Skip to main content

Cerpen tentang virus corona | Sebuah awal perjalanan

Cerpen tentang virus corona adalah cerita pendek yang inspiratif menceritakan tentang kehidupan dan cerita cerpen tentang virus corona di Indonesia yang mengajarkan makna jaga jarak dan mencuci tangan dimasa pandemi ini.

Cerpen tentang pandemi virus corona dengan judul sebuah awal perjalanan, bisa dijadikan referensi untuk menulis cerpen bahasa indonesia tentang virus corona ataupun cerpen tentang teman terjangkit virus corona.

Untuk lebih jelasnya prihal cerita pendek tentang virus corona disimak berikut cerita fiksi yang memuat cerita inspirasi kehidupan tentang covit 19.

Cerpen: SEBUAH AWAL PERJALANAN Autor: Boedi R Budiman

Fajar perlahan membelai wajah-wajah pagi, pijar cahayanya, menyajikan kehangatan yang diam-diam masuk melalui setiap celah. Begitu mesranya dia memeluk dan membelai setiap wajah dan tubuh yang masih terbaring malas dalam buaian mimpi.

Memang sedikit terasa menyilaukan, seberkas cahaya meminta segera membuka mata menikmati kesegaran dan kesejukan semesta.

Sisa-sisa lukisan embun di jendela, kini mulai menguap dan sebentar lagi hilang. Semilir angin memberi nuansa lain pada gigil untuk segera menepikan harapan pagi. Memberi ruang dan waktu, segera sadar malam tlah berlalu, hari telah berganti.

Beranjak pergi meninggalkan kicau burung yang bernyanyi riang di rindang dedaunan. Perjalanan masih jauh dan panjang. Malam sebagai peristirahatan, menyimpan jeda setiap tujuan.

Andre merasa segar pagi ini. Lama dia berdiri di depan jendela menikmati lukisan pagi. Sebuah taman beraneka warna dan corak bunga, menyeret lamunannya pada wajah cantik Andin.

Apakah masih cantik? Atau sudah berubah? Pasti lebih cantik dengan cahaya yang berasal dari saripati kemuliaan seorang ibu. Andin telah melewati fase ketiga kehidupannya. Menjadi anak, Istri meskipun belum terikrar akad, dan sekarang menjadi seorang ibu.

Andre tersenyum sendiri, membayangkan tubuh Andin, seperti apa bentuknya sekarang? Masihkah seksi, slim atau ....

"He he he he"

Andre tak mau membayangkan apa-apa lagi, yang dia tahu, pagi ini dia sangat bahagia, menghirup udara segar kebebasannya dengan sempurna.

***

"Kak Andre, dipanggil Papa, katanya suruh sarapan pagi." suara Melati putri kedua Pak Ahmad membuyarkan seluruh lamunannya.

Andre membalikkan tubuhnya. Tersenyum dan memandang teduh wajah Melati yang entah kapan dia sudah berada di belakangnya. Memperhatikan seluruh gerak-geriknya.

Melati, dia baru duduk di tingkat dua bangku SMP. Wangi dan indahnya masih terpancar sangat indah meskipun masih kuncup bunga.

Semoga Pak Ahmad bisa menjaga dan memberinya pengetahuan yang bijak tentang dunia luar yang begitu banyak problema.

"Terima kasih Melati, tolong sampaikan, saya mandi dulu dan membereskan semua keperluan." jawabnya ramah.

Andre segera merapihkan tempat tidur setelah Melati meninggalkan kamar kakak lelakinya. Andre meminjam kamar itu hanya semalaman, tak mau terus merepotkan keluarga Pak Ahmad.

Sebelum mandi, Andre membereskan seluruh keperluannya untuk menuju tempat kelahiran Ibunya di ujung timur Padjadjaran.

Andre yakin kalau Ayah dan Ibunya ada disana, karena seluruh warisan Ayah sudah dijualnya. Sebagian hasil penjualan, Ayah membangun sebuah rumah dan tiga petak kebun di tanah kelahiran Bu Suci.

Setelah memastikan semuanya beres dan tidak ada lagi yang tertinggal, Andre segera menuju ruang makan.

Pak Ahmad kaget dengan apa yang dilihatnya. Mengapa Andre membawa seluruh perlengkapan dan perbekalannya.

"Lho Ndre knapa di bawa semuanya?"

Tanya Pak Ahmad mencari jawaban rasa penasarannya.

"Andre tak mau lagi merepotkan Bapak dan keluarga." jawabnya singkat.

"Siapa yang merasa direpotkan, tidak ada."

"Terima kasih Pak, tapi Andre ingin setelah bertemu Ayah dan Ibu, Andre ingin segera bekerja di perkebunan."

"Tidak berniat mencari Andin?"

Andre mengernyitkan dahi. Memang ingin dia menemuinya, ingin bertemu dengan anaknya. Tapi sudahlah dia tidak mau tujuannya menjadi hancur.

Biarlah Andin bersama kedua orang tuanya. Biarkan waktu yang menyimpan keinginannya, menguji seluruh cintanya.

Andre tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. Menarik kursi segera duduk menikmati sarapan pagi.

"Beneran kamu tidak mau mencarinya? Karena informasi yang saya dapat, Andin sudah lama tidak tinggal bersama keluarganya."

Andre tersedak mendengar kata-kata Pak Ahmad. Minuman yang baru saja diteguknya harus muncrat kembali. Andre mengambil tisue untuk membersihkan muncratan air yang berada di meja makan. Andre terdiam!

"Andin pergi meninggalkan rumah ketika mau dinikahkan dengan Doni, sampai sekarang keluarganya masih mencari keberadaan Andin." sambung Pak Ahmad.

Andre menghela nafas panjang. Sesekali mengajak akalnya untuk berpikir, menyambung benang merah setiap kejadian. Andre berusaha menebak perihal kepergian Andin.

"Andin aman bersama keluarga saya." jawabnya singkat.

"Kamu tahu darimana?" tanya Pak Ahmad penasaran.

"Sebenarnya Andre hanya menebak. Semoga saja tidak salah. Ibu lewat suratnya memberitakan perihal kelahiran Putranya Andin.

Bagaimana Ibu bisa tahu kalau Andin melahirkan?

Andre sangat mengenal Ibu, meskipun dia merahasiakannya, kadang Andre bisa menebak apa yang dipikirkannya."

Pak Ahmad mangut-manggut. Ada benarnya juga apa yang di katakan Andre. Anak ini sangat cerdas menganalisa sesuatu. Semoga saja benar adanya.

***

Andre berpamitan pada Melati dan Istrinya Pak Ahmad. Tidak pernah berhenti mulutnya berucap terima kasih. Andre segera meninggalkan keluarga Pak Ahmad, ingin rasanya segera sampai tujuan.

Khayalannya menyeruak, seandainya dia memiliki kantung ajaib Doraemon, dia bisa memotong jarak dan waktu untuk bisa segera sampai dengan pintu ajaibnya.

Sepanjang jalan menuju kota Garut, Andre dan Pak Ahmad tak bisa diam. Saling bercerita, mengobrol ngaler ngidul untuk membuang jenuh selama perjalanan.

"Sepi banget ya jalanan? Padahal dulu jalan ini terkenal dengan macetnya." Andre membuka obrolan.

"Ya seperti ini situasi dan kondisi masa pandemi. Orang-orang hanya keluar seperlunya. Hampir 60% kegiatan dilakukan dirumah masing-masing. Entah sampai kapan pandemi ini berlangsung?"

"Sampai perilaku manusia berubah seperti yang diinginkan."

Pak Ahmad kaget mendengar jawaban Andre. Sedikit penasaran dia meminta Andre menjelaskan maksud perkataannya.

"Bisa jelaskan maksud omonganmu?"

"Sebenarnya kebiasaan ini sudah berlangsung lama. Sudah ada sejak dahulu kala. Sejak jaman Nabi kebiasaan mencuci tangan Dia ajarkan dengan berwudhu sebelum shalat.

Di dinding luar kelas selalu tertulis 'Kebersihan sebagian dari iman,' bahkan sebelum Corona datang gerakan 'mencuci tangan' sudah banyak dilakukan dan diinformasikan dengan gencar oleh beberapa Dinas kesehatan terkait dan Produsen pembuat sabun.

Hanya kadang kita menganggapnya sepele. Dan akhirnya Corona bisa melaksanakan kebiasaan yang dulu pernah diingatkan.

Mengenai jaga jarak, bukankah itu juga sudah ada sejak dulu? Saya ambil contoh, Bapak ingat saat bapak pacaran dulu?

Orang tua dulu selalu menjaga jarak karena dianggapnya "tabu" akan merusak nama baik keluarga. Coba lihat cara dan gaya anak muda sekarang, sangat jauh sekali perubahannya.

Dan islam mengajarkan taaruf untuk memilih pasangan, mengenal pasangan dari orang-orang terdekat tanpa harus saling berdekatan.

Ambil contoh aja Andin dan Doni, seandainya mereka melakukan cara pacaran yang sehat, mungkin tidak akan terjadi masalah.

Seperti Aids, dia hadir sebagai cara Tuhan menjaga semesta untuk mengubah perilaku manusia. Agar tidak melakukan hubungan badan dengan bebas. Agar tahu cara batasan sebuah ikatan.

Dan mungkin Corona mengingatkan kembali cara itu. Untuk menjaga jarak dan tidak bebas bersentuhan.

Hidup adalah sebab akibat. Apa yang kita lakukan kemarin, hari ini hasilnya akan muncul dikemudian hari. Saya hanya menjelaskan dalam sudut pandang keilmuan yang saya miliki, ilmu sosial dalam menghadapi pandemi ini.

Menurut WHO untuk bisa menyimpulkan virus ini, setiap orang yang terjangkit harus dicari riwayat interaksi dengan lingkungannya, dia meminta 90 orang untuk bisa mengambil kesimpulan rahasia pandemi.

Artinya satu orang yang terjangkit, cari 90 orang yang pernah bersentuhan dengan pasien tadi.

Corona datang selain sebagai wabah, dia datang sebagai pengingat dan untuk mengubah perilaku kebiasaan kita agar lebih baik.

Seperti kegiatan sekolah, selain untuk memutus penyebaran, Corona memberikan kebiasan apa yang kita biasa lakukan, bukankah sekarang komunikasi secara langsung itu kurang? Mereka lebih sibuk dengan gawainya, hingga lupa siapa yang duduk di sampingnya, di depannya, di belakangnya.

Corona ada untuk membiasakan kita hidup lebih sehat. Membiasakan hidup dengan bersih. Bagaimana merawat tubuh kita, bagaimana merawat jiwa kita.

Dia memang wabah mematikan, tapi dia mengajarkan kita banyak berbagai hal kebaikan. Bagaimana mengubah cara pandang dan perilaku kita sebagai manusia.

Seperti pengangguran, banyak yang melamar pekerjaan yang tidak sesuai dengan ilmu yang didapatnya. Kadang bukan lahan pekerjaan yang tidak ada, tapi kita yang menolak dan takut membuka lapangan kerja sendiri.

Banyak lulusan sarjana, bahkan S2 yang malu dan gengsi menjadi tukang cendol keliling. Tukang bangunan, mereka lebih banyak membuang waktunya menunggu hasil seleksi atas surat lamaran pekerjaannya. Padahal kebutuhan hidup tidak pernah menunggu dia memiliki pekerjaan, melainkan penghasilan.

Corona pasti pergi, setelah tugasnya selesai. Tapi bukan berarti kita tidak memiliki usaha untuk mencegahnya. Seperti kesuksesan, selain usaha keras, doa, kesempatan dan keberuntungan adalah kunci terakhir mencapainya.

Bantulah corona untuk segera menyelesaikan tugasnya. Dengan berperilaku yang baik, yang menciptakan keharmonisan, keselarasan, kedamaian, kenyamanan, untuk demi tercapainya sebuah kemakmuran yang adil dan sejahtera."