Skip to main content

Cerita pendek seorang istri terlalu membenci suami (sampah itu kubuang)

Perselisihan dalam rumah tangga adalah hal yang biasa tapi kalau seorang istri terlalu membenci suami sampai dianggap sampah ini bukan hal wajar pasti ada penyebab istri tidak nyaman dengan suami

Kisah seorang istri yang membenci suami diceritakan dalam "cerpen sampah itu kubuang" selangkapnya disimak saja cerita pendek fiksi tentang suami istri dibawah ini.

SAMPAH ITU KUBUANG Author: Lee Moon

Sebuah ranting di genggaman berhasil patah hanya dengan mengingat wajah itu saja.

Rasa kesal yang menumpuk jadi satu dalam dada, rasanya sudah hampir membuncah. Maaf ini rasanya telah menjadi karat.

Benci.

Ya, aku membenci perasaanku yang selama ini lemah. Berusaha untuk tetap menerima kesalahan demi kesalahan yang dia lakukan.

Hingga akhirnya membuat dendam bergolak di dada. Seakan lava pijar yang siap meledak di puncak gunung berapi. Hanya menunggu waktu.

Denting ponsel memaksaku mengalihkan pandangan dari gundukan sampah di sudut jalan ini. Sampah yang mengingatkan pada seseorang yang harusnya kubuang.

***

"Kamu di mana, Anggi? Suamimu nyariin ini."

Pesan dari Mbak Marta membuatku mendengkus.

Mau apalagi manusia sialan itu mencariku? Memelas minta dikasihani? Minta dipinjamkan modal lagi? Atau merengek ingin dituruti kemauannya? Apa dia pikir aku sebodoh itu masih mau peduli?

Pesan singkat dari Mbak Marta tak membuatku ingin membalasnya.

Justru yang kulakukan adalah mengeluarkan simcard dari ponselku, kemudian membakarnya bersama ranting yang tadi kupatahkan. Di bawah pohon, tak jauh dari onggokan sampah pinggir jalan.

Setelah memastikan benda kecil itu hancur tak berbentuk, aku mematikan api dengan menyiramkan air sisa di botol minuman mineral milikku ke atasnya. Meninggalkan sisa arang yang baru terbakar setengah bagian.

Kemudian kulangkahkan kaki menuju rumah yang dua hari ini kutempati.

Sekarang, tak ada lagi yang bisa mengganggu hidupku. Tidak juga lelaki sampah itu. Aku meninggalkannya tanpa pesan. Saat dia masih di tempat kerjanya.

Semua surat penting sudah kubawa, juga surat pengajuan gugatan perceraian segera akan sampai padanya dalam waktu dekat.

Menikah dengan sampah itu hanya akan membuat hati dan pikiran menjadi kotor.

Aku akhirnya memilih membuang sampah yang selama ini kuanggap berlian. Lalu beranjak menjauh hingga bau busuk itu tak lagi mencemari perasaanku.

Lima tahun aku bertahan. Menikahi lelaki yang hanya numpang hidup denganku.

Sesaat dia begitu bersemangat berusaha. Menebar janji yang membuatku mabuk terbuai asa.

Kemudian dia buat aku terhempas kembali dengan dustanya yang kembali tersibak, menyisakan sesak dari luka hati yang menganga.

Kini aku bebas.

Ya, bebas hidup sesukaku. Menikmati duniaku tanpa ada lagi yang harus kupikirkan selain diriku sendiri. Di pulau ini, bermil jaraknya dari lelaki sampah itu.

Tempat yang tak akan pernah dia pikirkan menjadi tempat pelabuhanku.

Tamat