Cerita Rakyat Enrekang - To bu’ Turi Tallang
Cerita Rakyat Enrekang - Tobu’ Turi Tallang. Enrekang yang bisa juga dikenal dengan nama Massenrempulu memiliki berbagai macam cerita rakyat, seperti cerita rakyat gunung nona atau sejarah gunung bambapuang dan lain sebagainya yang belum sepopuler cerita misteri gunung nona Enrekang dan cerita rakyat sulsel lainnya.
Mungkin ada yang bertanya Enrekang itu dimana, Enrekang merupakan nama sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, yang membawahi beberapa kecamatan.
Nah di salah satu daerah di Enrekang memiliki cerita rakyat, cerita rakyat ini di kutip dari onedykorn blogspot com. bagaimana cerita rakyat sulsel ini disimak saja berikut ini.
Cerita Rakyat Enrekang - To bu’ Turi Tallang
Di daerah paling utara kabupaten enrekang terdapat sebuah kampung yang bernama bungin. Di kampung ini melegenda sebuah cerita rakyat, To bu Turi Tallang. Sebuah cerita rakyat yang menceritakan ketika oppuriajeng, putra mahkota dari kerajaan luwu pergi berguru ke hutan Bila. Disana opuriajeng melihat seekor babi hutan berkaki tiga. Lalu babi tersebut berlari kedaerah mese.
Rombongan opuriajeng memburu babi itu, Namun babi tersebut menuju pasaran wilayah perbatasan luwu enrekang. Oppuriajeng terus memburu babi tersebut. Pada saat tiba di panggullungan, oppuriajeng membuat tali dari rotan yang akan digunakan sebagai perlengkapan menangkap Babi
Setelah itu ia memburu ke alah (hutan) kolo lalu ke dante mabu. Di tempat ini ia kehilangan jejak Binatang buruannya. Tidak lama, babi berkaki tiga di temukan di botto mila. Para pengawal dan anjingnya turut berlari membunuh babi itu, namun babi tersebut telah menceburkan diri ke sungai dan hanyut bersama derasnya air sungai tabang.
Kemudian babi naik ke daratan di puang endek. Di tempat ini pun opuriajeng berhasil menebas salah-satu kaki babi sehingga tersisah hanya dua.
Meskipun kaki babi telah ditebas hingga putus. Babi tersebut masih dapat berlari. Opuriajeng juga tidak tinggal diam ia berhasil menebas lagi kaki babi tersebut. Sekarang kaki babi hanya satu.
Setelah itu para pengawal menangkap dan menyembeli babi yang hanya berkaki satu. Babi itu di bawa ke buntu (gunung) tallang, daerah yang banyak ditumbuhi bambu apus. Setibanya di sana, babi akan di masak akan tetapi tidak ada sumber air yang terlihat. Oppuriajeng lalu menancapkan tongkatnya hingga muncullah mata air dari lubang tombak.
Selanjutnya para pengawal bermaksud menebang bambu apus yang akan di gunakan sebagai penusuk daging. Namun pada saat akan di tebang terdengar suara . “iaraka mu ta’bang na’ dakuraka indomu sangampali matariallo malepong bulan”.Pernyataan ini terdengar hingga tiga kali kedua pengawal menyampaikan hal tersebut kepada oppuriajeng. Kemudian, oppuriajeng mencoba menebeng lalu ia mendengar pernyataan yang sama.
Mendengar pernyataan itu, oppuriajeng menyatakan, “lakuba’bangmoko lako anak datuk riluwu” “ia muta’bangna ajanni duangka’ pajiong luan buku ajanto’i jo oluan bukungku” suara yang terdengar dari bambu itu.
Selanjutnya opuriajeng melaksanakan sesuai permintaan dari bambu itu tak lama setelah bambu itu roboh keluarlah gadis cantik dari dalam bambu. Konon, ia bernama to’ bu turi tallang. Oppuriajeng dan gadis itu mulai berbincang-bincang. Lelaki dari tana luwu’ ini milai menanyakan tentang asal usul gadis tersebut.
Katanya ia berasal dari pallial ( daerah kalumpini ) ia adalah putri bungsu puang palli namun ia dilahirkan lebih cepat dari waktunya. Olehnya itu, orang tuanya memasukkan gumpalan darahnya kedalam bambu apus. Bambu itu hanya terbawa air ketika banjir melanda kaum nabi nuh.
Didalam bambu itulah ia tumbuh dewʌsa. Akhirnya, oppuriajeng memperistri to bu’turi tallang. Mereka hidup bahagia dan menetap di salonga. Pada saat to’ buturi tallang hamil tiga bulan, oppuriajeng kembali ketanah luwuk menjenguk orang tuanya, sedang kan istrinya ditinggalkan di salongan bersama dua pengawal dan dua orang anjingnya.
Enam bulan berlalu to’ buturi tallang melahirkan anak pertamanya. Ia diberi nama Sairina. Setelah itu ia menyusul suaminya ke tanah luwuk. Memasuki wilayah passaran, to’buturi tallang meninggalkan putrinya diatas kayu yang di temani busa, pa’ landro, anjingnya sedangkan balibong ikut to’ buturi tallang ke tanah luwuk.
Setibanya di tanah luwuk ia menuju ke saratu ariri ( istana datu’ luwu’ ) dan bertemu dengan suaminya. Oppuriajeng memperhatikan pisik istrinya seperti baru saja bersalin, ia menanyakan kelahiran putrinya. To’ buturi tallang membenarkan bahwa dirinya telah melahirkan seorang anak perempuan. Kini, anak itu masih di passaran.
Mendengar ucapan to’ buturi tallang oppuriajeng mengirim prajuritnya untuk menjemput anaknya . Setelah prajurit datang membawa putrinya, diadakanlah ritual keselamatan. Selanjutnya mereka kembali kesalongan dan hidup menetap disana hingga akhir hayatnya.
Dirywayatkan oleh : siswandy Balla
Demikianlah cerita rakyat enrekang atau cerita rakyat Masenrempulu, To' bu tu ri tallang, semoga cerita rakyat sulsel ini dapat menghibur, yang namanya cerita bisa saja fiksi dan bisa juga kenyataan karena ini dikisahkan pada zaman dahulu kala.