Cerpen Islami: Cinta yang Tak Sampai
Cerpen islami cinta tak sampai adalah kisah cinta yang menyentuh hati dan mengharukan tentang cinta yang tak sampai, cerpen percintaan islami ini mengisahkan tentang seorang muslimah dan ustad tauladan di desa bambu jati.
Bagaimana kisah cerita dalam cerita pendek cinta islami yang mengharukan dipublikasikan blog fiksi.
Untuk lebih jelasnya cerpen cinta islami yang mengharukan. selengkapnya disimak saja cerpen cinta islam dalam cerita pendek "Sosok Tauladan Bambu Jati" dibawah ini.
Sosok Tauladan Bambu JatiAutor: Muhammad Sugianto
Senja hari malu menampakan jingga. Sang awan mengumpal warna kehitaman. Gremicik hujan membasih jalan.
Di desa bambu jati sore ini suasananya sangatlah sepi, hanya ada seorang pemuda tampan yang sedang khusyu menjalan ibadah shalat ashar di musholah 'nur hikmah'.
Seorang gadis cantik seusai dari kampus ia berencana akan kerumah zahra untuk meminjam beberapa buku tentang nasehat-nasehat agama. Rumahnya kebetulan dekat dengan musholah 'nur hikmah'.
Zahra juga baru saja pulang mengajar anak-anak mengaji. Ia sedang duduk di depan teras rumahnya untuk menunggu salwa.
"asalamualaikum" ucap salwa baru sampai
"walaikum'salam,,,"
Salwa tersenyum manis pada zahra. Ia melepit payungnya dan bersalaman cipika-cipiki dengan zahra.
"ayo masuk sal" ucap zahra menyuruhnya masuk kedalam rumah.
"di sini saja ra, sambil menikmati hujan"
"kamu ini dari kecil sampai sekarang masih saja suka memandangi hujan, ya sudah tunggu sebentar ya sal"
Zahra masuk kedalam untuk mengyiapkan teh hangat di dapur. Salwa duduk di teras rumah zahra, ia sedang memandangi musholah 'nur hikmah' yang hanya bersebrangan jalan dengan rumah zahra.
Salwa melihat pemuda yang sedang shalat ashar di sana dan ia langsung tersenyum dalam lamunanya ketika melihat pemuda itu.
"hayo,,, lagi ngelamunin apa?,,, tidak baik seorang gadis melamun,,," ucap zahra sambil meletakan teh hangatnya di meja.
Salwa sedikit terkejut "aku sedang memandangi musholah itu, ustad umar mulia sekali ya, masih muda tapi sudah bisa membangun mushalah seindah itu"
"iya, sifat ketulusannya sangat luar biasa, ia mempunyai ketulusan selembut kain sutra, silakan di minum tehnya sal" ucap zahra.
Salwa tersenyum, perlahan ia meminum teh hangatnya " aku jadi teringat tentang sikap rendah hatinya yang luar biasa, seperti padi yang kian berisi kian merunduk "
"ya, hampir semua orang di kampung ini menyukai ustad umar karena ia dapat dipercaya dan selalu menepati janjinya, padahal kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya, tapi tidak untuk ustad umar, ya allah,,, aku lupa, sebentar aku ambil bukunya dulu ya sal" ucap zahra bergegas pergi ke kamarnya untuk mengambil beberapa bukunya.
Pemuda tampan di dalam mushalah 'nur hikmah' sudah selesai shalat dan langsung keluar mushalah. Ketika hendak jalan ia melihat salwa sedang duduk di teras depan rumah zahra, pemuda itu tersenyum padanya. Salawa membalas senyumnya kemudian ia menundukan kepalanya karena malu.
Zahra seusai mengambil beberapa buku tentang nasehat-nasehat agama, ia merasa heran dengan salwa "ada apa sal? ko senyum-senyum sendiri?"
Salwa masih tersenyum dan menoleh ke zahra "tadi ada ustad umar ra"
"em,,, yang habis ketemu,,," senyum zahra.
"tapi tadi aku lihat wajah ustad umar agak berbeda, wajahnya terlihat sangat bercahaya " ucap salwa heran.
"ustas umar memang seperti itu, selalu memberi aura positif bagi yang memandangnya" ucap zahra tersenyum sambil menatap salwa.
"ih, kamu ini jangan menatap ku seperti itu,,, tapi aku melihatnya sangat berbeda, apa mungkin hanya perasaan aku saja?"
"mungkin itu hanya perasaan kamu saja sal"
Salwa tersenyum pada zahra, ia melihat tumpukan buku milik zahra "bukunya banyak sekali ra?"
"alhamdulillah, aku sudah membacanya semua, sekarang kamu yang baca" ucap zahra tersenyum dan ia berkata lirih pada salwa" biar ustad umar semakin suka sama kamu"
"ah kamu ini, aku ingin membacanya kan untuk diriku biar pintar dalam ilmu agama," ucap salwa.
Dari jauh terlihat ustad ali sedang berjalan. Sepertinya ia habis pulang kerja. Ustad ali ini adalah suami dari zahra, ia juga teman ustad umar "asalamualaikum"
Zahra dan salwa secara bersaman menjawab salam dari ustad ali. "walaikum'salam,,,"
Zahra langsung berdiri dan menghampiri ustad ali kemudian ia memcium tangannya dengan penuh cinta dan ia juga meraih tas kerja ustad ali yang di pegangnya" tumben abi pulangnya agak telat?" ucap zahra ternyum manis.
"ia de, tadi agak macet" jawab ustad ali hendak masuk rumah.
Salwa berdiri dan bersalaman secara adab islam pada ustad ali.
"dari tadi sal?"
"alhamdulillah, sedang menemani zahra saja" jawab salwa tersenyum.
Zahra berbisik lirih pada ustad ali "ia sedang membicarakan ustad umar"
"oh,,, ustad umar sal?" ucap ustad ali meledek salwa "ya sudah saya masuk dulu ya sal" senyum ustad ali.
Salwa dengan sikap agak malu hanya tersenyum dan mengangguk pelan saja. Zahra ikut masuk rumah dan tersenyum pada salwa "aku tinggal sebentar ya sal"
Salwa sambil menunggu zahra, ia membaca-baca buku dari zahra. Tak lama ustad umar datang kembali kemushalah. Salwa melihat ustad umar yang sedang berjalan dan tersenyum padanya, tapi lagi-lagi salwa hanya tersenyum dan menundukan kepalanya.
Zahra memberikan segelas kopi untuk ustad ali yang duduk santai di ruang tengah " gimana bi, apa ustad umar jadi melamar salwa?"
"insya'allah jadi, kemarin abi habis menemani ustad umar membeli perhiasan untuk salwa" jawab ustad ali dan perlahan meminum kopinya.
"benar bi?" ucap zahra senang.
ustad ali mengangguk pelan "tapi jangan beritau salwa dulu, ya sudah abi mau mandi dulu"
"iya bi" senyum zahra.
Zahra keluar, ia heran melihat salwa "ada apa sal, lagi-lagi kamu senyum sendirian"
"tadi aku liat ustad umar kemushalah" ucap salwa tersenyum.
"tumben ustad umar jam segini sudah kemushalah" ucap zahra.
"ra, sudah mau maghrib, aku pamit pulang dulu ya"
"ko buru-buru sal, tidak maghrib di sini saja, hari ini ustad umar yang ngimamin shalat maghrib loh,,," ucap zahra kembali meledeknya.
"zah,ra,,, ya sudah, aku pamit ya ra, salam saja buat ustad ali ya"
"iya, hati-hati ya sal"
"insya'allah,,, asalamaualikum"
"walaikum'salam,,,"
Ketika salwa hendak jalan untuk pulang, ia mendengar suara
"laillahaillallah, laillahaillallah, laillahaillallah"
Suara itu semakin lama semakin jelas. Zahra pun mendengarnya dan ia langsung ke depan jalan bersama salwa.
"Innalillahi Wainalilahi Rojiun,,," ucap zahra dan salwa.
Ustad ali yang sudah selesai mandi, ia keluar rumah berencana menyalahkan lampu mushalah dan ia melihat banyak orang mengantar jenazah "Innalillahi Wainalilahi Rojiun"
Zahra langsung bertanya pada salah satu warga desa "maaf, siapa yang meninggal pak?"
"ustad umar, ia meninggal pas shalat dzuhur tadi"
Zahra langsung terkejut, salwa pun ikut terkejut mendengar jawaban dari salah satu warga desa. Ia sadar bahwa ustad umar tadi baru saja masuk mushalah.
Salwa dengan air mata yang mulai memenuhi pelupuk matanya langsung pergi kemushalah untuk memastikanya, tapi ia tidak melihat ustad umar di dalam mushalah.
Dalam hati salwa mulai bertanya-tanya. Air matanya sudah tak tebendung lagi "berati yang aku liat tadi" ucapnya dalam hati dan ketika ia mulai menyadarinya, ia langsung jatuh pingsang didalam mushalah 'nur hikmah'.
Zahra dan ustad ali langsung berlari menghampiri salwa.
"Astaghfirullahal'Adzim " ucap ustad ali dan zahra
Zahra langsung menghampiri salwa dan memangku kepala salwa.
"oleskan ini di hidungnya" ucap ustad ali memberikan minyak angin ke zahra.
Zahra langsung nengoleskan minyak angin di hidung salwa. Tapi tak lama zahra memberi minyak angin, salwa langsung terbangun dari pingsanya.
"alhamdulillah,,," ucap zahra dan ustad ali.
"ya sudah, abi pergi kepemakam ustad umar dulu?" ucap ustad ali pada zahra.
"ya bi, hati-hati di jalan"
" insya'allah, asalamualaikum"
"walaikum'salam" jawab zahra dan salwa, hanya saja ucapan salwa masih lemas dan lirih.
Salwa perlahan duduk bersandar di dinding mushalah, air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.
Zahra mengusap airmata salwa "sabar ya sal, insya'allah, allah sudah merencanakan sesuatu yang indah untuk kamu"
Salwa menoleh ke arah zahra dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. Zahra langsung memeluk salawa dan berusaha untuk menenangkan hatinya.
* * *
Ustad umar adalah seorang yatim piatu.
Seorang yang sangat baik.
Sifat ketulusannya disukai oleh semua orang.
Ketulusannya bagai selembut kain sutra.
Kecerdasanya dalam berfikir sangat luar biasa.
kerendahan hatinya seperti padi yang kian berisi kian merunduk.
Kesetiannya dalam berkomitmen sangat kuat, tak pernah berkhianat dan rela berkorban.
Lidahnya selalu bicara tentang kebaikan dari pada keburukan dan suka memuji dari pada mengecam.
Kecerian dalam wajahnya memancarkan aura positif untuk semua orang yang melihatnya.
Selalu menikmati hidupnya tidak suka mengeluh.
Kebesaran jiwanya mampu memaafkan orang yang bersalah padanya dan tidak suka membesar-besarkan masalah.
Selalu mencari jalan keluar dari sebuah konflik.
Selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.
Dia ustad umar sosok tauladan desa bambu jati.