Skip to main content

Menyentuh hati!! Melepas kerinduan ibu bersama hujan (gadis hujan part 02)

Melepas kerinduan ibu bersama hujan adalah bagian kedua cerita bersambung menyentuh hati tentang seorang anak yang rindu ibu yang sudah tiada dalam cerbung gadis hujan.

Selengkapnya prihal kisah cerita anak yang menyayat hati yang rindu ibu yang jauh disana disimak saja bagian kedua cerbung gadis hujan, berikut ini.

GADIS HUJAN Part 02Autor: Zikano

Senja mulai merubah warna, hujan mereda, pelangi tak juga muncul. Kinar menekuk muka, mendekap kedua kaki, sambil terus menatap langit. Kinar tak menyadari, Ayahnya telah duduk menyilangkan kaki di sisinya.

"Kinar, kenapa? Anak Ayah, kok, cemberut gitu?" ucap Reza seraya mengacak rambut kinar yang tergerai panjang.

"Kenapa hujan cepat redanya, Yah? Ibu belum pulang," jawab Kinar, tanpa menoleh ke arah Reza.

Reza mendekap putri kecilnya, ada luka yang sengaja dibungkusnya dengan senyuman, meski samar, Reza tidak mau Kinar melihatnya menangis.

"Kinar, sayang Ibu, kan?"

Reza menatap manik hazel yang mulai berkaca.

Kinar mengangguk.

"Kita wudhu, lalu sholat, yuk! Ibu pasti senang dapat kiriman doa dari Kinar," ajak Reza kemudian.

"Kinar, kangen Ibu, Yah. Kinar pengen lihat ibu, kapan Ibu pulang, Yah?"

Selalu dengan pertanyaan yang sama, Kinar bertanya tentang ibunya, dan seperti biasanya, jawaban itu selesai dalam sujud dan doa panjang, tanpa pertemuan, tanpa sapaan.

****

Hari minggu yang cerah, Reza membawa Kinar ke taman kota, bermain ayunan dan perosotan, lalu membeli es krim, mereka duduk di bawah pohon yang rindang sambil berbagi es krim.

"Yah, Kinar mau balon itu!"

Kinar menunjuk balon berbentuk animasi yang dijual seorang perempuan di dekat kolam, di tepi taman.

Reza lantas menggendong Kinar menuju penjual balon itu. Setelah memilih balon yang diinginkan, Reza membayar dengan uang seratus ribuan.

"Maaf Pak, tidak ada kembaliannya," kata penjual balon itu sambil menundukkan wajahnya.

"Ya sudah, kembaliannya buat kamu saja," sahut Reza.

"Tapi, ini kebanyakan, Pak. Harganya hanya 15 ribu," lanjut penjual balon itu, mengulurkan uang itu kembali.

"Gak papa, Tante, uang Ayah masih, kok. Uangnya bisa buat beli balon yang lebih banyak, minggu depan, Kinar, kesini lagi, Kinar mau yang warna ungu."

Kali ini Kinar yang menjawab.

Perempuan itu menatap Kinar dengan matanya yang sayu, wajah gadis kecil itu mengingatkannya pada putri kecilnya, putrinya yang meninggal beberapa tahun lalu.

"Nama kamu siapa, Nak?" tanya penjual balon itu sambil mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh.

"Kinar, Tante," jawab Kinar sambil melebarkan senyum.

"Cantik sekali kamu, Nak. Boleh, Tante, pegang pipi kamu?"

Serta merta Kinar mengangguk, Kinar melihat wanita penjual balon itu menitikkan air mata.

Wanita itu mengusap pipi Kinar, tapi dengan cepat, Kinar memeluk penjual balon itu. Reza hanya memandang, dia tidak mau merusak kebahagiaan putrinya, ya, wajah Kinar yang berubah bahagia saat memeluk penjual balon itu.

Tiba-tiba saja gerimis datang, Kinar melepas pelukannya, lalu memandang langit.

"Horeeee hujan, sebentar lagi Ibu pulang," teriak Kinar sambil melompat kegirangan.

Kinar berlari ke tengah lapangan, sambil terus menatap langit.

"Ibu, aku merindukanmu."

Kinar terus berlarian, sesekali memutarkan tubuhnya, seolah-olah tengah menari di tengah hujan.

Reza menatap putrinya, melepaskan segala sesak yang mencabik-cabik ulu hatinya, hujan semakin deras, sederas air matanya.

Sementara penjual balon itu menjatuhkan dirinya ke tanah basah, Kinar benar-benar mengingatkannya pada putri kecilnya, yang hanyut di sungai beberapa tahun lalu.

Putri kecilnya yang berlarian ditengah hujan, jatuh terpeleset, lalu terbawa arus sungai.

Jika Kinar selalu merindukan hujan datang, maka wanita penjual balon itu selalu benci setiap hujan datang.

Kedua wanita itu dan hujan.

🌧️🌧️🌧️

Namanya Reza... Ingatkah pada seseorang?

Bersambung ke: Hujan maafkan aku