Skip to main content

Cerpen: Tetangga Tukang Pinjam

Cerpen tetangga tukang pinjam adalah cerita pendek tentang tetangga suka pinjam barang tapi tidak tahu adab meminjam barang yang seharusnya jika meminjam barang seseorang harus dikembalikan dalam keadaan baik seperti semula.

Kisah cerita yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari ibu-ibu yang bertetangga, salah satu tetangga tidak taudiri dan aturan meminjam barang orang lain, selengkapnya disimak dibawah ini.

Cerpen: Tetangga Tukang Pinjam Autor: Azalia Alzava

Tok, Tok, Tok!

"Mbak Mela, buka pintunya dong!"

Terdengar suara seseorang dari luar.

Dengan malas akupun berjalan keluar membuka pintu, aku sempat melirik jam dinding, masih pukul 09 pagi. Kira - kira siapa yang datang sepagi ini.

Akupun membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Ternyata itu mbak Dian, tetangga samping rumah.

"Eh mbak Dian, ada apa yah mbak?" Tanyaku basa basi.

"Aku mau pinjam Jilbab kamu dong!" Ucap mbak Dian sambil ngeloyor masuk, padahal aku belum persilahkan masuk.

"Jilbab yang mana mbak?" Jawabku datar

"Yang warna merah marun itu loh, yang waktu itu kamu pake ke acara nikahannya Sisil!" Jawab mbak Dian sambil mencari - cari Jilbab yang dia maksud.

Aku tinggal di kontrakan.

Setelah masuk ke dalam rumah, Gantungan Jilbabku berjejeran di ruang tamu. Karena kontrakanku memang agak sempit, jadi semua koleksi Tas, Jilbab, Sendal dan Sepatu semua tergantung di ruang tamu, karena dikamar sudah tidak muat lagi.

Mbak Dian memang slalu meminjam barang - barangku, mulai dari baju, jilbab, tas, bahkan alat make up ku sekalipun dia pinjam.

"Gimana mbak? Sudah ketemu belum?" Tanyaku kesal.

"Kok nggak ada yah? Selain disini, Jilbabmu kamu simpan dimana?"

"Yah cuma disini aja mbak!"

"Tapi kok ngga ada sih? Mbak Mela pasti sembunyiin yah biar aku ngga bisa pinjam?" Ucapnya menuduh aambil matanya terus mencari kesana kesini.

"Yah nggaklah mbak, aku mana tau kalau mbak mau pinjam itu!" Jawabku sambil berlalu meninggalkannya.

Setelah balik lagi, aku liat Mbak Dian lagi duduk manis sambil makan cemilan di toples. Karena anak - anak dan suamiku doyan ngemil, makanya aku slalu stok bermacam cemilan di ruang tamu.

"Jadi gimana mbak? Mbak mau pinjam yang mana?"

"Aku mau yang merah marun itu loh Mel!" ucapnya sambil menyeruput teh kotak ke mulutnya.

"Kalau nggak ada disitu, berarti bukan punya aku mbak. Mungkin itu punya adek aku!"

Aku dan adekku memang sering tukar pakai barang, karena tinggi dan body kami sama.

"Yah udah deh, aku pinjam yang ini aja!" Ucapnya sambil menarik gamis syar'i warna warna tosca.

"Mbak balikinnya jangan lama - lama yah, karena itu mau kupake minggu depan!"

"Iya tenang aja, setelah kupakai langsung aku balikin kok!" Jawabnya sambil berlalu pergi.

- - -

5 hari kemudian, akupun kerumah mbak dian yang tepat berada di samping rumahku. Karena lusa Gamisku itu mau aku pake, makanya aku berniat untuk mengambilnya.

Tok, tok, tok!

"Assalamualaikum mbak Dian!"

Ucapku memberi salam sambil mengetuk pintu, Tapi yang dipanggil tak kunjung nongol. Lalu kuintip di jendela, walaupun sebenarnya gak sopan mengintip orang lewat jendela. Ternyata orang yang kupanggil lagi rebahan di depan tv sambil main hp, gak mungkin kalau dia nggak mendengar suaraku.

Kuketuk sekali lagi dengan agak keras, akhirnya aku melihat mbak Dian berjalan dengan malas membukakan pintu untukku...

"Eh mbak Mela, ada apa pagi - pagi sudah bertamu ke rumah orang?" Ucapnya ketus sambil meloyor masuk meninggalkanku di depan pintu.

"Aku mau ambil gamisku yang kemarin mbak pinjam itu!" Ucapku gak kalah ketusnya.

"Ooww gamis yang itu, besok deh aku balikin. Soalnya belum sempat aku cuci!" Jawabnya sambil bermain hp.

"Gak usah di cuci mbak, biar aku yang cuci. Soalnya itu urgent mbak, lusa mau aku pake!"

Mbak Dian pun berlalu masuk ke kamarnya, dia lalu membawa kresek bewarna kuning lalu dilemparkan ke arahku.

"Tuh ambil aja gamisnya, aku sudah tidak butuh!"

Astagafirullah, aku cuma bisa ber-Istighfar sambil mengelus dada, dia yang minjam kok malah dia yang kasar. Akupun langsung meninggalkan rumahnya tanpa mengucapkan apapun.

2 hari kemudian, aku pun siap - siap mau ke acara nikahan tetangga yang beda beberapa blok dari rumahku.

Saat tiba disana, aku memilih tempat duduk yang masih kosong sambil menikmati makananku. Lalu Aku mendengar orang bercerita tepat dibelakangku.

"Mbak Dian, bukannya itu baju mbak Dian yang mbak pake waktu arisan kemarin yah? Kok bisa dipake sama mbak Mela?" Tanya seseorang.

"Iya bener, itu baju mbak Dian, nih liat aja fotonya!" Ucap ibu lainnya kayaknya sambil menunjukkan foto yang ada di ponselnya.

"Iya itu memang bajuku, kemarin dia dateng ke rumah untuk meminjamnya, padahal belum aku cuci, tapi dia maksa!"

Deg, suara itu suara mbak Dian. Bisa - bisanya dia berkata seperti itu, padahal jelas - jelas ini adalah bajuku yang dia pinjam.

Karena aku tidak mau ribut, akupun segera meninggalkan tempat ini. Tapi sebelum pergi, aku menoleh pada ketiga ibu - ibu itu lalu berkata: "maaf yah bu - ibu, ini tuh baju aku yang dipinjam sama mbak Dian. Bener kan mbak Dian?"

Ucapku sambil berlalu meninggalkan mereka.

Tamat