Skip to main content

Cerita Anak: Mengejar Layang Putus

Ingin membaca cerita anak? Setelah beberapa cerita pendek, cerita mini, cerbung dan cerita rakyat kali ini adalah cerita anak anak singkat dengan judul mengerjar layangan putus.

Bagaimana kisah cerita layangan putus dalam cerita untuk anak yang dipublikasikan kali ini, apakah layangan putus bercerita seperti film layang layang putus atau seperti cerita anak lucu sebelum tidur, selengkapnya disimak saja berikut ini

MENGEJAR LAYANGAN PUTUS

Musim kemarau telah tiba, dan tahun ini kemarau lebih terik dan panjang. Terlihat dari tanah yang mulai mengering dan pecah-pecah. Sawah dan ladang mulai kehausan. Menahan sesak dari debu-debu yang berterbangan dalam pusaran angin.

Irigasi mulai tersendat. Aliran sungai mulai menyurut. Petani berebut air dengan ikan-ikan yang mulai menggelepar kehabisan air. Petani sudah mulai membuat rencana lain untuk membuat sawah dan ladang mereka tetap basah.

Berbeda dengan Rizal dan sahabatnya, mereka berempat sangat bahagia menyambutnya. Bagi mereka kemarau adalah waktunya berburu layangan putus. Waktunya bersenang-senang.

Selain itu, Rizal, Agus, Mia dan Udin bisa bebas bermain di lapangan, bermain apa saja. Setelah lelah dan berkeringat, mereka akan berenang di sungai sambil menunggu waktu Ashar karena sungai sudah berubah dangkal.

Setiap hari, mereka melepas penat akibat pandemi, mereka bersama-sama menghabiskan waktu, berlari dengan riang. Saling mengejar, melewati pematang sawah atau jalan setapak berlomba-lomba untuk mendapatkan layangan putus.

Mengejar layangan putus, bagi Rizal dan sahabatnya adalah obat bosan karena terlalu lama berdiam dan belajar di rumah. Maklum kegiatan belajar di sekolah diliburkan akibat wabah virus corona.

Tapi jangan salah, tidak mudah mengejar layangan yang sudah putus, mereka harus berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam selokan dan terjebak dalam lumpur di petakan sawah. Bisa menabrak pohon atau tertabrak kendaraan karena pandangan fokus melihat ke atas langit.

"Aku yang dapat" teriak Agus pada Rizal, sambil tangannya merebut layangan yang sedang di pegang Rizal.

"Aku yang duluan" balas Rizal sedikit membentak.

"Aku" balas Agus.

"Aku" Rizal tidak mau kalah.

Mia dan Udin hanya bisa diam menyaksikan Rizal dan Agus bertengkar berebut layangan. Bila di lihat siapa yang berhal, sebenarnya sih Agus yang berhak mendapatkan layangan itu, Agus yang dahulu mendapatkan benangnya, sedangkan Rizal mendapatkan layangannya, karena Agus menarik benangnya dan layangan itu menghampiri Rizal.

Keadaan semakin panas. Agus dan Rizal hampir berkelahi, tiba-tiba Mia berteriak: "Berhentiiiii," Mia berlari menghampiri Rizal dan Agus, di ikuti Udin dari belakang.

"Kalian bersua tidak malu berkelahi?" bentak Mia, lalu merebut paksa layangan dari tangan Rizal dan menyobeknya.

"Mau jadi jagoan?" Mia kembali bertanya.

"Iya ... kalian ga asyik" timpal Udin sudah berani berbicara.

"Apa harus putus persahabatan kita gara-gara layangan" Mia menambahkan.

"Huuuu ... gara-gara layangan dua ribu aja kalian harus berkelahi, nih kalian beli saja di warung Mang Sadeli" sambung Udin, merogoh sakunya dan memberikan uang lima ribu rupiah pada Agus dan Rizal.

Rizal dan Agus terdiam. Tidak berani mengambil uang yang di sodorkan Udin.

"Gus, Zal, kita adalah sahabat. Harusnya saling bantu, saling memberi..." kata-katanya tersendat, kedua mata Mia mulai berkaca-kaca.

"Bener apa yang dikatakan Mia, layangan putus bisa kita kejar kembali, persahabatan yang putus bisa saling benci." Udin menambahkan.

Rizal dan Agus menunduk, tidak lama mereka pun saling menatap.

"Maafkan aku Gus" sahut Rizal sambil menyodorkan tangan.

"Ya Zal, aku juga" jawab Agus menyambut tangan Rizal.

Mereka berjabat tangan saling memaafkan. Keduanya lalu tersenyum, saling berpelukan kaya teletubbies.

Mia dan Udin tertawa, ikut larut dalam pelukan.

"Ini baru sahabat. Kata Pa Ustad tidak boleh berkelahi dan saling membenci, mau kalian jadi temennya syaiton." ucap Udin memberi nasihat.

Serempak mereka berteriak kompak: "Tidaak ....." kemudian menceburkan tubuh ke sungai. Melepaskan lelah, membuat tubuh lebih sejuk. Sebentar lagi waktu Ashar, mereka sudah bersiap membersihkan hati.

"Kita adalah Sahabat satu hati sampai nanti."

Garut/01/07/2021