Senandung Lagu Kenangan
Senandung Lagu Kenangan
Malam ini, Coklat membuka luka lama.
Tentang Dewa yang kehilangan separuh nafas di tinggalkan sang dewi pergi membawa ayat-ayat cinta miliknya Rossa. Padahal sebelumnya Budi Doremi telah berusaha melukis senja, menaruh mimpi mengikat bunga mawar Rinto Harahap feat The Mercys.
Malam semakin sunyi, rintik hujan yang turun ikut menyamarkan suara serak Iwan Fals tentang denting piano yang mengiringi suara Once; kau boleh acuhkan diriku dan anggapku tak ada ...
I'm fine, its oke! kataku ragu. Asalkan kau bahagia begitu yang ditulis Armada.
Aku benci mengingat saat harus melepasmu pergi, sama seperti cerita Dadali yang bertajuk di saat aku pergi.
Aku berusaha mempertahankan, memanggil-manggil namamu. Ya ... Persis seperti waktu itu, sebelas januari Kang Arman Maulana tak letih memanggil matahariku sebuah rasa pilu Agnes Mo, mengurai rasa antara benci dan rindu Ratih Purwasih.
Sampai hari ini, cinta masih saja memohon dalam hati. Berharap memberi bahagia sekejap saja ketika Ungu mencari jejak senandung rindu Ade Govinda feat Fadli Padi tanpa batas waktu.
Amarahku tak bisa aku kendalikan, bagai roda-roda kehidupan, terus berlari menerobos hujan, bertanya pada langit; salahkah bila aku terlalu mencintaimu? tanya yang sama seperti Ratu pada bulan dan bintang, sebuah syair kenangan milik Bang Haji di bulan April penuh cinta dan kenangan Fiersa Bestari.
Kesadaran memberiku pemahaman, akhirnya aku harus melepasmu dengan ikhlas seperti Lesti pada cintanya Rizky. Berharap dikenang sepanjang hidup ala Naff, hingga bunga terakhir Bebi Romeo di taburkan dalam pusara hati, di atas keabadian kesunyian malam.
Aku pasrah ... di ujung malam ini aku patahkan seluruh keinginan, berbicara pada Tuhan meminta satu keyakinan Dewi Persik bahwa cinta akan menemukan bahagia pada akhirnya.
Senandung lagu kenangan telah berhenti menyuarakan kesedihan. Mataku telah terpejam dan bersiap merajut mimpi baru. Dengan siapa? Hanya Tuhan yang tahu.
rbm-Garut, 23/07/2021