Skip to main content

Ketegaran hati seorang Istri yang dipoligami Part 08

Ketegaran hati seorang Istri yang dipoligami bukanlah bukanlah kisah nyata kehidupan tapi hanya cerita fiksi yang ditulis secara bersambung yang mendeskripsikan kisah istri sholehah yang dipoligami.

Nah Bagaimana cerita sedih istri yang dimadu dalam cerita bersambung bagian ke delapan ini, apakah bercerita seperti rangkaian curahan hati istri yang rela dimadu yang mengharukan, untuk lebih jelasnya disimak saja ketegaran hati seorang Istri yang dipoligami dalam cerbung berbagi suami seri 08 berikut ini.

Berbagi Suami Part 08 Author : Ersu Ruang Sunyi

Kenapa dengan teman semasa kecilku? Sekian belas, bahkan puluh tahun tidak bertemu, tiba-tiba ia berkata jika ia menyukai dan mencintaiku.

"Prank ...," teriak Alex sambil memutar kameranya. "Ya, berhasil kan prank gue yang membuat wajahmu pucat pasi," teriaknya.

Om Afan dan orang tuaku menengok ke arah kami berdua Risa dan Rio pun menghampiri meja kami.

"Kakak ini curang, kok bahagia gak di bagi-bagi," cela Risa sambil duduk di sampingku.

"Kamu cantik dan imut, kakak kamu aja kalah cantiknya sama kamu," goda Alex kepada Risa nampak garing, namun mampu membuatku tertawa kecil.

"Ih, kenapa Abi baru ngenalin kak Alex, kenapa gak dari dulu aja, kan serasi kak Davira sama kak Alex, gak seperti kak Ilham yang malah menduakan kak Davira," terang Risa, yang membuatku harus menginjak kakinya agar mulutnya berhenti berceloteh.

"Mendua! selingkuh?" tanya Alex.

"Menikah lagi," jawab Risa, sambil mengigit bibirnya.

Alex menatapku, dalam. Kupalingkan pandangan. Kenapa mata itu menatapku begitu tajam? tersirat sebuah rasa iba dan kebencian dari wajahnya.

Alex menarik tanganku, aku mengepiskan genggamannya.

Berbagi suami 07

"Ayah, Om, Tante, pinjam Davira nya, mau minta anter ke konter pulsa," seru Alex.

"Ya udah, sana Alex nya di antar Nak," seru ibuku.

Alex menarik tanganku menuju parkiran, dan masuk ke mobil. Ia menyalakan mesin mobilnya dan tak bicara sepatah katapun, aku pun hanya diam membisu.

Seperti terjebak di labirin, yang tak tahu jalan keluarnya. Kenapa aku diam saja? harusnya aku menolak ajakan Alex. Tidak baik bukan seorang istri berduaan dengan seorang lelaki?.

Mobil Alex berhenti di tepi jalan, bukan di depan konter, melainkan di tepi taman kota.

"Kenapa kamu mau di duakan oleh suami kamu? Aku memang tidak suka dengan perceraian! kenapa kamu tidak minta cerai di saat suami kamu menikahi wanita lain!" hardik Alex, sambil memukul setir mobilnya.

"Karena aku mencintai suamiku," jawabku, sambil mengepalkan kedua tangan.

"Cinta? Cinta itu tidak akan rela berbagi! lalu apa yang di maksud dengan cinta jika merelakan pasangannya menikah dengan orang lain?" cecar Alex.

"Bukannya mau ke konter pulsa? kenapa malah membahas hal seperti ini," protesku.

Cinta! cinta tak pernah memberikan alasan kenapa hingga detik ini aku masih mampu bertahan, aku mencintai Mas Ilham, dan itu sudah membuatku bahagia, walau ada duri-duri kecil yang menikam.

"Davira! Aku memang benci dengan perceraian! karena aku adalah korban dari orang tua yang bercerai, bisakah kamu bercerai dengan suami kamu dan menikah denganku?" desak Alex.

"Maaf, jika kamu masih membahas hal seperti ini aku akan pulang naik taksi!" seruku , sambil keluar dari mobil.

"Davira, kenapa kamu tidak paham dengan perasaanku!" teriak Alex.

Berbagi suami 06

"Harusnya kamu pun paham jika aku telah bersuami," jawabku.

"Maafkan aku Davira, ayo kita kembali ke restaurant. Lupakan apa yang kukatakan tadi," bujuk Alex sambil membukakan kembali pintu mobilnya.

Aku dan Alex pun kembali ke restaurant, tidak sopan bukan jika aku tiba-tiba pulang tanpa mengabari dan tanpa kembali dulu ke restaurant?. Sesak rasanya dada ini.

****

Hoamz ... Lelah banget hari ini, kujatuhkan tubuh ini di atas kasur. Mas ilham dan Sakila belum pulang, padahal malam mulai larut.

Ting ... notif wa masuk.

"Davira, maafkan aku," whatsApp masuk dari Alex.

Kembali kutaruh handphone ku, kenapa lelaki itu masih tak berhenti mengangguku?. Kembali kuraih gawaiku. Kubuka profil wa Alex, lalu menekan menu blokir, beres! Takkan lagi ada yang mengusik rumah tanggaku.

Terdengar mobil Mas Ilham masuk ke garasi rumah. "Ia pulang juga," gumamku. Lalu turun untuk membukakan pintu.

"Baru pulang Mas, Dinda?" sapaku.

"Iya donk, kan habis shopping!" seru Sakila bernada sinis.

Aku tersenyum melihat Sakila, yang membawa belanjaan begitu banyak.

Sakila menaruh barang bawaannya di sopa, lalu ia bertingkah gak karuan.

"Yunda, minggu depan aku sama Mas Ilham mau liburan ke Malang, ya itung-itung hanimunan, siapa tahu nanti pulang dari malang bawa kabar baik, jika aku positif hamil," papar Sakila.

"Em ... Iya Dinda, semoga pulang dari sana kamu positif hamil," jawabku sambil tersenyum.

Mas Ilham meminta maaf padaku, jika ia akan ke Malang tanpa mengajakku. Ya bagiku tak keberatan jika Mas Ilham akan pergi bersama Sakila. Mungkin aku pun bisa beristirahat di rumah. Mereka berdua pun pergi , dan aku bisa menghabiskan waktuku dengan membaca novel yang baru kubeli.

Berbagi suami 05

Sudah beberapa hari Sakila dan Mas Ilham di Malang, stok sayuran di kulkas pun habis, akhirnya aku pun harus belanja setelah beberapa hari tidak kemana pun. Aku belanja di sufer market terdekat. Kupilih beberapa macam sayuran, ikan, dan daging, untuk stok sendiri.

"Davira!" panggil seseorang, yang tak asing suaranya.

Kualihkan pandanganku dari jejeran daging ke arah yang memanggilku.

"Alex! kamu ngapain di sini?" tanyaku kaget.

"Kenapa kamu memblokir nomorku?" cecar Alex.

"Kenapa kamu masih di sini? belum balik ke Turki?" aku tanya balik.

"Hak aku dong, aku di Indonesia ataupun di Turki!" jawabnya kesal.

Aku segera berlalu menuju kasir. Yang padahal ada beberapa barang yang belum kubeli, tapi ya sudahlah daripada aku harus bertemu dengannya. Kudorong troli belanjaan ku menuju basemen.

"Davira! please ... I love you so much."

"Kamu! Kenapa kamu itu bagai hantu gentayangan, kamu tahu kan jika aku ini sudah bersuami. Tolong Alex, jangan menggangguku lagi!" seruku.

"Aku jauh lebih baik dari suami kamu yang brengsek itu!"

"Alex! Hentikan! jangan sekali lagi kamu ngatain suamiku dengan perkataan kotor seperti itu!" hardik ku sambil bergegas masuk ke mobil.

Ya ALLAH, cobaan macam apa lagi? kenapa dia seperti hantu yang menggangguku. Segera kuparkir mobil di garasi rumah dan mengeluarkan barang belanjaan.

Sial! Dia mengikutiku hingga rumah, apa maunya lelaki yang berpendidikan tinggi itu? Kemana moralnya sebagai seorang laki-laki yang di besarkan oleh keluarga yang paham akan Agama?

"Kenapa kamu membuntutiku?"

"Kenapa juga harus memblokir nomorku?"

"Karena kamu terus mengganggu."

"Aku tidak bermaksud mengganggu, aku akan pergi setelah memastikan kamu tidak memblokir nomorku."

"Ok, aku buka blokirnya, tapi please! pergi sekarang juga dari sini!" ucapku kesal.

Lelaki itu pun pergi menaiki mobilnya.

***

Kulihat history wa Mas Ilham begitu so sweet bersama Sakila, beberapa kali kutatap lelaki pengisi relung hati ini. Kenapa ketika aku menatapnya saat ini, seperti ada yang mengiris relung hati ini. Sakit ... tapi entah sakit seperti apa, aku pun tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata.

Mas Ilham menelponku menanyakan mau di belikan oleh-oleh apa dari Malang, belum sempat menjawab kudengar suara Sakila yang meminta Mas Ilham untuk menutup telponnya.

Sreeeettt ..., Perih. kuraih bantal dan kututupi wajahku, ini jauh lebih baik. Kutumpahkan semua di balik bantal ini.

Kudengar bel rumah berkali-kali bunyi, kubuka mata yang sembab karena habis menangis, kutengok handphone yang menunjukkan 06:37. Masya ALLAH, aku tertidur hingga lupa shalat isya dan subuh. Segera aku berlari ke bawah untuk melihat siapa yang datang.

"Risa!"

"Kak Davira ini tega banget membiarkan adiknya berdiri setengah jam depan pintu!" seru Risa sambil cemberut, tapi tidak mengurangi kecantikannya.

"Maaf, kakak ...."

"Kak Davira sakit?" tanya Risa sambil berkali-kali menyentuh keningku.

"Enggak."

"Kakak, kenapa tidak membuka wa dariku?"

"Wa? kakak ketiduran dari habis magrib jadi belum buka wa, emang kenapa?" tanyaku penasaran.

"Kata Ayah, kakak sama Mas Ilham harus datang ke pembukaan restaurant Om Afan yang di kelola oleh Kak Alex, tuh kak Alex menunggu di mobil," kata Risa sambil menunjuk ke mobil yang terparkir di luar garasi.

Rasanya ingin teriak saja ketika kulihat lagi mahluk yang menyebalkan itu, dia melambai dari mobil sambil tersenyum tipis.

Berbagi suami 04

Ibuku tiba-tiba menelponku, agar aku segera bersiap menuju Bandung pagi ini, menyuruh ngajak Mas Ilham dan Sakila, tapi kujelaskan jika Sakila dan Mas Ilham sudah beberapa hari ke Malang.

What? Aku kudu kebandung, ke kota dimana aku dipertemukan dengan cinta sejatiku. Mas Ilham. Tapi kini aku harus kebandung tanpa Mas Ilham melainkan bersama keluargaku.

Aku pun menelepon Mas Ilham dulu, untuk meminta ijin, berkali-kali aku menelponnya tidak ada jawaban sama sekali, kukirim juga chat, aku tidak bisa pergi tanpa ijin Mas Ilham. Beberapa menit kemudian mas Ilham menelpon balik. Kukatakan jika aku di ajak ke Bandung oleh Ayah, karena ada peresmian restaurant sahabat Ayah. Mas Ilham pun mengijinkan.

Aku bersiap, kusuruh Risa mengajak Alex masuk dulu ke rumah dan membuatkannya kopi. Setelah selesai kamipun menuju Bandung. Aku dan Risa ikut ke mobil Alex.

Sedangkan orang tuaku bawa mobil sendiri. Sepanjang perjalanan aku diam membisu, kenapa juga Alex memaksaku untuk duduk di depan? sedangkan Risa sepanjang perjalanan bersenandung.

"Sial! Ban mobilnya bocor," lontar Alex yang menepikan mobilnya ke bahu jalan.

Kami pun mencari rest area terdekat. 3 kilometer dari tempat kami berada. Terpaksa mobil melaju perlahan untuk mencapai rest area. Risa pergi ke WC sedangkan aku duduk sambil minum air yang kubawa dari rumah.

"Suamimu pergi?" tanya Alex sambil duduk di sampingku.

"Em ...," jawabku, yang enggan mengobrol dengannya.

Tiba-tiba ada nenek-nenek yang meminta-minta, kubuka tas kecil, lalu kukepalkan uang dan memberikan nya ke nenek tersebut.

Berbagi suami 01

"Terimakasih geulis, kalian pasangan suami istri yang serasi, semoga segera di berikan momongan, dan semoga selalu dalam lindungan
Allah Swt," celetuk nenek tersebut sambil berlalu pergi.

Aku bengong mendengar doa dari nenek tersebut.

"Kita itu memang serasi, jadi suami istri," timpal Alex setelah nenek itu pergi.

Kuabaikan celoteh Alex. Pura-pura tak mendengarnya.

"Kak aku mau rujak itu," rajuk Risa, yang bariy datang dari WC sambil menunjuk ke tukang rujak.

"Ok, kita beli rujak itu sambil menunggu ban selsai di tambal," timpal Alex sambil menarik tangan Risa.

"Iya kan! Kak Alex ini selebgram yang akun Instagramnya A2o?" tanya Risa penuh selidik.

"Emang tampangku, terlihat seperti selebgram ya?" tanya Alex mengerutkan kedua alisnya sambil tertawa.

"Huum ...," jawab Risa.

Kutatap punggung lelaki menyebalkan itu.

"Hey, ayo ... kenapa masih duduk di situ," ajak Alex.

"Kak ... ayo," seru Risa.

Kamipun menikmati rujak dibawah terik matahari, kulirik lelaki itu, dia kepedasan, sampai keringatnya mengucur dari sela-sela pipinya, ternyata benar kata Risa, dia terlihat tampan kalau kepedasan seperti itu.

Astagfirullah, setan mulai menggoda imanku. Kutepis ..., kupalingkan pandanganku darinya.
Sambil menarik napas panjang, kuteguhkan imanku. Aku tidak boleh memandang lelaki lain selain Mas Ilham.

Ban mobil pun sepertinya telah selesai di tambal kami bertiga pun beranjak menuju mobil. Tiba-tiba langkahku terpeleset dan hilang keseimbangan, aku yang hendak terjatuh di tahan oleh Alex. Sehingga tubuh kami berdua begitu rapat.

"Kenapa kamu tidak hati-hati, kalau melangkah? lihat ke bawah ada kulit pisang yang kamu injak," bisik Alex.

Kenapa jantung ini berdebar kencang? Lagi-lagi situasi selalu saja menjebakku.

Bersambung ke Keteguhan hati wanita muslimah dari godaan pria lain