Skip to main content

Cerpen inspirasi pendidikan: Aku anak tukang sampah

Aku anak tukang sampah adalah cerpen inspirasi dan motivasi untuk pendidikan, kisah inspiratif ini dikisahkan tentang seorang anak yang bapaknya bekerja di dinas kebersihan bercita-cita jadi dokter tapi selalu di bully dan dipandang hina teman-temannya.

Bagaimana cerita inspiratif yang memotivasi prihal seorang anak sukses jadi dokter dari seorang anak tukang sampah selengkapnya disimak saja kisah inspiratif tukang sampah sukses jadi dokter dibawah ini.

Aku Anak Tukang SampahAutor: Zikano

Namaku Naufal, semasa Sekolah teman-teman memanggilku Opal. Bapakku seorang tenaga harian lepas pada sebuah instansi kebersihan kota, lebih tepatnya mereka memanggil Bapakku sebagai tukang sampah.

Sewaktu Sekolah Dasar, aku sering sekali mendapat ejekan, ada yang bilang aku bau karena tertular Bapakku yang setiap hari bergelut dengan sampah.

Pernah satu kali aku enggan berangkat sekolah, salah satu temanku yang bernama Rian selalu melakukan bully kepadaku, mengajak teman-teman lain untuk menjauhiku, ingin rasanya menangis, tapi aku laki-laki seperti Bapakku, yang bahkan tidak pernah mengeluh ketika bau sampah menjadi aroma parfum sehari-hari.

Berulang kali Ibu menguatkan aku untuk terus berangkat sekolah, berkali-kali pula Ibu datang ke sekolah untuk menitipkan aku kepada wali kelas agar tidak ada lagi ejekan yang menghampiriku, tapi nyatanya, di belakang mereka, aku tetap saja menerima perlakuan tidak adil dari beberapa temanku.

Suatu hari Ibu pernah bertanya kepadaku, saat sebelum tidur, sambil mengusap kepalaku.

"Pal, apa kamu malu dengan pekerjaan Bapak?" Aku menggeleng, aku memeluk Ibu, merasakan hangat tubuh yang penuh kasih itu.

"Opal gak malu, Bu. Opal sayang Bapak dan Ibu, sayang adik." Tak terasa air mataku ikut mengalir.

"Kamu sekolah yang pintar, Pal. Tugasmu sekarang hanya belajar, jangan dengarkan omongan orang, yang penting pekerjaan Bapakmu halal, dan nyatanya kamu selalu dapat peringkat di kelas, itu tandanya kamu anak yang pintar, Pal."

Ibu selalu menguatkan aku, memberikan semangat baru untuk menghadapi bully di sekolah.

~~~

Menginjak masa Sekolah Menengah Pertama(SMP) terkadang aku masih menerima perlakuan yang sama seperti waktu di Sekolah Dasar, maklumlah, aku masuk sekolah favorit, selain mereka pintar, kebanyakan dari mereka anak orang kaya, meski tidak sesering di Sekolah

Dasar, tapi tidak aku pungkiri, perasaan minder kerap hadir menemani masa 3 tahun aku di Sekolah Menengah Pertama.

~~~

Selama 3 tahun di Sekolah Menengah Atas, setiap pulang sekolah aku membantu Bapak memilah rongsok, sore harinya aku mengajar anak-anak seumuran TK mewarnai dan melukis, hobiku sejak kecil ini ternyata bisa bermanfaat dan menghasilkan rupiah.

Uang hasil mengajar aku tabung, dengan ditambah uang tabungan Bapak, aku bisa masuk ke salah satu Universitas ternama di Yogyakarta, dan yang lebih membahagiakan lagi, aku bisa masuk Fakultas Kedokteran, cita-cita di masa kecil yang sering menjadi bahan tertawaan tetangga dan teman-teman sebaya.

"Ngaca ... Anak tukang sampah kok ingin jadi Dokter."

Kata-kata itu yang selalu melekat dalam otakku, menjadi semangat tersendiri untukku meraih mimpi.

Tahun ini aku wisuda, aku berhasil menjadi seorang Dokter, dari keringat Bapakku mengais sampah, dari sumpah serapah mereka yang membuat semangatku tak pernah tidur, dari doa Ibu di setiap malam yang di dengar Allah.

Semua berawal dari mimpi, dan sebentar lagi, mimpi itu menjadi kenyataan.

Namaku Naufal, aku anak seorang tukang sampah, dan aku bangga, Bapakku seorang tukang sampah.