mario tidak menyangka perusahaan tempat dia bekerja selama sepuluh tahun dengan mudah memecat dirinya.
Pria itu menduga ada persaingan kerja yang tidak sehat yang mengakibatkan dirinya terdepak. Namun Mario tidak dapat menunjukkan bukti kecurangan tersebut.
Dan akhirnya dia tetap dikeluarkan dari tempat kerja. Selanjutnya hidup Mario penuh kejenuhan di rumah. Laki-laki itu melampiaskan kekecewaan dengan menenggak bergelas-gelas minuman ker^s.
Dalam pandangan Mario, Dita semakin cantik saja. Mario menduga sang istri sudah tidak membutuhkan dirinya lagi sebagai orang pengangguran. Dan Dita menggunakan kecantikannya untuk mencari pria lain sebagai pengganti dirinya.
"Mas, kamu ngawur. Aku bukan wanita sehina itu. Walau kamu sekarang tidak kerja aku tetap menghargai kamu sebagai suami. Aku dandan seperti ini karena tuntutan pekerjaan sebagai karyawan Bank!" ucap Dita kesal membela diri.
"Awas kalau kau sampai berselingkuh, aku tega membunuh kalian berdua!" bentak Mario.
"Kurangi mabukmu!"
Dita langsung meninggalkan Mario.
Wanita itu segera berangkat kerja. Dia merasa ngeri mendengar ucapan suaminya.
Kini setiap pagi Mario selalu gelisah. Aroma parfum anggrek yang dipakai Dita membuat kepala Mario pusing.
Di kepala laki-laki itu terbayang pimpinan Dita yang sudah tua tapi berpangkat tinggi selalu memberi Dita uang dengan imbalan Dita mau melayani keinginan si bos.
"Kau pasti memakai parfum yang sangat mahal," tanya Mario menyelidiki.
"O iya pasti itu. Aku tidak suka dengan parfum yang murahan. Lebih baik parfum mahal tapi memberi aroma yang tahan lama dan berkelas," balas Dita sambil terus berdandan di depan cermin.
"Siapa yang membelikannya?"
"Gajiku sendiri, tahu!" balas Dita dengan jengkel.
Tiba-tiba tangan Mario mencengkram tangan Dita. Wanita itu terkejut dan menatap wajah Mario dengan tajam.
"Apa-apaan sih kamu, Mas!"
Dita memberontak berusaha melepaskan cengkraman suaminya.
"Jangan coba-coba berselingkuh di kantormu!" bentak Mario dengan suara mengancam.
Dita merasa suaminya bersikap aneh sejak di-PHK. Wanita itu akhirnya mengeluarkan beban perasaanya kepada teman kantor yang dapat dipercaya.
"Mbak, sepertinya rasa cemburu suami Mbak Dita sudah berlebihan. Bisa jadi karena kecewa di-PHK kemudian merasa minder dengan Mbak Dita," jelas salah seorang teman.
Pada suatu sore sepulang kerja Dita menemui seorang teman lama. Laki-laki yang dikenal oleh dirinya juga Mario.
Kepada laki-laki yang bernama Janu itu, Dita menyampaikan permasalahan yang sedang melanda. Janu mendengarkan dengan rasa simpati.
Di luar hujan masih menderas. Juni yang basah selalu membawa kisah. Saat tangan Dita membuka pintu ruang depan, mata perempuan itu membeliak. Mario sudah berdiri di depannya dengan wajah garang.
"Mengapa sampai malam baru pulang!" teriak Mario.
"Aku lembur, Mas," jawab Dita dengan suara pelan karena lelah.
Seketika tangan Mario menarik tas milik Dita. Dibaliknya tas itu hingga keluar semua isi tas. Termasuk handphone Dita.
Benda itu yang disasar oleh Mario. Tangan Mario segera meraih handphone milik Dita. Dan pada detik tertentu, mata Mario seperti menemukan sesuatu.
"Ooo kau menghubungi Janu rupanya. Terus kau bilang lembur kerjaan kantor. Kalian berselingkuh di hotel mana haaah!"
Sebuah tamparan mendarat di wajah Dita. Perempuan yang badannya sedikit basah karena air hujan itu hampir terjatuh.
"Teganya kamu menuduh aku berselingkuh. Janu sahabat kita, Mas."
Suara Dita bergetar. Air matanya mulai menggenang di kedua mata.
****
Pagi menyapa dengan suram. Sisa air hujan semalam membasahi teras rumah. Dita bergegas keluar. Mario berteriak dari dalam rumah.
"Heeehh istri macam apa kau pergi tidak pamit suami!"
"Sepulang kerja aku tidak pulang ke rumah ini lagi. Jangan cari aku!" balas Dita kemudian pergi.
Tiba-tiba perasaan Mario menjadi kalut. Ada rasa takut mendera. Laki-laki itu tidak mau kehilangan Dita.
Mario berdiri kemudian mondar-mandir di ruang tengah. Ucapan Dita tadi sungguh membuat laki-laki itu resah.
Mario segera membuka lemari. Diambilnya botol minuman ker^s Satu tenggakan bisa membuat dia tenang.
Di rumah seorang teman, membuat Dita sedikit tenang. Di rumah itu Dita menginap sementara. Lagi pula Dita mulai takut dengan perilaku Mario yang ringan tangan.
"Sepertinya suami Mbak Dita sudah tidak wajar lagi. Cemburu yang tidak beralasan. Bahkan sampai melakukan kekerasan. Sebaiknya diperiksa ke dokter jiwa."
Dita terperanjat mendengar nasehat dari temannya. Apakah suamiku sudah separah itu hingga harus dibawa ke dokter ahli jiwa, batin Dita.
Di rumah Mario bingung. Hingga tengah malam Dita tidak juga pulang. Perasaan membaur di hatinya. Rasa takut juga marah.
Laki-laki itu melacak ke semua teman Dita. Akhirnya Mario dapat informasi tentang keberadaan Dita.
Di hari Sabtu sore Mario menjemput Dita. Semula Dita tidak mau, tapi akhirnya rayuan Mario membuat Dita luluh.
"Maafkan aku, Sayang, Aku janji tidak akan mengulangi lagi. Mulai besok aku akan mencari pekerjaan. Apa pun itu yang penting halal," ucap Mario meyakinkan.
Cuaca panas di siang hari membuat malam turun hujan. Malam Minggu dihiasi derai hujan. Mario menunjukkan sikap yang manis kepada Dita.
"Lihat Sayang, aku sudah menyiapkan candle light dinner untuk kita berdua," ujar Mario sambil menarik tangan istrinya.
Dita merasa terharu dengan kejutan yang dibuat Mario. Wanita itu merasa senang dan yakin suaminya akan berubah.
Api lilin menari-nari di atas meja. Menyemburatkan warna temaram. Tiba saatnya Dita menyantap dessert berupa cake es krim vanila.
Potongan brownies coklat dengan topping es krim vanila. Ketika cake itu masuk ke mulut mungil Dita, krim vanilanya menyangkut di ujung bibir. Lidah Dita berusaha menjilatnya.
Mario memandang lekat wajah Dita. Pantulan cahaya lilin menampakkan jelas wajah istrinya. Wajah yang tercekat. Mata Dita membelalak. Dada perempuan itu naik tururn berusaha untuk bernapas. Tubuh Dita mengejang dan akhirnya tumbang.
Handphone Dita berdering. Mario mengambil dan menerima sebuah panggilan. Tertera nama di layar, Janu Haryanto.
"Halo Dita," suara dari sana.
"Aku Mario, ada apa?"
"Wah kebetulan kamu Mario. Kemarin Dita menemui aku minta tolong carikan pekerjaan untuk kamu Mar. Alhamdulillah ada lowongan untuk kamu. Besok Senin segera datang ke alamat yang sudah aku kirim. Mudah-mudahan kamu diterima, rekomendasi dari aku. Halo...halo..Mario." ucap Janu dari ujung telepon di sana.
Mario tidak menjawab. Hujan di luar masih menderas. Hujan Bulan Juni yang terdiam mengiringi nyawa Dita yang melayang.(*)