Skip to main content

Sejarah Nenek Moyang Orang dari Pegunungan Latimojong Bagian Barat

Sejarah nenek Moyang orang dari pegunungan Latimojong bagian barat. Nenek moyang kita (ras Melayu sub etnik dari ras Mongoloid) dari sebuah versi mengatakan berasal dari daerah Yunan, Cina Selatan dan wilayah Indocina yang kemudian menyebar ke seluruh kepulauan di Nusantara melalaui beberapa jalur.

Salah satu kelompok lalu singgah dan menetap di Pulau Sulawesi. Mereka kemudian masuk ke wilayah sekitar aliran Sungai Saddang lalu terus ke Gunung Bambapuang.

Dari sekitar Gunung Bambapuang ini mereka terus menyebar ke Timur ke daerah Pegunungan Latimojong hingga ke sebelah timurnya (Luwu'), ke Selatan daerah Maiwa, Wajo, ke Barat daerah Pinrang dan Polewali Mamasa serta Tana Toraja di utara.

Kemudian penduduk yang telah menetap di sekitar pegunungan Bambapuang ini membangun sebuah perkampungan yang diberi nama Kampung Rura’, di sebelah timur Gunung Bambapuang dan Kampung Tinggallung di sebelah baratnya.

Dan penduduk kampung Rura’ dan Tinggallung kemudian membangun Kampung Papi, Kotu, Kaluppini, Bisang, Leoran, Tanete Carruk (Enrekang).

Kampung-kampung di daerah Maiwa seperti Paladang, Tapong, Limbuang, Matajang, Pasang, dll.

Kampung-kampung di daerah Duri atau Tallu Batu Papan seperti Tontonan, Baroko, Buntu Batu, Malua, Alla. Kampung-kampung di daerah Kab. Pinrang secara administratif hari ini, seperti Letta', Kassa', Batu Lappa'.

Kemudian dibelakang hari kampung-kampung yang disebut tadi tergabung dalam Federasi Massenreng Bulu' atau penyebutannya menjadi Massenrempulu' (Jejeran gunung).

Selain perkampungan tersebut penduduk asli asal Pegunungan Bambapuang membangun juga perkampungan di Binuang, perkampungan di daerah Sa'dan Tanah Toraja (hulu Sungai Saddang), perkampungan di timur kaki Gunung Latimojong (Luwu') .

Beberapa ratus tahun kemudian datanglah beberapa Tomanurun ke daerah yang kemudian menjadi Endekan/Enrekang, Maiwa, Duri atau Persekutuan Masserempulu' dan persekutuan Kerajaan Malepon Bulan (Toraja).

Manurung-Manurung tersebut antara lain :

  1. Tomanurun(g) Puang Tamboro Langi’ dari Toraja, merupakan kakek dari Lakipadada yang menjadi raja di Malepon Bulan dan kakek Lolo Bayo’ atau Karaeng Bayo’ suami dari To Manurung ri Tamalate yang menjadi Ratu pemimpin pertama Kerajaan Gowa.

  2. To Matasak Malepon Bulan di Kandora Mengkendek Tallulembangna Tana Toraja dengan istrinya, Tomanurun Puang Sandabilik di Kairo Sangalla Tallulembangna Tana Toraja.

  3. Tomanurun We Illang ri Langi’ di Gunung Bambapuang Kampung Kotu, Enrekang.

  4. Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada di Buli Palli Posi Tanah, Kampung Kaluppini Enrekang bersama istrinya Embong Bulan dari Malepon Bulan (Toraja).

  5. Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada adalah keluarga dari Batara Guru di Luwu’.

Ada versi juga yang menyatakan bahwa Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada adalah nama lain dari Lakipadada yang juga adalah cucu dari Tomanurun(g) Puang Tamboro Langi’ dari Toraja.

Karena cara berfikir Tomanurung lebih maju daripada penduduk asli maka Tomanurung mengajar kepada penduduk asli berupa suatu kebudayaan baru (bisa saja suatu ajaran agama) yang kemudian dijadikan adat istiadat masyarakat setempat.

To Manurung membibing cara hidup yang lebih teratur, lalu penduduk asli membentuk kelompok yang digelari Pake’. Pake’ kemudian berwenang mengangkat Tomanurung menjadi pimpinannya.

Tomanurung menjalankan kepemimpinannya berdasarkan kerakyatan, kemanusiaan dan keadilan. Lambat laun seiring pergantian zaman, setelah keturunannya menjadi pemimpin, istilah To Manurung digantikan dengan gelaran Puang/Arung/Datu'/Karaeng/Petta/Raja, dll.