Skip to main content

Kisah keteguhan hati wanita muslimah dari godaan pria lain Part 09

Kisah keteguhan hati wanita muslimah dari godaan pria lain adalah kisah sedih menyentuh hati wanita islami yang rela dipoligami yang merupakan lanjutan cerita bersambung istri rela dimadu.

Nah bagiman kisah cerita seorang wanita sholeh dari godaan pria lain dalam cerita bersambung berbagi suami ini, apakah didalamnya mengandung kata kata wanita bercadar menyentuh hati dan kata renungan nasehat islam.

Untuk lebih jelasnya tentang kisah cerita keteguhan hati seorang wanita muslimah dari godaan pria lain, selengkapnya disimak saja cerbung berbagi suami bagian ke sembilan dibawah ini.

Berbagi Suami Part 09 Author : Ersu Ruang Sunyi

Semilir bayu membuai sukma, memeluk relung asa, langit memayungi setiap langkah kaki, menciptakan kehangatan di bawah terik matahari.

Aku menyadari jika kedekatanku dengan Alex harus di bentengi oleh jarak. Tapi kenapa insiden-insiden kecil malah menciptakan, kedekatan tanpa sekat.

Segera kuhempaskan tubuh ini dari pelukan Alex.

"Kulit pisang tidak sopan bikin orang terpeleset," gerutuku.

Untung ocehanku tak terlihat dan tidak terdengar oleh orang, karena terhalang oleh cadar yang kukenakan. Perjalanan pun di lanjutkan, hening tercipta.

Alex tak seperti sebelumnya yang bercanda dengan Risa, ia kini diam tanpa sepatah kata. Aku pun terjebak dalam kesunyian yang kian beku. Kucairkan suasana hening.

"Em ... Kirain kamu mau balik lagi ke Turki, ternyata sekarang mau menetap di Indonesia ya?" tanyaku, tanpa menoleh ke Alex yang lagi serius menyetir.

Ia tidak merespon pertanyaan ku, entah tidak terdengar atau ada hal lain yang ia pikirkan, hingga tidak menyadari pertanyaan dariku, untuk kedua kalinya, ku ulangi kembali pertanyaan ku.

Berbagi suami 08

"Jadi kamu, mau menetap di Indonesia?" tanyaku lagi. Sedikit teriak.

"Apa! Oh ... Ia Ayah ku kini, memutuskan untuk tinggal lagi di Indonesia, karena istrinya pun kini setuju jika ia yang pindah ke Bandung," jawabnya.

Perjalanan panjang Jakarta - Bandung, akhirnya sampai, aku di sambut oleh orang tuanya Alex, dan juga orang tuaku yang telah tiba lebih dulu di rumah orang tuanya Alex.

Suasana hangat tercipta di saat Risa dan adik perempuan Alex bernyanyi sambil main piano.

***

Mas Ilham mengabari jika ia akan pulang dari Malang nya besok. Ia pun berkata jika ada waktu ia akan menyusul ke Bandung. Namun aku melarang ia menyusul, karena besok sore kami pun akan pulang lagi ke Jakarta.

Malam itu peresmian restaurant milik orang tua Alex di buka dengan sangat meriah, yang mengusung menu timur tengah.

Ibu dan Ayahku terlihat begitu akrab dengan orang tua Alex, terlebih karena dulu Ayahku bisa sesukses saat ini karena bantuan orang tuanya Alex, itulah cerita yang kudapat dari Ayah.

Dan di saat orang tua Alex jatuh bangkrut hingga bercerai, Ayahlah yang membantu Ayahnya Alex, hingga ia sukses kembali dan menikah dengan orang Turki, jadi karena itulah bukan sekedar sahabat melainkan seperti saudara.

Berbagi suami 07

"Nak, kenapa kamu tidak cerita sama Umi, jika Ilham dan Sakila pergi ke Malang?" tanya ibu lirih.

"Tidak apa-apa Umi, lagian mereka cuma seminggu, besok pun sudah pulang lagi," jawabku.

"Tapi setidaknya jika suami kamu tidak ada, kamu menginap lah di rumah Umi," ucap ibuku.

"Kalau aku menginap di rumah Umi, nanti bantal di rumahku menangis," candaku membuat Ibuku tertawa kecil.

"Tante, ayo coba menu sepecial di restaurant kami," ajak Alex sambil menggandeng tangan ibuku.

Tak lama kemudian Alex kembali menghampiriku.

"Aku mohon, kamu jangan mendekati aku dalam jarak kurang dua meter!" seruku yang membuat Alex menghentikan langkahnya.

"Davira, emang kenapa jika jarak aku sama kamu kurang dari dua meter bahkan kurang dari sejengkal?" tanya Alex, dengan nada geram.

"Karena tidak baik, yang bukan muhrimnya terlalu dekat," jawabku.

"Kamu ini kenapa? aku hanya dekat, tidak ngapa-ngapain kamu ini!" seru Alex sambil menarik tanganku.

"Lepaskan!" Seruku, seraya mengepiskan tangan Alex.

Beberapa mata memandang ke arahku, dan beberapa lagi berbisik-bisik, terdengar sekilas ada yang berbisik, katanya,

"Mungkin itu istri atau tunangan nya," lalu sebagiannya lagi berkata, jika anak pemilik restaurant belum ada yang menikah.

Tidak salah ketakutan ku bukan? Mereka menduga jika aku dan Alex ada hubungan, padahal sama sekali tidak.

Aku berjalan ke meja orang tuaku, untuk menghindari Alex yang selalu menghampiri. Selesai acara kami pun pulang menuju rumah Alex yang begitu besar, ya, rumah baru tiga lantai itu begitu besar dan mewah bak istana.

Aku tidur bersama Risa, sedangkan Rio bersama Alex di kamarnya. Kuganti pakaian dengan piyama, sedangkan Risa sibuk membersihkan make up-nya dengan kapas, sambil cekikikan lihat video yang ia rekam sewaktu di restaurant.

Berbagi suami 06

"Kak, kuperhatikan kak Alex selama di restaurant matanya tidak pernah berpaling dari kak Davira," celetuk Risa, yang membuatku terbatuk.

"Risa! kamu ini asal bicara."

"Benar kak, aku perhatikan seperti itu, bahkan beberapa kali aku lihat, walau ia mengobrol dengan orang lain tapi matanya terus memperhatikan kak Davira.

Em ... apa lagi kalau kak Alex melihat kakak seperti ini, tanpa cadar, aku yakin dia akan semakin terpana.

Pakai cadar aja masih terpana.

" ucapan Risa, membuatku ingin rasanya menjitak adik cantikku itu.

"Risa! Stop! celoteh kamu itu sudah gak lucu!" seruku memprotes ucapannya yang makin ngelantur.

"Kak, lebih baik kakak cerai aja dari Mas Ilham, toh kak Ilham malah asyik sama istri barunya yang menyebalkan itu, mending sama kak Alex, sudah tampan baik lagi,"

celetuk Risa, yang lagi-lagi membuatku makin gemas untuk menyubitnya.

Suasana malam di Bandung, lebih dingin di banding Jakarta. Ah rasanya nyaman banget, menitipkan lelah di atas bantal.

Malam merambat keperaduan, sunyi menguasai malam, mataku enggan terpejam, berkali-kali kuraih gawaiku, hanya sekedar melihat postingan Sakila bersama Mas Ilham. Sungguh bahagia mereka, menghabiskan waktu bersama.

Berbagi suami 05

Dulu ... aku pun begitu, hanimun yang tak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Ketika mereguk manis madu pernikahan. Netra ku berkaca-kaca.

Ting ... notif wa masuk.

"Davira, sudah tidur?" Kulihat chat masuk dari Alex.

Kututup kembali gawaiku tanpa membalas chat darinya.

Ting ... bunyi kembali.

"Kenapa cuma di read doang? Kamu belum tidur kan?" tanya nya.

Kupejamkan dan kumatikan handphone ku agar ia tak lagi menganggu.

***

Ibu dan Ayahku sibuk melihat-lihat tanaman di halaman rumah Alex untuk meminta beberapa jenis bunga yang ada di sana. Sementara aku, merapihkan koper kecil yang kubawa, karena sore nanti kami semua pulang ke Jakarta.

"Kak, kata ayah mau ikut ke Bandung barat dulu enggak? Ayah mau beli bonsai di temannya?" tanya Rio.

"Umi ikut juga?" tanyaku.

"Umi tidak ikut. Cuma Risa sama aku ikut," jawab Rio.

Ok, kuputuskan ikut sama Ayah, daripada nanti di ganggu oleh Alex, bisa berabe kan?.

Pulang dari Bandung barat 14:05. langsung bersiap untuk pulang ke Jakarta. Kini aku ikut bersama mobil orang tuaku.

Ayah merapikan tanaman di bagasi mobilnya, penuh sesak.

"Om aku antar pulang aja ya Davira sama Risa, lagian kan mobil Om penuh begitu," kata Alex yang menghampiri ayah.

"Duh, iya Lex barangnya terlalu penuh di mobil, tapi tidak apa-apa kan kamu mengantar anak Om?" tanya Ayah.

Lagi-lagi aku harus bersamanya.

Aku masuk ke mobil dan menyuruh Risa, duduk di depan. Aman, aku tidak terlalu dekat dengan lelaki itu.

Risa asyik berkaraoke ria. Aku memilih memejamkan mata hanya untuk menepis sebuah bayang, bayang Mas Ilham yang tak pernah pergi dari kelopak mataku, sebentar lagi aku akan bertemu dengan cinta sejatiku itu, ada kerinduan yang berlipat-lipat, aku sungguh rindu dengan lelakiku itu, aku pun yakin jika Mas Ilham pun merindukanku.

Tiba-tiba handphoneku berdering, panggilan masuk dari Mas Ilham.

Berbagi suami 02

"Assalamualaikum, Mas," sapaku.

Mas Ilham bilang jika ia sudah sampai rumah, tak sabar aku ingin segera sampai ke rumah, tapi jalanan Bandung begitu macet di akhir pekan seperti ini. Ku tutup telpon nya, sambil tersenyum simpul.

Astagfirullah ... Bisik hatiku, ketika menyadari ada yang memperhatikanku dari spion depan. Kenapa matanya tak berhenti menatapku? Ada rasa risi ketika Alex tak henti menatapku.

"Kak, ini kamera ya?" tanya Risa kepada Alex, sambil mengambil benda tersebut.

"Eh ... Ris, jangan di pindah, ucapnya.

"Kenapa ada kamera disini?" selidik Risa.

"Gak apa-apa, cuma kamera rusak yang ku jadikan pajangan," jawabnya.

"Em ... Bo'ong orang kameranya nyala!" seru Risa.

Apa maksud Alex dengan menyimpan kamera tersembunyi di mobilnya? aku tak ingin terlalu ambil pusing untuk hal itu, saat ini aku hanya ingin segera sampai rumah.

Risa meminta Alex untuk mengantarkannya dulu ke rumah, tapi aku melarangnya. Agar Alex mengantarku lebih dulu.

***

Sampai di rumah mobil Alex pun di parkir di depan pintu gerbang. Kuturunkan koper kecilku di bantu oleh Alex. Risa tidak mau mampir dulu ia tetap asyik dalam mobil memainkan android nya.

Entah bagaimana bajuku nyangkut ke tanaman di samping rumah, sehingga langkahku tertarik dan hendak terjatuh, dengan sigap Alex menahan tubuhku yang hampir jatuh ke aspal.

"Oh ... Jadi begini kelakuan kamu ketika jauh dariku?" hardik Mas Ilham yang membuat jantungku setengah copot

Bersambung ke Kesalahpahaman dan godaan teman pria