Skip to main content

Cinta memang indah tapi sangat rumit (fatamorgana cinta part 15)

Cerita cinta itu memang indah tapi sangat rumit, semakin lama hubungan semakin banyak masalah dan cobaan, maka yang bertahan dan berjuang demi cinta adalah mereka yang tulus benar-benar rela berkorban untuk cinta sejati.

Yah begitulah perjalanan cinta, seperti kisah cinta dalam cerbung fatamorgana cinta, jalan ceritanya semakin mengharukan dan menyentuh hati karena cinta yang rumit.

Fatamorgana Cinta Part 15 Author : Ersu Ruang Sunyi

"Helmnya! Gue juga bukan ojeg kali! Nih duit Lo." Farel memberikan uang yang tadi kuberikan padanya. Lalu mengambil helm dari tanganku.

"Satu lagi, ngapain lo nangisin laki-laki pembunuh itu?" Lanjutnya lagi.

"Lo masih saja ya dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah!"

Aku lari ke tengah taman yang memang sangat sepi, karena waktu masih cukup siang , untuk anak remaja pada nongkrong.

Aku duduk di pinggir danau setelah pergi meninggalkan Farel. Airmataku masih tak mampu kubendung, masih saja mengalir tak henti. Aku juga tak mungkin pulang ke rumah dengan keadaan seperti ini.

Suara panggilan masuk di ponsel tak henti-hentinya berdering. Kuambil benda pipih itu. Rizkian. 21 X panggilan tak terjawab, lalu beberapa pesan di wa. Tak ingin kumembaca isi wa nya. Kumatikan gawaiku.

Dada terasa sesak. Di sana dengan jarak yang kurang dari 50 meter ada muda mudi yang sedang mengobrol, aku menahan Isak tangisku Tetapi bukannya plong, malah semakin terasa sesak.

"Nih pakai aja helmnya."

Farel bagai jelangkung tiba-tiba ada di sampingku.

"Sudah, kalau mau menangis, menangis aja yang kencang. Biar semuanya plong. Biar gak malu di lihat orang nih pakai helmnya."

Farel memasangkan helm yang tadi kupakai di kepalaku.

"Menangis aja lagi, aku gak denger kok," lanjutnya lagi sambil duduk di sampingku.

Ada yang aneh dengan Farel. Setelah sekian lama tidak jumpa, sikapnya kenapa terlihat baik. Ah, dulu pun terlihat baik tapi nyatanya brengsek. Mungkin aja kali ini pun Farel punya rencana busuk seperti dulu.

Helm yang kupakai sepertinya memang iya membuatku bisa menangis tanpa rasa malu. Hari makin petang, pinggir danau pun mulai rame oleh orang-orang yang main. Dan Farel, masih saja duduk di dekatku.

"Eh Mas, kenapa pacarnya menangis? Jangan menyakiti perempuan dong kasian."

Seorang ibu yang tengah mengajak main anaknya menegur Farel.

"A-anu Bu, dia itu menangi ...."

"Oh pasti kamu hamilin kan?" potong ibu tersebut.

"Enggak Bu, duh kok jadi runyam begini sih," gerutu Farel.

"Kalau sudah positif hamil mending di nikahi aja mas," lanjut ibu tersebut sambil berlalu.

Fatamorgana Cinta Part 14

"Gila itu ibu-ibu masa ngira gue hamilin anak orang!"

Aku melirik ke arah Farel yang terlihat kesal. Tatapan kami saling terpaut. Kenapa dia melihatku seperti itu?.

"Terimakasih ya." Aku berkata hanya untuk sekedar basa basi.

Farel diam tak menjawab.

Hening, hanya suara anak-anak yang berlarian di dekat danau.

"Maafkan gue yang dulu ya." Kali ini Farel berkata dengan nada yang parau.

Aku menatapnya.

"Maksudnya?"

Laki-laki itu melempar jauh pandangannya.

"Bukan apa-apa, gue balik ya," ucapnya sambil berdiri dari duduknya.

Kutatap punggungnya hingga benar-benar tak kulihat lagi. Ada yang berbeda dari sikapnya Farel. Apa dia sudah berubah? Entahlah.

***

"Embun, besok aku terima melukis Brian dan tunangannya itu."

Kak Arga menyeruput kopi dengan santai.

Aku menatap ekspresi itu. Ada keraguan kulihat.

"Yakin?" tanyaku.

"Iya yakin. Oh iya kamu sama Rizkian kenapa?" bertanya balik penuh selidik.

"Gak apa-apa kak, sepertinya aku memang harus mengakhiri semuanya."

Aku menyenderkan kepalaku di pundak Abangku yang terkadang galak itu.

"Kenapa menyerah begitu mudah?"

Ia menatapku tajam, seolah memberiku kekuatan untuk tidak menyerah begitu saja.

"Hubungan kalian yang berjalan bertahun-tahun apa akan kandas sebagai tamu di undang resepsi masing-masing?" lanjutnya lagi.

"Ah, kak Arga, gak tahu apa ademu ini lagi sedih? Malah di kasih kata-kata mutiara yang menyakitkan."

Aku yang bagai anak kecil jika di dekat kak Arga, tak kupedulikan aku menangis seperti ini juga.

"Rizkian tadi menelponku, dia bilang minta maaf, dan dia benar-benar mencintaimu.''

"Tapi ibunya tak merestui, kebahagiaan seorang anak adalah restu seorang ibu."

"Mudah, yakinkan ibunya agar kalian mendapatkan restu."

"Tidak semudah ucapanmu kak."

"Besok aku akan pergi ke tempat yang udah di tentukan oleh Brian. Mau ikut?"

Aku rasa lebih baik ikut sekalian mencari tahu tentang Celine.

"Iya boleh kak."

"Ya udah hapus airmatanya, jelek tahu."

Kak Arga mencubit hidungku dan masuk ke kamarnya.

***

Fatamorgana Cinta Part 13

Aku dan kak Arga masuk ke sebuah hotel yang sudah di sebutkan oleh Brian. Terlihat perempuan cantik itu sedang bersandar di Pundak kekasihnya.

Kak Arga menghentikan langkahnya; sejenak.

Lalu ia melangkah kembali dengan menyapa Brian dan Celine.

Keduanya telah memiliki spot untuk mengambil pose di saat di lukis. Semua berjalan lancar sampai aku bertanya tentang sesuatu.

Apakah Celine memiliki kembaran atau tidak, ia sedikit bingung di saat kutanya begitu. Aku pun tak ingin merusak suasana di saat break.

Aku minta ijin ke kak Arga untuk mencari minum dan cemilan.

Keluar dari hotel tersebut menuju minimarket yang ada di sekitar.

"Hai kamu kok di sini?"

"Farel."

"Sama siapa di sini?"

"Bersama kak Arga."

"Oh." Farel celingukan.

"Aku duluan ya," ucapku.

Aku pun berlalu dari hadapan Farel, menuju minimarket. Setelah selesai membeli beberapa minuman dan cemilan. Aku keluar dari minimarket. Tapi tiba-tiba tasku di jambret oleh seseorang hingga barang belanjaan ku jatuh berserak.

"Jambret!" Aku berteriak berharap seseorang akan menghadang jambret tersebut.

Bruuk.

Seseorang menendang jambret tersebut, dan menghajarnya. Aku menatap dari jauh.

Sepertinya aku mengenali orang itu. Aku mengambil belanjaan ku yang berserak.

"Hati-hati di daerah sini rada rawan kejahatan." Farel memberikan tasku.

"Te-terimakasih," ucapku, sambil segera pergi. Tapi Farel mengikutiku dari belakang.

Aku yang menyadari hal itu pun segera mempercepat langkahku. Masuk kembali ke hotel dan berjalan dengan cepat.

Bruk.

Fatamorgana Cinta Part 12

Aku tak menyadari jika lantai yang kuinjak sangat licin karena baru selesai di pel. Tubuhku yang terjatuh tidak benar-benar jatuh karena tertahan oleh tangan seseorang.

"Farel!" pekikku sambil melepaskan tangannya dari tubuhku.

"Maaf pak, saya yang salah tidak memberi tahukan Nona ini jika lantainya licin," sela OB tersebut.

"Iya gak apa-apa, lain kali kamu kalau mengepel lantai harus bener meras airnya." Farel menatapku.

"Kamu itu kenapa ngikutin aku terus sih?"

"Siapa yang ngikutin?"

"Kamu!" hardikku kesal.

"Pagi pak."

"Iya pagi."

Kenapa orang-orang di sini hormat banget sama Farel, siapa sih dia?.

"Oh iya kata kamu, kamu sama Abang kamu ke sininya, terus kenapa beli minuman dari mini market? Di sini juga di sediakan kali."

Aku mengerlingkan kedua alisku mencerna ucapan Farel. Sudahlah, aku tak perduli dengan jelangkung yang satu ini.

***

Kak Arga melukis Celine dan Brian dengan posisi Brian yang menatap Celine sambil menyibak rambutnya yang terurai. Tangan kak Arga sepertinya gemeteran. Apa mungkin ini hanya perasaanku saja.

Break makan siang, kami pun makan bersama. Sesekali kupancing Celine dan bertanya dimana tempat asalnya.

Brian memanggil seseorang, dan orang itu pun menghampiri.

Farel.

Ngapain juga Brian memanggil Farel? Apa mereka saling mengenal? Setelah Farel pun duduk di hadapanku, dan mendengar obrolannya dengan Brian ternyata Farel adalah pemilik hotel tersebut, pewaris tunggal.

Pantas saja semua orang begitu menghormati Farel.

Setelah selesai makan siang dan kak Arga melanjutkan melukis pasangan kekasih tersebut aku bertanya sesuatu kepada Farel.

Fatamorgana Cinta Part 11

Apa Celine itu Maria atau bukan, tetapi Farel pun tidak tahu apakah itu Maria atau bukan. Tapi Farel juga bilang ia sempat mengira jika Celine itu adalah Maria.

Farel melihat proses kak Arga melukis.

Ia duduk di dekatku, sesekali melirik ke arahku.

"Apa kamu masih pacaran sama di brengsek itu?" tanyanya mengejutkan ku.

"Maksudnya?"

"Si Rizkian."

Aku mengangguk.

"Kenapa mau pacaran sama laki-laki seperti itu?" tanyanya.

"Bukan urusan kamu."

Aku berdiri dan menjauh dari Farel.

"Ok, sudah!" Ucap kak Arga.

Celine dan Brian pun melihat hasil lukisan di kanvas yang belum begitu kering.

Celine yang berjalan lebih dulu, kakinya tersandung sehingga terpeleset. Kak Arga segera menangkap tubuh Celine.

"Kamu tidak apa-apa Maria?" tanya kak Arga.

"Maria?" Celine memengang kepalanya yang nampak kesakitan.

"Sayang kamu tidak apa-apa kan?" tanya Brian.

"Kamu siapa?"

Tanya Maria kepada Brian.

Bersambung ke: Menyesal setelah kehilangan ibu.