Skip to main content

Tetesan air mata kesedihan (fatamorgana cinta part 14)

Pada umumnya tetesan air mata kesedihan adalah saksi jika hati sedang tersakiti, seperti dalam cerita bersambung fatamorgana cinta episode 14 yang berisi cerita sedih tentang cinta tak direstui.

Bagaimana kisah cinta sedih dalam cerbung tentang cinta anak kuliahan, selengkapnya disimak saja airmata jatuh karena kesedihan cinta, dibawah ini.

Fatamorgana Cinta Part 14 Author : Ersu Ruang Sunyi

Mataku tertuju kepada sosok perempuan yang mengenakan dress berwarna maroon itu, apa hanya mirip saja dengan Maria? Atau memang itu benar-benar Maria? Jika itu benar Maria bagaimana dengan perasaan kak Arga?

Kak Arga selama ini mati-matian merubah perekonomian keluarga demi bisa meminang Maria, tetapi jika benar itu Maria bagaimana hancurnya perasaan dia.

Brian berjalan semakin dekat dan menggandeng perempuan itu, lalu ia bicara jika ia benar-benar mencintainya. Dan tak ingin kehilangannya.

Terlihat dari sebrang sana kak Arga yang tengah minum jus jeruk menjatuhkan gelas yang di genggamnya.

Tentu semua orang berbalik menatap ke arah kak Arga, suasana yang hening karena memandang seorang kekasih yang menghadiahi kekasihnya lukisan, tetapi sang pelukis yang karyanya di hargai cukup mahal malah menjatuhkan gelas di tangannya tanpa alasan.

"Ma-maaf." Kak Arga segera membersihkan pecahan gelas yang berserak itu.

Aku segera berlari ke arah kak Arga. Lihat, tangannya berdarah. Mungkin kini hatinya lebih berdarah-darah. Rizkian dengan sigap menyuruh beberapa orang untuk membersihkan pecahan gelas tersebut.

"Kak, kenapa kakak ini ceroboh?"

Kak Arga hanya menunduk dengan tangan yang mengepal. Ia tak bisa menyembunyikan kekacauan yang ada di benaknya. Terlihat dengan jelas, ada yang hancur di dalam jiwanya.

"Maaf, itu lukanya harus segera di bersihkan."

Wanita yang memakai dress maroon tersebut menghampiri kami, lalu mengeluarkan botol alk0hol kecil dan sapu tangannya.

Dengan perlahan ia meneteskan alk0hol tersebut ke tangan kak Arga, lalu ia mengikatnya dengan sapu tangan miliknya. Kak Arga menatap, tak berkedip, begitupun denganku dan juga Rizkian.

"Celine sayang. Kamu kini tak lagi takut dengan darah?" tanya Brian, heran.

"Celine?" tanyaku.

"Oh iya kenalkan namaku Celine."

Ia mengajak salaman, dan mengenalkan dirinya.

Tapi dia benar-benar mirip banget dengan Maria, tetapi namanya Celine. Apa mungkin Maria punya kembaran. Aku tak memahaminya.

"Lukanya akan segera kering kalau pakai alk0hol." Celine kembali berkata kepada kak Arga.

Kak Arga hanya mengangguk tak menjawabnya.

"Oh iya, aku sangat suka banget dengan lukisan karyamu," lanjutnya lagi.

Brian menarik tangan Celine karena ia bilang harus segera ke tempat mitting. Setelah beberapa pihak panitia pameran dan pelelangan membawa lukisan ke dalam mobil Brian, kak Arga pergi ke toilet. Ia sangat lama di toilet tak kunjung kembali. Apa dia menangis di toilet?.

"Kamu yakin gak jika itu Maria?"

Aku bertanya kepada Rizkian yang dari tadi melamun.

"Sebenarnya sih benar-benar mirip banget, tapi kan itu namanya Celine, dia juga sama sekali tidak mengenali kita."

***

Fatamorgana Cinta Part 13

Setelah seminggu berlalu dari pameran itu, ada yang masuk ke wa kak Arga

Brian.

Dia chat jika dirinya ingin di lukis oleh kak Arga. Kak Arga minta pendapatku apa di terima atau jangan. Tetapi kak Arga bilang jika Brian akan membayar mahal jika hasilnya sesuai dengan keinginannya.

Aku pun tak bisa memberikan pendapat mengambilnya atau jangan. Aku hanya bilang ke kak Arga jika sekiranya tidak ingin melukis Brian dan tunangannya maka tidak usah di ambil.

***

[Sayang nanti siang kujemput ya😘😘.] Rizkian sepagi ini sudah mengirimkan chat.

Hari minggu ini kan aku ingin bersantai di rumah.

[Jemput? Emang mau kemana?] balasku.

[Pokoknya kamu siap-siap aja, kujemput jam 1 ya. Miss u.]

Ah, kebiasaan dia itu. Ngajak pergi tapi gak jelas mau ke mana. Kembali menarik selimut. Di luar nampak mendung dan sepertinya sebentar lagi mau hujan. Sehabis shalat subuh aku tiduran lagi, jadinya males untuk bantuin ibu bikin sarapan.

Dreeeeet.

Gawaiku berdering.

Rizkian, memanggil. Video call.

'ya ampun mana aku belum mandi!' pekikku.

Tetapi segera kugeser tombol jawab.

"Yank, aku rindu kamu tahu gak sih? Chatnya malah di tinggal gak di balas." Rizkian mendekatkan wajahnya ke layar.

"Ih! Ngapain video call? Kan bisa telpon biasa aja," protesku sambil memonyongkan bibir.

"Awas ya kalau masang muka begitu lagi! Apa lagi kalau depan orang!" hardiknya.

"Masang muka gimana?"

"Itu seperti barusan. Kan jadi pengen kecup bibirnya," godanya sambil terkekeh.

Fatamorgana Cinta Part 12

"Kamu terus aja ngomongin kecup mengecup, pokoknya kalau kamu sampai mengecup bibirku tidak akan aku maafkan!"

"Paling, tidak mau sebentar."

"Rizkian!"

"Diih, marah. Aku kan cuma bercanda atuh yank. Kamu mah malah ngambek," ucapnya.

"Tapi bener ya karena kecupan pipimu sudah kudapat, hanya aku yang akan nikahi kamu," lanjutnya lagi.

Pipiku sepertinya merona lagi seperti selai strawberry. Bayangin aja, cinta pertamaku adalah Rizkian.

Dan perkataanku waktu itu, ketika aku di sekap oleh Farel, aku berucap siapapun yang menolongku jika laki-laki akan kujadikan pendamping hidup, jika itu menjadi kenyataan sungguh luar biasa bukan?.

"Yank! Ih malah diam." Rizkian memanggil kencang.

"Apa?"

"Nanti kalau kita menikah ingin punya anak berapa?"

"Dua aja."

"Kok dua? 8 aja ya, biar nanti kubantu kamu untuk ganti popok sama mandiinnya."

"Banyak banget sampai 8." Aku meringis mendengar ucapan Rizkian.

"Ya enggak apa-apa banyak anak banyak rezeki."

Rizkian sambil menyapu rambut dengan tangannya.

Melihatnya sekilas, sudah kupastikan dia itu memang tampan, walau dengan rambut yang berantakan, masih mengenakan kaos oblong, tapi tetap aja tampan; bagiku.

Cinta itu menyempurnakan segalanya. Walau kutahu ibunya hingga detik ini tak menyetujui hubunganku dengannya, tetapi tetap saja kami menjalani semua ini dengan keyakinan. Jika kelak aku akan hidup bersamanya.

"Ya udah deh, aku mandi dulu, awas nanti kalau ketemu aku cubit hidungnya," godanya lagi.

Dengan refleks aku memonyongkan kembali bibirku, untuk meledeknya. Rizkian malah mengecup tangannya lalu di tempelkan ke kamera. Sepertinya tak hanya aku yang gila, tapi juga dia, sama-sama gila dengan perasaan yang ada.

Kelak akan kutulis kisah ini, agar anak cucuku tahu, betapa candunya rasa cinta itu, betapa rindunya ketika jarak membentang, kala waktu tak memberinya temu.

***

Fatamorgana Cinta Part 11

Rizkian menjemputku tepat jam satu siang. Ketika di saat aku bertanya mau mengajakku kemana tetap saja ia tidak memberi tahuku mau kemana.

Aku pamit kepada ibu, begitupun Rizkian meminta ijin untuk mengajakku pergi.

"Hari ini kamu cantik banget," godanya.

Ucapan Rizkian membuatku cemberut.

"Emangnya kemarin-kemarin enggak ya?" tanyaku kesal.

"Kemarin-kemarin cantik juga, tapi hari ini lebih cantik. Apa itu karena waktu itu kukecup? Em, kita nikah yuk?"

"Aih, gak lucu!"

"Siapa juga yang lagi melucu? Kita nikah yuk?"

Baru kali ini Rizkian mengajakku menikah, sebelumnya tak ada pembahasan sejauh ini.

"Kamu siapkan hari ini ketemu Ibuku?" lanjutnya lagi.

"A-apa? Ketemu ibu kamu? Ta ... Tapi kan."

Aku menggigit bibirku sendiri, aku tidak siap menerima penolakan dari ibunya Rizkian.

"Kenapa? Gak mau?"

Aku hanya menunduk, bukannya tidak mau tetapi aku benar-benar tidak siap jika harus patah hati mendengar kembali ucapannya ibu Rizkian.

Mobil Rizkian berhenti depan rumah yang begitu besar dan mewah. Ia melirik ke arahku, lalu ia menggenggam kedua tanganku.

"Kita yakinkan ibuku, dan percayalah jika ia akan merestui hubungan kita."

Rizkian menggandeng tanganku memasuki pintu besar dan kokoh itu.

"Ma, aku pulang ajak Embun."

Ibunya Rizkian melirik ke arahku tapi tak bergeming dari duduknya.

"Tante," sapaku sambil mengulurkan tangan.

Ibunya Rizkian sama sekali tak mempedulikan ku yang mengulurkan tangan padanya.

"Ma! Embun mau salaman sama Mama, kenapa Mama malah begitu!" pekik Rizkian.

"Mama kan sudah bilang! Mama tidak mau kalau kamu ajak anak tukang becak itu kerumah!"

"Sekarang orang tua Embun tidak lagi menjadi tukang becak Ma!"

Aku mengepiskan tangan kiriku yang sedari tadi di genggam oleh Rizkian.

Aku berlari keluar. Ada yang menancap sakit di dalam sini, sangat sakit.

Rizkian tak lama mengejarku.

"Kamu sengaja ingin mempermalukan aku?"

"Aku tidak bermaksud begitu sayang."

Rizkian memelukku.

Namun pelukannya tak membuat rasa sakitku lebur. Sudah terlanjur sakit oleh ucapan ibunya Rizkian.

"Lepaskan aku! Aku mau pulang!"

Aku mendorong dan melepaskan pelukan Rizkian.

"Ya sudah, biar aku antar kembali."

"Tidak usah!" pekikku dalam Isak tangis.

Aku berlari keluar dari halaman rumah Rizkian, tanganku memberhentikan kendaraan yang lewat. Tak ada yang berhenti. Aku merentangkan tanganku di tengah jalan.

Fatamorgana Cinta Part 10

Rizkian menarik tanganku kepinggir jalan.

"Lepaskan aku!"

"Yank, kamu jangan begini dong. Maafkan aku, maafkan juga Ibuku," pintanya.

Aku kembali merentangkan tangan, menghentikan yang melintasi jalan itu.

Satu motor mengerem mendadak tepat di hadapanku. Rizkian bahkan sempat teriak karena mengira aku mau tertabrak.

"Tolong antar aku pulang," pintaku.

Lalu orang tersebut mengangguk tanpa membuka helmnya, ia hanya memberikan helm yang dia bawa, mungkin orang itu memang gojek, makanya ia bawa dua helm.

Aku segera menaiki sepeda motornya.

"Sayang maafkan aku." Rizkian kembali menghampiri ku yang telah duduk di atas motor.

Tak kupedulikan. Setelah cukup jauh sepeda motor melaju, aku pun meminta orang tersebut untuk menghentikan motornya.

Aku mengambil selembar uang berwarna biru dan memberikan uang tersebut kepada orang itu. Aku pun berjalan menuju bangku taman dan menangis lebih kencang.

Sakit! Sungguh sakit, airmataku tak lagi bisa kubendung.

"Hei helmnya!"

Aku hingga tak menyadari jika helm ojeg tersebut masih kukenakan.

Aku segera membuka helm dan memberikannya.

"Farel."

Aku segera menghapus air mataku. Sepertinya aku salah mengira, karena orang yang kuminta tolong bukanlah ojek melainkan Farel.

Bersambung ke: Cinta memang indah tapi sangat rumit