Skip to main content

Kesalahpahaman dan godaan teman pria dalam rumah tangga Part 10

Kesalahpahaman dan godaan teman pria dalam rumah tangga adalah serangkain kisah dalam cerita bersambung merelakan suami menikah lagi atau berbagi suami dan ini adalah bagian yang kesepuluh.

Nah bagaimana cara mengatasi kesalahpahaman dalam komunikasi di cerbung berbagi sumi part 10 ini, Apakah didalam terdapat kata-kata etika berteman dengan pria yang sudah memiliki istri atau batasan suami berinteraksi dengan teman wanita, selengkapnya cerbung berbagi suami Part 10 dibawah ini.

Berbagi Suami Part 10 (1) Author : Ersu Ruang Sunyi

Langit berkabut hitam, awan gelap kian menyelimuti seluruh netranya. Termangu menatap gelombang pasang yang menerjang. Badai kian membabi buta menghallo apapun yang ada di dekatnya.

"Yank, ini tidak seperti yang kamu lihat," ucapku, menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

"Kamu mau mengelak! jelas-jelas aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri!" seru Mas Ilham penuh amarah.

"Tapi yank ... sungguh, tadi gamis aku nyangkut di ranting pohon ini."

"Tidak usah mengelak; siapa lelaki ini?" tanya Mas Ilham sambil menunjuk ke Alex.

"Alex! sahabat kecilnya Davira," jawab Alex sambil menyodorkan tangannya.

Mas Ilham tidak menerima uluran tangan Alex, ia tetap mencurigai kedekatan kami.

Sakila yang keluar dari rumah pun memperkeruh suasana, bagaimana bisa dia menghasut suamiku?.

"Ada apa sayang?" tanya Sakila ke Mas Ilham.

"Kamu lihat, Davira pulang dari Bandung sama laki-laki ini bukan sama Umi dan Abi nya!" seru Mas Ilham.

Berbagi suami 09

"Oh, pantes aja dia tidak keberatan kita tinggal ke Malang, orang dianya punya simpanan," cela Sakila.

"Astagfirullah, Dinda kenapa kamu bicara seperti itu?" tanyaku.

"Ya, kan Yunda ternyata jalan sama laki-laki yang bukan muhrimnya Yunda," jawab Sakila.

"Ini tidak seperti apa yang kalian lihat, tadi itu tidak sengaja! Tadi Davira hendak jatuh, dan saya ini mengantarkan Davira pun atas permintaan
Om Ahmad!" seru Alex, menjelaskan kesalah pahaman ini.

"Kenapa sih ribut-ribut?" tanya Risa yang keluar dari dalam mobil.

"Risa! Ada kamu di sini?" tanya Mas Ilham terkejut.

"Em ... Iya. Why? kok mukanya pada tegang semua?" tanya Risa penuh selidik.

"Em ... sekongkol kakak sama Ade ternyata! Diam-diam adiknya pun tahu kakaknya berselingkuh!" fitnah Sakila.

"Eh ...! Ngomong apa sekali lagi? Punya mulut tuh pakai saringan dasar pelakor!" hardik Risa kepada Sakila.

Suasana kian memanas kala Risa dan Sakila adu mulut, aku yang berusaha menjelaskan pun selalu di sela oleh Sakila. Sebegitu tidak sukanya Sakila sama aku?. .

Untuk kali ini Alex sedikit berbesar hati, dengan bijaknya ia memperjelas kesalah pahaman ini. Sehingga Mas Ilham pun tidak lagi salah paham.

Mas Ilham mengusap wajahnya dengan telapak tangannya sambil mengucap "Astagfirullah ya ALLAH" iya pun meminta maaf atas kesalah pahaman yang ada, karena mengira aku sama Alex hanya berdua di mobil dan ketika melihat kejadian barusan membuat nya salah paham. Kesalahpahaman berakhir. Lega. Kemelut ini berakhir seijin ALLAH.

***

Berbagi suami 08

Ada kecemburuan menjalar di hati, merambat ke sela-sela nadi hingga berujung di seluruh sendi. Ketika Mas Ilham memutuskan untuk tidur di kamar atas, tetapi Sakila dengan lantang mencegah Mas Ilham tidur di kamarku.

"Tidak Mas! Pokoknya kamu malam ini tidur di kamar bawah!" seru Sakila dengan wajah merah padam.


"Tapi Dinda, selama seminggu kita selalu bersama-sama, kenapa kamu selalu seperti ini? waktu Mas sama Davira pun selalu kamu cegah, Mas selalu menuruti kata kamu. Tapi maaf kali ini Mas tidur di kamar atas!" papar Mas Ilham yang membuat jengah Sakila.

Untuk kali ini aku tidak membela Sakila. Tidak juga membujuk Mas Ilham untuk tidur di kamar bawah. Biarkan kuhabiskan waktuku bersama orang yang kurindukan selama seminggu ini, tepat sudah beberapa bulan aku merindukan kebersamaan yang terampas oleh Sakila.

Temaram lampu kamar, samar. Kutatap wajah itu, lekat. Kututup kedua bola mataku, hanya untuk sekedar mengenang masa indah dulu, masa ketika awal menikah.

"Sayang, kamu sudah tidur," bisik lembut Mas Ilham.

Kubuka kedua bola mataku, di depan mataku langsung kutatap mata yang selalu memberiku keteduhan.

"Yank ... bukannya kamu yang sudah tidur?" tanyaku, sedikit terkejut karena ia menatapku, lekat.

"Maafkan Mas, karena sudah salah paham padamu," ucap Mas Ilham.

Aku tersenyum simpul, menatap bibir yang meminta maaf itu, seberapa besarpun rasa kesal yang pernah ada, lebur dengan satu kata maaf. Selalu berharap jika suamiku selalu ada waktu seperti ini, walau sekedar bercengkrama hal kecil.

Aku pun selalu ingin jika aku dan Sakila selalu rukun, kehangatan yang kurindukan, teman ngobrol, sahabat curhat yang sebelumnya kuidamkan, tak kudapatkan walau Sakila telah menikah dengan Mas Ilham, hanya ada benteng yang memisahkan aku dan Mas Ilham, bahkan setelah sekian lama menikah baru kali ini, aku mendapatkan perhatian dari Mas Ilham.

***

Berbagi suami 07

"Sayang, pokoknya aku mau berlian yang waktu itu aku kasih lihat ke kamu!" pekik Sakila, memecahkan kesunyian pagi.

"Tapi Minggu kemarin sudah beli yang lain!" seru Mas Ilham, nampak kesal.

Aku hanya menatap dari dapur, kegaduhan mulai lagi tercipta di sepanjang waktu ... Huuuh ... Kutarik napas panjang, sesak rasanya dada ini, selalu di suguhkan pemandangan yang tak ku impikan.

"Mas! Nanti kalau aku tidak beli, aku bisa di ledek sama teman-teman arisanku, masa katanya, istri seorang CEO, berlian seharga 450jt aja tidak kebeli!" lontar Sakila.

"Minggu kemarin kamu beli cincin seharga 70jt! Mas tanpa membelikan Davira. Dan Sekarang kamu minta berlian lagi seharga 450jt, berarti Mas harus punya 900jt!" hardik Mas Ilham.

"Kok, 900jt sih?" tanya Sakila mengerutkan dahinya.

"Ya! 900jt. Karena Davira pun harus di belikan plus cincin yang persis yang kamu beli Minggu lalu juga," terang Mas Ilham.

Perdebatan pun semakin menjadi, kala Sakila keberatan, ketika Mas Ilham pun berniat membelikan apa yang di beli oleh Sakila.

Kuhampiri keduanya yang tengah berdebat.
Aku tak ingin masalah ini semakin runyam.

"Yank, sudah kamu belikan saja berlian yang Sakila mau, aku tidak usah kamu belikan, aku juga kan tidak suka memakai perhiasan seperti itu," ucapku.

"Tuh kan Mas! Yunda Davira juga tidak mau berlian itu, lagian dia memakai perhiasan semahal apapun gak bakal ada yang melihatnya, orang berpakaian hitam-hitam begitu cuma keliatan mata!" seru Sakila.

"Sakila! Cukup ya! kamu jangan pernah lagi berkata seperti itu!" bentak Mas Ilham.

"Uo ..." tiba-tiba Sakila nampak pingin muntah. Sakila lari ke wastafel, ia nampak mual-mual.

Aku bergegas menghampiri Sakila dengan membawa kayu putih.

"Kamu kenapa Dinda?" tanyaku.

"Tidak tahu, masuk angin kayanya," jawab Sakila, sambil tak henti mual-mual.

Berbagi suami 06

Mas Ilham hanya mematung melihat Sakila mual-mual seperti itu. Aku segera ke dapur untuk membuatkannya wedang jahe.

Seharian itu Sakila terus mual-mual, bahkan makanan yang ia makan pun di muntahkan lagi, aku berkata ke Mas Ilham, mungkin jika Sakila tengah hamil. Aku pun bertanya kepada Sakila kapan ia terakhir datang bulan, dan ia sudah telat 3 minggu, aku mengajak Sakila untuk cek ke Dokter besok pagi.

***

"Selamat anda positif hamil," ucap Dokter, membuat aku dan Sakila terkejut bahagia. .

Aku pun pulang ke rumah dengan membawa kabar bahagia kepada Mas Ilham.

Sakila dengan wajah pucat pasi, kugandeng dia turun dari mobil. Mas Ilham belum pulang dari kantor, aku pun mempersiapkan masakan untuk makan Sakila, terlebih hari ini ia belum makan, karena semua makanan yang ia makan di muntahkan lagi.

Kupaksa Sakila makan walaupun sedikit.

Mas Ilham pulang dari kantornya. Sakila dan aku sudah merencanakan ketika mas Ilham pulang kita berdua akan memberi kejutan, dari kabar kehamilan Sakila. Dan itupun berhasil membuat Mas Ilham teriak gembira

Bersambung ke Ketulusan hati berbuah kebaikan