Skip to main content

Cerpen: Ibu dan Bapakku hebat

Ibu dan bapakku hebat adalah cerita pendek prihal kehidupan keluarga sederhana menceritakan tentang ibu yang hebat dan perjuangan ayah mengangkat perekonomian keluarga walaupun harus jauh diperantauan.

Nah jika ingin membuat cerita tentang ibu pahlawanku dan inspirasiku, cerita tentang ibu yang hebat dan ayah pejuang keluarga dalam cerpen ibu dan bapaku hebat bisa dijadikan sebagai referensi menulis.

Dan berikut ini adalah cerita lengkap cerpen tentang ibu dan bapakku hebat yang ditlulis oleh Triwahyuni.

cerpen: Ibu dan Bapakku hebat Autor: Triwahyuni Triwahyuni

Terinspirasi dari kisah nyata dan dikasih micin sedikit biar makin sedep.

" Asalamualaikum " salamku ketika Aku pulang dari sekolah, seperti biasa ibu pasti tidak di rumah karena dari tadi tidak ada jawaban.

Namaku fitri umurku baru menginjak 12 tahun waktu itu. Aku pun langsung masuk ke dalam rumah karena perut sudah terasa sangat lapar.

" Fit sudah pulang, ibu mu pergi ke kebun, tadi titip pesan kalo kamu pulang takut nyariin " teriak Bi Inem tetangga samping rumah.

Aku pun langsung menuju meja makan membuka tudung saji hanya ada nasi namun tidak ada lauk, makan pakai apa sekarang perutku sudah lapar sekali pagi tadi tidak sarapan karena memang ibu belum masak dan disekolah tidak jajan karena tidak dikasih uang jajan.

Huuff Aku pun menghela nafas dan menuju ke dapur di tempat bumbu ku lihat ada 6 butir bawang merah dan ada sedikit minyak. Aku pun langsung menyalakan tungku karena tidak punya kompor. Berulang kali Aku coba tapi tidak menyala, hampir menyerah tapi lapar ini terus menyerang Aku pun berusaha keras agar menyala.

Akhirnya bawang goreng jadi juga, Aku pun mengambil cukup banyak Nasi lalu mencampurkan bawang tadi dan tak lupa kasih garam. Alhamdulillah perutku sudah kenyang.

" Ibu sudah makan apa belum yaa " batinku.

Ibuku seorang wanita yang hebat mengurusku dan kedua adiku pasti sangat lelah ditambah lagi ibu harus mencari nafkah untuk makan sehari - hari. Bapakku masih ada beliau merantau dikota sebrang namun uang yang dikirim Bapak untuk membayar hutang ibu, jadi untuk makan kami seadanya.

Terdengar tawa kedua adikku disamping rumah Aku pun langsung keluar, kulihat wajah lelah ibuku namun berusaha tetap tersenyum dihadapan kami anak - anaknya.

" Ibu udah pulang " tanyaku.

" Udah, kamu sudah makan, ibu belum sempat masak harus pergi ke kebun tadi ngambil kayu bakar buat dijual, kalo kamu sudah ngga capek tolong jaga adik - adik ya ibu mau ke kebun lagi " ucapnya.

Aku pun menuruti apa kata ibu, hari pun berganti bulan kehidupan kami masih sama seperti dulu, makan nasi dan garam sudah biasa, paling kalau bapak baru mengirim uang kami bisa makan enak.

Di tahun kedua Bapak merantau kehidupan kami sudah sedikit berubah makan sudah tidak lagi dengan garam dan bawang goreng, ditahun ke tiga kami sudah bisa membeli televisi betapa senangnya adik - adikku waktu itu, melihat tv tidak lagi dirumah tetangga.

Di tahun ke 9 bapak merantau kami bisa membangun rumah dan hutang bapak dan ibu juga sudah lunas, Aku dan Adikku Fira pun sudah bekerja jadi bisa membantu sedikit keuangan Ibu. Di tahun ke 10 ayah memutuskan untuk berhenti bekerja dan kami anak - anak pun sangat senang melihat ibu dan bapak bersatu lagi tanpa dipisahkan jarak.

Alhamdulillah kehidupan kami sekarang sudah sangat bahagia semoga selalu seperti ini, tidak seperti dulu ibu yang setiap hari harus ke kebun. Aku bangga punya ibu dan Bapak seperti kalian.

TAMAT