Skip to main content

Cerpen Bangkrut karena durhaka sama Istri

Cerpen bangkrut karena durhakan sama istri adalah kisah cerita mantan suami yang bangkrut karena menyakiti perasaan istri dan memperlakukannya tidak baik, akibat dari durhaka sama istri suami jadi bangkrut.

Kisah cerita tentang azab suami yang bangkrut karena durhaka kepada istri diceritakan dalam "kenapa usahaku bangkrut setelah menikah lagi"

Kenapa Usahaku Bangkrut Setelah Menikah Lagi? Autho: Hendrika Catur Utami

Pagi ini, aku bergegas ke rumah Nina, mantan istriku yang sudah lima bulan ini aku ceraikan, karena aku jatuh cinta lagi pada Rani, cinta pertamaku waktu kelas satu SMA.

Kami dipertemukan lagi pada acara reuni, kebetulan Rani baru saja selesai iddah setelah bercerai dengan suaminya dengan alasan yang aku tidak tahu dan aku tidak bertanya.

Aku tak mengetuk pintu atau mengucapkan salam, menerobos masuk ke dalam rumah baru milik Nina yang mewah.

Nina baru pindah ke rumah barunya seminggu yang lalu. Kini dia tinggal hanya berdua dengan Rizqi, puteri kecil kami yang baru berusia empat tahun.

"Kamu pakai ilmu hitam untuk menghancurkan usahaku, kan? Kalau kamu masih cinta sama aku dan dendam karena aku menceraikan kamu, jangan bermain curang seperti ini. Rumah mewah ini hasil pesugihan juga, kan?"

Aku menuduh, panas hatiku melihat Nina hidup bergelimang harta, padahal dulu waktu aku usir dari rumah, dia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dia dan Rizqi, aku melarangnya untuk membawa apapun, termasuk perhiasan emas warisan dari orang tuanya karena Rani menginginkannya.

Nina yang awalnya hanya jualan masakan di meja yang diletakkan di depan rumah kontrakannya, kini sudah punya rumah makan besar.

Perkembangan usahanya sangat pesat. Tak masuk akal, mungkin Nina memelihara banyak tuyul.

Nina yang sedang menyuapi Rizqi sarapan, menatapku tak suka.

"Tolong punya adab sedikit. Keluar dari rumahku, kita bicara di luar."

Nina mengusirku, menyuruh aku keluar, aku semakin marah.

"Kenapa? Kamu takut aku mengobrak-abrik tempat pesugihanmu?" Aku berkacak pinggang.

"Aku ini perempuan tanpa suami, haram bagiku memasukkan laki-laki asing ke rumah tanpa ada mahramku di sini."

Nina keluar, menuju teras, terpaksa aku mengikutinya.

"Ilmu hitam apa yang kamu pakai untuk menghancurkan usahaku?" tanyaku lagi, masih menuduh.

Hatiku semakin panas saat melihat mobil mewah yang terparkir di garasi.

Sementara aku, kemarin baru saja menjual mobil untuk membayar utang-utangku yang sudah jatuh tempo, itu pun masih kurang, jadi aku berencana menjual rumah yang sekarang aku tempati dengan Rani.

Mungkin nanti terpaksa aku harus mengontrak rumah untuk kami tinggal.

"Hati kamu sudah hitam dan mengeras, itu sudah cukup untuk membuat usahamu bangkrut, tak perlu ilmu hitam. Kamu tak bertanggung jawab pada anakmu dengan tidak pernah memberinya nafkah, itu bisa jadi penutup peluang usahamu. Kamu menyia-nyiakan bahkan mengusir serta menyakiti aku, padahal bisa jadi usahamu maju karena rizki aku yang terbuka melalui usahamu itu. Kamu mengusirku, itu artinya kamu mengusir rizki kamu sendiri."

Nina membela diri. Mungkin juga kata-kata Nina ada benarnya. Bisa jadi, Nina adalah solusi dari semua masalah keuangan yang sedang pusing aku hadapi saat ini.

"Nina, mau kah kamu menikah lagi denganku?"

Nada suaraku melunak, aku tahu pasti Nina tidak akan menolak, aku yakin dia masih sangat mencintaiku.